Epilog 3

726 35 13
                                    

"Hallo?"

Tidak ada suara yang terdengar, Aku memperhatikan layar ponsel dan masih menunjukkan tanda-tanda panggilan masi tersambung.

"Hallo?"

"Jika tidak yang bersuara akan kumatikan—"

"Tasa."

Suara Wanita. Tidak asing dan sangat kukenal. Jantungku dibuat membeku sesaat.

"Tasa, apa itu kau?"

-

Mari kita kilas balik untuk sepenggal kisah yang tidak pernah Tasa sadari. Tepat beberapa waktu lalu, ntah kapan pastinya, dua bulan, tiga bulan atau setahun, dua tahun...

Tidak tahu pastinya, karena hanya Elliot dan Tuhan yang tahu.

.

-

Sore itu Gallen disibukkan dengan kericuhan yang Elliot buat. Remaja SMA itu untung saja memiliki hati seluas Samudra karena Elliot menumpahkan kuah sayur kebajunya sendiri dan kini mereka berdua ada di kamar mandi untuk mengganti baju. Harusnya kegiatan melepas baju tidak sulit dilakukan, namun karena Elliot masih menggunakan infus jadi kegiatan melepas baju jadi sulit dilakukan.

Setelah itu selesai, Gallen harus sabar untuk menunggu sepupunya buang air besar.

Saat menunggu di depan kamar mandi, seseorang mengetuk kamar. Gallen berpikiran bahwa orang itu pasti orang asing, karena biasanya jika orang yang mereka kenal pasti akan masuk begitu saja tanpa permisi.

"Ell, ada yang mengetuk pintu kamarmu."  Gallrn membuka sedikit pintu dan mengintip sepupunya yang masih berjongkok tenang.

"Hei jangan dibuka, aku telanjang."

"Ada orang diluar."

"Ck, buka saja, kenapa harus melapor begitu."

Elliot berdecak seraya mendorong pelan pintu yang terbuka itu dengan kesal.

Tok

Tok

Pintu terus saja diketuk, jikapun itu perawat mereka tidak akan sampai menunggu dibukakan, mereka pasti akan masuk kan?

Dalam keraguan, Gallen berjalan mendekati pintu dan membuka perlahan.

Ia menemukan seorang Wanita dan anak perempuan berusia sepuluh tahunan bediri sampingan. Tangan mereka saling bergandengan dengan tangan si ibu disisi lain memegang jaket dan tas yang terlihat mewah. Pandangan Gallen juga tak lepas dari Wajah mereka begitu asing.

Siapa mereka? Teman bibi 'kah?

"Siapa?" Elliot akhirnya keluar dari kamar mandi dan menghampiri dengan tangan yang menyeret tiang infusnya sendiri. "Maaf? anda siapa?"

Wanita yang seumuran ibu itu sejenak melirik ranjang yang ada di dalam dengan kernyitan dahi yang cukup kentara.

"Nomor kamarnya sudah benar, kenapa orangnya tidak ada?"

Gumanan Wanita itu cukup terdengar di dua pasang telinga remaja depan mereka.

"Apa bibi ingin menjenguk seseorang?" Tanya Elliot.

"Benar nak, bibi ingin menjenguk seseorang. Mereka bilang nomor kamar rawatnya 101, Tapi... Sepertinya Bibi salah kamar, atau mereka sengaja memberi nomor yang salah."

"Memangnya Bibi ingin mencari siapa?" Kali ini Gallen yang bertanya.

"Apa kalian mengenal Jung Taksacra? Bibi ingin menemuinya."

ABANDONNER II KTHWhere stories live. Discover now