CHAPTER 4: ERENA, SESAL DAN MAAF

1K 126 62
                                    

Attention! Tap left side on  your screen to vote this chapter ya!! Gue maksa pokoknya!!

Hallooooo sayang-sayang gue semuanya. How's your day? Semoga baik-baik yaaa. Apapun itu, you did it well today❤️‍🩹.

Take some rest and don't forget your vitamin. Ah ada yang seru hari ini? Let me know what happen to you guys!

With love,
Zoey

---

Pagi itu mentari bersinar cerah namun awan sesekali menutupinya. Tindakan awan itu membuat cuaca pagi itu menjadi lebih bersahabat.

Hangat matahari terasa pas dan semilir angin tipis mendatangkan suasana tenang dan menyenangkan.

Dedaunan yang berserakan diatas aspal bergerak karena angin. Embun sisa hujan tadi malam membuat para dedaunan itu tercekat diatas aspal.

Suasana yang sama terbit dari wajah seorang perempuan dewasa nan tegas yang baru saja keluar dari mobil sedan hitamnya.  Ia mengangguk berterimakasih pada sang ajudan yang sudah membukakan pintu.

Wanita dewasa berbalut dress hitam mewah dibawah lutut dan sebuah topi berwarna sama itu menjinjing tas kecilnya sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Wajah sendu yang ia tutupi dengan polesan make up tipis.

Suasana disini terasa lebih nyaman. Pepohonan pinus dan akasia menghiasi area itu di sepanjang jalan menuju pemakaman ini.

Gerbang putih tak jauh dari mereka parkir itu tampak kokoh. Berbanding terbalik dengan hati setiap orang yang pernah kemari.

Suasana pagi itu sangat cerah. Sunyi dan menenangkan. Jejeran ratusan nisan yang rapi sejauh mata memandang membuat mata wanita itu berkabut.

Apa karena ia dekat dengan putrinya atau hanya karena umurnya sudah mulai tua? Jadi aura pemakaman ini sudah akrab dengannya.

Wanita itu yang tak lain adalah Lia, tersenyum tipis. Ren, harusnya kamu yang datang ke makam Bunda.

Ajudan yang sama tadi berbalik cepat membuka bagasi dan mengeluarkan bucket bunga lavender segar dari sana. Ia menoleh sejenak saat mobil sedan satu lagi berhenti dibelakang mobil mereka.

Menampakkan sopir mereka yang turun terlebih dahulu lalu sang majikan turun. Abimanyu. Hari ini ia berpakaian setelan serba putih.

Ia tersenyum saat pandangannya bertemu dengan Lia. Ia menggendong bunga lavender yang lebih kecil dari Lia dan sebuah paper bag kecil ditangan satu lagi.

"Bunda", ucapnya memeluk Lia. Lia membalas pelukan Abi hangat.

"Setelannya bagus", puji Lia.

Abi tersenyum. "Aku ingin Eren tau bahwa aku baik-baik saja, boleh kan?"

Lia tersenyum dan mengangguk. "Tentu boleh, Eren pasti senang kamu datang. Gimana bisnis di Jakarta?"

Lia dan Abi berjalan menapaki jalan yang cukup luas memasuki area pemakaman. Jalannya agak menanjak dan melibatkan beberapa anak tangga.

Pemakaman Eren ada di atas bukit sana. Seperti cita-cita gadis itu. Jika ia mati, ia ingin dimakamkan di atas bukit sana. Agar ia dapat melihat sesekali dunia yang pernah ditinggali nya.

"Baik, semuanya sesuai rencana. Aku ga sabar mau cerita ke Eren", jawab Abi.

Laki-laki berjas putih itu tersenyum lebar saat Lia menepuk pundaknya pelan. Ia berkaca-kaca menatap tujuan mereka dari jauh. Nisan manusia favorite nya sudah tampak.

"Eren pasti bangga banget"

"Bunda apa kabar?", tanya Abi.

"I'm okay, perusahaan lagi sibuk-sibuknya"

THESIS 2: CAN LOVE BE THE ANSWER?Where stories live. Discover now