24. 👻

10.9K 683 5
                                    

Pulang sekolah Daffa sengaja mendatangi Gandy di apartemen miliknya, cowok itu masih sering tinggal di sana, apalagi orang tuanya tengah sibuk bekerja membuat cowok itu enggan pulang kerumah, "tumben datang ke sini ? Ada yang penting ?", tanya Gan...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pulang sekolah Daffa sengaja mendatangi Gandy di apartemen miliknya, cowok itu masih sering tinggal di sana, apalagi orang tuanya tengah sibuk bekerja membuat cowok itu enggan pulang kerumah, "tumben datang ke sini ? Ada yang penting ?", tanya Gandy melempar minuman kaleng kearah Daffa yang terlihat mencibir pelan.

"Nih lihat, tadi di sekolah tiba-tiba ada yang bisikin gue minta ke ruangan pemantauan CCTV dan lo lihat apa yang gue dapatkan di sana", ujarnya menyodorkan ponsel.

Gandy meneguk minuman sampai habis mendekat duduk di sofa seberang menautkan alis melihat sebuah Vidio di sana, "Daf, sampai besok juga tidak akan kelar gue nontonya anj__", umpat cowok itu meringis melihat durasi vidio di ponsel cowok itu, Daffa terkekeh baru mengingat mengambil ponselnya kembali mengatur tepat di menit 50.29, "tuh", ujarnya.

Gandy menganggukan kepala mulai menatap vidio rekaman CCTV mata cowok itu memicing kaget melihat, Gandy membelalak menggelengkan kepala, "Daf, sepatu itu__", ujarnya tercekat, Daffa mendekat belum sempat memperhatikan jelas, cowok itu mengatupkan bibir melihat sepatu yang sama persis dengan sepatu yang di buat khusus untuk mereka, sepatu kulit di desain seperti sepatu jalan dengan gaya dan corak berbeda

Kedua cowok itu saling pandang, "itu darah kan ?", tanya Gandy, Daffa menganggukan kepala sebagai jawaban, "kenapa hanya segini, Vidio sebelumnya mana ?", tanya Gandy lagi menautkan alis bingung.

"Karena itu gue butuh bantuan lo, coba minta kenalan lo memulihkan vidio itu, vidio itu sudah di hapus sebagian", ujarnya merebahkan tubuh di sofa.

Gandy merogoh ponselnya mengirim vidio dari ponsel Daffa, menghubungi kenalan di seberang sana meminta untuk memulihkan vidio yang sengaja di kirim melalui telegram, "katanya tunggu sampai 3 atau 5 hari kedepan", ujar Gandy membaca pesan dari kenalannya.

"Gan, coba bahas dengan Juiwta, gue rasa gadis itu beda dari yang lain, setelah pertemuan gue dengan dia di taman belakang sekolah, gue sering mimpi, seorang gadis datang menemui gue namun wajahnya sama sekali tidak nampak, meminta gue untuk membantu Juwita, hanya saja gue bingung bantuin dalam hal apa", ujar Daffa membuat Gandy tersentak menyadari sesuatu menganggukan kepala segera mengirim pesan pada Juwita untuk datang ke apartemen bersama Kayla agar ada yang menemani.

Tepat jam 03.25 sore Juwita dan Kayla benar-benar datang dengan kantongan berisi cemilan dan minuman, "ada apa nyuruh kita ke sini ?", tanya Kayla melirik sekilas kearah Daffa

"Liat dulu", ujar Daffa meletakan ponsel di meja tepat di hadapan kedua gadis itu yang terlihat bingung, menonton vidio di ponsel Daffa, Kayla tertegun menutup mulut, berbeda dengan Juwita yang sudah bergetar cowok di vidio persis dengan yang muncul di dalam mimpi, kepalan tangan gadis itu menguat mencoba menguasai diri, Gandy diam-diam memperhatikan cemas.

Juwita menghembuskan nafas menatap mereka satu persatu meyakinkan diri,"ada yang ingin gue bicarakan sama kalian bertiga lebih tepatnya meminta bantuan", ujarnya serius membuat mereka menoleh kompak menatap Juwita.

Juwita mulai menjelaskan sedangkan ketiganya diam mendengarkan terlihat wajah mereka begitu serius, "oke, kita mulai besok saja kebetulan hari minggu, kita kerumah lama Laila menyelinap masuk kedalam, soal pagar serahkan sama gue", ujar Daffa yakin.

Semua menganggukan kepala, Juwita tersenyum tipis berharap rencana yang telah di susun berjalan lancar.


***

Terlihat seorang cowok duduk di sofa yang sengaja di siapkan didalam kamar terlihat berfikir, beberapa menit berdiam seringai muncul di wajah tampannya, "Juwita, Juwita, lo akan bernasib sama dengan Laila, karena lo Gandy kembali pada dirinya yang dulu aarrrhhh sial", umpatnya marah mengingat jelas bagaimana kedua orang tuanya membandingkan dia terang-terangan di depan umum dengan Gandy apa lagi semua perempuan yang dia sukai malah kepincut pada Gandy.

"Lihat Gandy, walaupun dia terlihat tidak peduli dengan sekitar tapi dia selalu mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran, sedangkan kamu setiap malam sudah belajar masih belum bisa mengalahkan nilai Gandy", celetuk pria paruh baya di meja makan yang tersedia di restoran.

Suasana menjadi canggung, para orang tua saling pandang, sedangkan cowok yang di sindir menunduk, genggaman menguat pada sendok, "jangan begitu pak, semua anak punya kelebihan masih-masing tidak seharusnya membandingkan", ujar salah satu wanita paruh baya di sana.

"Ck gimana dia bisa menjadi penerusku, bahkan untuk mengalahkan Gandy pun tidak bisa", ujar kasar pria tadi, cowok itu semakin menunduk dengan wajah memerah malu.

Kepalan tangan cowok itu menguat perkataan membandingkan dari orang tuanya terngiang membuat wajah cowok itu memerah menahan amarah, bukan hanya perkataan orang tuanya tapi perkataan gadis di SMPnya dulu gadis yang dia sukai sebelum Laila.

"Maaf, yang gue suka itu Gandy, bukan lo, Gandy memang terlihat cuek dengan perempuan hanya saja dia selalu maju pertama jika salah satu dari kami membutuhkan pertolongan, itu yang membuat gue jatuh hati padanya".

•••

Ghost Class Where stories live. Discover now