CHAPTER 3: BERTEMU KEMBALI

1.1K 148 98
                                    

Ariana mengepalkan tinju menahan sesak di dadanya. Hanya setengah meter di samping tumbuhan tinggi ini ada manusia yang selalu ia rindukan selama tiga tahun.

Rasanya ingin melompat ke dalam pelukan gadis itu dan ia akan rela dunia berakhir saat itu juga. Tapi lihatlah kejamnya semesta pada mereka.

Ia terpisah ratusan kilometer selama tiga tahun dari Rebecca dan kini mereka hanya berjarak satu meter. Mirisnya ia harus memaksa dirinya sendiri mematung disini sembari terisak tanpa suara.

"Yaudah yuk, gue anterin lo pulang", suara Chiko terdengar.

Laki-laki itu melirik ke samping kanan sejenak. Sorot matanya melarang Ariana menampakkan diri didepan mereka. Ariana tersenyum mengerti dan memutuskan untuk mengekang dirinya sendiri. Ia menertawakan diri sendiri untuk beberapa saat.

----

Setelah menunggu beberapa saat, Ariana berbalik dan memutuskan untuk pergi. Naasnya beberapa langkah ia berjalan, suara Clara terdengar.

"Boss!"

Ariana mendongak dan seketika ia membeku ditempat. Matanya tertuju pada satu orang. Manusia yang tak pernah hilang dari ingatan nya selama tiga tahun terakhir. Gadis manis yang entah kenapa kini terlihat lebih dewasa.

Rambutnya sudah panjang dan garis wajahnya kenapa begitu tampak tegas hanya dalam tiga tahun? Oh jangan lupakan tatapan mata coklat itu. Hanya saja Ariana merasa asing dengan tatapan asing itu.

Ia mengernyit sesaat meski kini ia tak mampu berpikir. Tatapan asing itu terlalu kentara dan mengganggu.

"K-kak?"

Oh Tuhan. Suaranya.

Ariana meneguk ludahnya menyadari bahwa suaranya saja bisa meruntuhkan ketegaran hati yang ia coba bangun selama ini. Ada sedikit getaran shock dari nada suara itu. Tapi pemiliknya tampak berusaha menyembunyikannya dengan tatapan dinginnya.

Apa dia berubah?

"Caa, gue anterin lo balik", sergah Chiko. Laki-laki itu menarik lengan Rebecca cepat sebelum situasi memburuk.

Ariana tak mampu mengendalikan diri. Ia terus menatap mata coklat itu penuh rindu. Meski kini tatapan berbinar miliknya dulu tidak tampak. Tatapan rindu dan sendu yang Ariana berikan kini dibalas tatapan asing dan dingin.

"Caa, please!", ucap Chiko dengan nada tinggi.

Pasalnya Rebecca kini terdiam menatap kakaknya tanpa kedip. Oh bukan kakaknya sejak awal, jadi kita sebut mantan pacarnya? Apa bahkan mereka sempat berpacaran? HTS-an nya? Tapi mereka kakak adik. Jadi apa sebenarnya hubungan mereka?

Ah, bukan apa-apa tapi sakitnya bukan main ya!

Ariana tersenyum kikuk tidak siap menghadapi keadaan. Tatapan asing manusia yang ia cintai itu cukup menyudutkannya.

"Hai, long time no see"

Sialan. Ariana mengutuk dirinya dalam hati. Long time no see? Sungguh pemilihan kata yang bagus.

Chiko menatap tajam pada Ariana kini yang tersenyum bak orang idiot. Apa dia gila atau bagaimana?

"Ca, kita pulang yuk!"

Rebecca menoleh pada Chiko. Ia tersenyum tenang. Berbeda jauh dari Rebecca yang ia lihat beberapa menit yang lalu. Rebecca yang kini tersenyum itu seolah menjadi orang lain.

"Hei, are you okay?", tanya Chiko khawatir.

Rebecca mengangguk. "Boleh gue bicara sebentar sama kak Nana?", Tanyanya pelan. Setenang mungkin.

THESIS 2: CAN LOVE BE THE ANSWER?Where stories live. Discover now