EMPATPULUH TUJUH

7.4K 464 49
                                    

🥀🥀🥀







Eca selalu menunggu Caca dengan senantiasa di rumah sakit. Tidak meninggalkan tempat ini jika tidak ada kepentingan.

"Gue kangen lo Ca," katanya lirih sambil menunduk memainkan kakinya di lantai.

Eca di sana tidak pernah sendirian selalu ada Triger bergantian menemani dirinya. Mereka semua berdiri di hadapan Eca yang sedang terduduk di ruang tunggu lorong rumah sakit.

"Eca, Arka bawa cokelat, lo mau gak?" Arka menyodorkan kedua cokelat batang kesukaan Eca yang dia bawa untuk menghibur gadis kesukaannya.

Eca hanya menggeleng lemah, menolak tawaran Arka.

"Eca gue bawa seblak, nih? Mau gak? Gue beli di tempat langganan kita waktu itu lho?" tawar Niel memperlihatkan plastik isi makanan kesukaan Eca.

Lagi dan lagi mereka hanya mendapatkan penolakan dari Eca.

"Eum... mau singkong bakar?" tanya Axel menawarkan Eca, tidak disangka Eca langsung mendongak dalam sekejap.

"Mana?" Eca menadahkan tangannya ke depan wajah Axel.

"Eum ... gue sebenernya ngasal Ca sorry, gue ga tau itu makanan apaan." jawabnya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, Eca langsung melihat dirinya dengan pandangan menusuk.

"Pergi lo semua sialan!" kesalnya lebih memilih melihat ke arah lain, dengan bibir cemberut.

"Lho si Xel jadi ngambekkan," tegur Arka yang ikut duduk di samping Eca.

Kevan yang melihat itu maju selangkah membawa benda di tangannya ke hadapan wajah Eca. "Gue bawa jambu di depan rumah gue nih Ca, yang sering lo colong." Kevan memamerkan sekantong plastik jambu di tangannya yang telah Bintang dan Langit panjat.

"Itu gue Ca yang panjat, si sialan itu cuma nyuruh doang!" kesalnya Bintang menepuk punggung Kevan.

"Lo juga samanya kayak dia! Naik cuma ngabisin jambu aja, itu semua gue yang ambil Ca," sambung Langit menatap tajam kedua adiknya itu, dan hanya dibalas cengiran tidak berdosa oleh Bintang dan Kevan.

Mata Eca mengikuti arah plastik itu. "Bisa-bisanya lo Pan, gue di rumah sakit disuruh ngerujak!" Kesal Eca, tetapi kresek di tangan Kevan dia ambil. "Makasih." Kedua sudut bibirnya terangkat sedikit.

"Sama-sama Cantik." Kevan membalas senyum Eca tak kala menawan.

"Lho ga bisa gitu dong Ca! Masa makasihnya sama dia doang." Bintang menonjok pelan bahu Kevan adiknya, dia merasa tak terima.

"Padahal gue lo yang memanjat, gue juga yang digigit semut," beber Langit dengan wajah menyakitkan menatap lurus Eca.

Senyum kecil terbit kembali dari wajah Eca. "Gemesin banget, sih! Makasih deh buat lo berdua--"

"GUE GIMANA?" potong mereka serempak dari Arka, Niel, dan Axel. Mereka melipat kedua tangannya menuntut, menatap Eca meminta balasan.

Akhirnya tawa kecil lolos dari bibir Eca. "Iya, iya, makasih banyak, ya, gue ambil semua nih, ga minta bayarankan?" tanyanya sambil mengambil semua makanan dari tangan mereka satu persatu.

Mereka semua walaupun sering melihat Eca tertawa entah kenapa, masih terpesona dengan wajah cantik Eca yang sangat menggemaskan di matanya.

"Sialan, gue salting." Arka melengos menutup wajahnya yang memerah.

Axel menggigit pipi dalamnya, lantaran gemas melihat wajah sembab Eca yang sehabis menangis, hidung tomatnya sangat menggemaskan.

Niel menjilat bibirnya entah mau bereaksi seperti apa, ini sungguh membuat hatinya tidak karuan.

ANTAGONIS URAKAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang