TIGAPULUH LIMA

9.2K 547 16
                                    

🐥🐥🐥




HALLO MAAF BARU UPDATE HAHA

_____________________________

"Gue benar-benar malu, foto itu kesebar luas sampai ke sekolah sebelah, kalau mereka tahu itu gue gimana!" Dia mondar mandir menggaruk kepalanya dengan gusar.

"Santai, Kevan yang ngalamin aja santai kok, masa malah lo yang kelimpungan," sahut seseorang yang berada di sana.

"Gak gitu, ya, anjing itu foto gue! Jelas dia ga merasa, jadi biasa aja," ucap dia mengeratkan rahangnya menahan amarah ke temannya.

"Mending lo diem, atau perusahaan bokap lo gak akan ditolong sama keluarga gue. Keluarga mau hancur aja segala protes lo, jangan ngeluh lagi ke gue." Dia kembali merengkuh pinggang kekasihnya yang duduk di pangkuannya.

"Sudah Beby, diamkan saja," ujar Kikan mengelus rahang kekasihnya. "Lagian bagian bawah lo editan, kok. Kenapa panik? Kita cuma pake punggung lo doang."

Suaranya meninggi mendengar ucapan sepele dari Kikan. "Kalau lo gak ngerasain, lo ga akan pernah tau rasanya di posisi gue gimana!" semburnya marah.

"Sudahlah, lagian lo kek gitu dibayar kok sama cowok gue, ditambah perusahan bokap lo dapat suntikan dana dari keluarga pacar gue. Kurang apa coba?" Kikan yang semakin mengeratkan pelukannya ke cowok di sebelah.

"Lo berdua! Kurang waras." Dia pergi dari rumah itu meninggalkan dua sejoli yang masih bermesraan.

🐥🐥🐥

Tadi Eca sudah dibangunkan Bunda untuk turun makan malam.
Sesampainya dia ditengah undakan tangga, ada seseorang yang Eca kenal sedang duduk di sofa.

Sapa gak, ya? kalau udah gue sapa, tapi masih disinisinkan tengsin.
Batin Eca melihat orang yang sedang duduk dengan tenang di sofa.

Akhirnya Eca berjalan ke arah sofa tersebut, dia sudah berada di depan orang itu. Lelaki yang sedang duduk pun melihat ke arahnya dengan datar.

"Apa lo liat-liat? Gue cuma ingin ngambil kacang." Dia merebut toples yang berada di tangan orang itu, lalu Eca memeluknya ke dalam dekapannya.

Dia pun berjalan ke ruang makan dengan berlari kecil, Eca takut dengan orang tadi.

Bisa Eca lihat kembarannya yang satu lagi sudah bertengger di meja makan.

"Sini Sayang, makan dulu," ujar Bunda yang melihat Eca yang terdiam di samping meja makan.

Eca pun memilih duduk di samping Bunda, Papanya belum pulang jadi di sini mereka hanya berempat.

"Bintang cepat duduk, dari mana aja sih kamu, bukan duduk anteng dong kayak Langit di meja makan," omel Bunda melihat kedatangan Bintang ke ruang makan.

"Abis dari ruang tamu Bun." Bintang pun mendudukan dirinya di samping Langit yang berseberangan dengan tempat duduk Bunda dan Eca.

"Bun, mereka nginep?" tanya Eca berbisik ke Bunda.

Bunda mengangguk, lalu tersenyum. "Iya, Bunda lagi kangen sama si kembar. Jadi, Bunda suruh mereka berdua untuk nginep di sini, kamu senangkan Eca?" tanya balik Bunda.

"Ha? ... i--iya Bun senang banget," gagap Eca tersenyum kaku.

"Yaudah dimakan lagi," ucap Bunda.

"Iya Bun."

"Eca, kenapa kamu bawa-bawa toples kacang, Nak?" Bunda yang melihat Eca memangku toples di kedua pahanya.

Eca menunduk, tersenyum getir. "Em ... anu mau dikasih ke cupzhzzj,"

ANTAGONIS URAKAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang