EMPATPULUH DUA

8.9K 485 27
                                    

🍄🍄🍄








Flashback jiwa kedua yang dibawa Cici ke dunia ini.

Malam harinya setelah jiwa Eca terisi. Di sebuah kamar yang tentram ada seorang lelaki tengah tertidur di ranjangnya yang empuk.

Mata yang terpejam itu terbuka secara perlahan—terdiam sejenak beberapa saat untuk mencerna penglihatannya. "Hm? Ini di mana?" dia mengedarkan penglihatannya ke sekeliling ruang asing tersebut, dia menganti posisi tubuhnya menjadi terduduk di kasur.

"Tempat apa ini?" Dia berusaha beranjak dari kasur, lalu menyusuri ruangan tersebut. Dia tidak sengaja melewati cermin yang tingginya menyamakan dirinya.

"Dih! Muka siapa itu? Cakep bener emaknya ngidam apaan, ya?" tanyanya berfikir. "lho? Kok, dia ngikutin gerak-gerik gue."

Dia meragakan menepuk-nepuk pantatnya di depan kaca.

"Wah! Gak beres ini, harus gue cari tau!" Kakinya menapaki ruangan, lantas berjalan ke arah pintu. "Ini kamar siapa sih? Rapih banget bisanya—kamar gue mah ada kolor berserakan, rumah orang kaya nih pasti!" Dia berusaha membuka knop pintu ruangan yang sepertinya kamar milik orang lain.

Langkahnya menyusuri ruangan tersebut hingga kaki itu membawa dia menuruni anak tangga, mencari seseorang yang bisa ditanya.

"Aden mau ke mana?" tanya seseorang di belakangnya setelah menyelesaikan undakan anak tangga terakhir, dia pun berbalik syukurlah dia bertemu dengan orang lain di tempat aneh ini.

"Permisi Buk, ini di mana, ya?" tanyanya sopan ke wanita paruh baya di depan.

"Lho Den, kaga kenal sama Bibi?" lawan bicara lelaki itu syok majikannya tidak mengenali dirinya.

"Bibi?" tanyanya lagi memastikan.

"Iya Den Kevan, ini Bibi pelayan di sini, Aden pasti mau makan malam, ya?" tanya orang yang di maksud Bibi tersebut.

"Kevan? Maksudnya?" Dia masih tidak mengerti dan mencoba mencerna semuanya lamat-lamat.

Nama gue bukan Kevan, siapa Kevan?

Dia berusaha celangak-celinguk mencari orang yang memiliki nama tersebut, tetapi cuma hanya ada dirinya di sini.

"Den nyari apa? Den Kevan pasti laper, ya? Ayo makan dulu, kalau Aden cari nyonya sama tuan mereka sedang perjalanan bisnis mungkin lusa baru pulang," ujarnya berjalan duluan menuju dapur, lelaki yang dipanggil Kevan hanya membuntutinya saja.

"Permisi Bi apa, eum, saya boleh tanya?" tanyanya setelah duduk di meja ruang makan. Dia tampak ragu ingin bertanya, tetapi sangat penasaran.

"Boleh atuh Den, tanya aja sini ke Bibi." Tangannya sambil menyediakan lauk pauk kepiring majikannya.

"Nama panjang saya siapa?" tanyanya ragu-ragu.

Ucapan itu memberhentikan kegiatan tangan Bibi, dia pun menoleh ke tuan mudanya dengan raut heran.

"Den Kevan lupa nama sendiri? Nama adenkan Kevando Grendra Giovano." ucapnya lalu melanjutkan aktivitasnya yang tadi sempat terhenti.

"Ini Aden dimakan yang banyak, Bibi kebelakang dulu, ya."

Pemuda itu mematung berusaha mencerna atas semua kejanggalan yang ada.

"Lho? sebentar, itu bukanya nama pemeran di dalam buku best seller? Di toko tempat gue bekerja? Apa sih aneh banget ga ada—pasti yang kayak gitu." Dia tertawa miris berusaha mencerna semuanya.

Semalaman dia sudah berpikir ternyata hal yang tidak mungkin itu ternyata benar—dia transmigrasi ke dalam novel 'LOVE FOR KIKAN' dan lucunya sebagai pemeran utama pria.

ANTAGONIS URAKAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang