BY TAKSA

566 55 0
                                    


Pass Moment

Mungkin sejak pertama kali membuka mata, waktu yang terus berputar kuhabiskan hanya untuk menatap langit-langit putih diatasku. Pikiran mengawang mengingat sebab tubuhku berakhir terbaring di ruangan ini. Juga ku habiskan wakti sadarku untuk mengenali tempat ini. Setahuku, terakhir kali aku berada di ruang Latihan, bukan disini, Rumah sakit.

Bola mataku mengedar ke segala penjuru ruangan yang benar-benar asing ini, tidak seperti ruang rawat terakhir kali saat tubuhku tumbang beberapa minggu lalu sebab ruangan ini sangat berisik, mesin-mesin berbunyi, tapi terasa sepi. Sulit dijelaskan, sepi tapi berisik.

Tidak sampai disana, aku mulai menyadari jika tubuhku terasa kebas, tanganku lemas, dan mulutku dibekap masker oksigen, benar-benar membuatku frustasi, bahkan aku tidak bisa bergerak meski hanya menggerakan jari, bahkan bersuara pun tak mampu, sebenarnya ada apa dengan tubuhku. Kenapa aku jadi seperti mayat hidup? Begitulah, seolah Seperti di film-film, aku seperti orang linglung yang bangun-bangun tidak tahu berada dimana, kenapa dan bagimana bisa sampai seperti ini.

Tidak tahu lagi berbuat apa, aku hanya membuka dan menutup mata berulang, berharap seseorang datang menemuiku dan menolong, membebaskanku dari rasa tidak nyaman ini. Aku menarik napas, dadaku terasa berat seperti tertindih, kepalaku pusing dan entah mengapa mataku sangat perih meski hanya melihat cahaya yang tidak seberapa.

Dan benar saja, ada seseorang datang. Aku mendengarnya, Langkah kaki dengan suara roda diiringi suara samar yang sedang bicara.

Aku melirik ke bawah dengan mata menyipit.

"Oh, dia bangun."

Perawat lainnya menghampiri, wajahnya tepat diatasku, dia menepuk bahuku.

"Nak, kau dengar suara kami?" tanya perawat itu yang kubalas dengan anggukan.

"Bagus, terimakasih karena bangun dari tidur yang Panjang." Katanya yang membuatku terkejut. Gila, kukira tidurku hanya sehari.

"Sebentar lagi dokter datang, sebentar ya." Katanya, setelah itu benar saja, seorang dokter menghampiriku, memberi pernyataan dan pertanyaan yang serupa seperti perawat tadi.

------

Setelah dokter menjelaskan banyak hal padaku, disitulah rasanya jiwaku kembali pada ragaku yang sempat hilang beberapa waktu. Rupanya, ada drama besar mengapa diriku sampai berakhir disini hingga membuatku koma. Keputusan papa mengirimku kesini hingga turnamen yang sebentar lagi berlangsung mungkin alasan utamanya.

Aku menghela nafas, sembari menikmati tampilan awan cerah dibalik jendela. Termenung sendirian sejak pertama kali pindah ruang rawat.

Terlampau biasa sendiri membuatku sedikit angkuh; menganggap diri mampu melakukan beberapa hal tanpa bantuan orang lain. Iya, itu dulu saat sakit, tidak sadar diri jika sekarang lemah dan sekarat. Aku tertawa, lebih ke menertawakan diri sendiri. Lihat, bahkan mengambil air saja pecah, tanganku tak mampu mengenggam benda seringan itu, padahal genggaman tanganku terkenal bisa menumbangkan lawan.

Lawan ya? Tiba-tiba aku kepikiran itu, membayangkan bagaimana nasibku di turnamen nanti, masa depan taekwondoku...

Dengan Gerakan yang lambat, tanganku meraih ponsel di nakas, menyalakan benda pipih itu lalu bergeas mengecek WA yang isinya sudah penuh karena beberapa minggu tidak terbuka. Aku mencroll hati-hati, membacanya satu-satu, Hingga menemukan Grup Klubku yang memiliki jumlah pesan terbanyak dan masih aktif. Karena banyaknya hal yang dibahas jadi aku memutuskan untuk melihat chat dari atas, membacanya perlahan hingga sesuatu membuat tanganku tiba-tiba berkeringat, jantungku seketika bergemuruh kala aku dijadikan bahan utaman pembahasan. Disitu para pelatihan dan teman-teman tim sedang berdiskusi mengenai pergantian pemain utama untuk mengantikan posisiku.

ABANDONNER II KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang