11. 👻

12.3K 736 0
                                    

Kayla terlihat gelisah di dalam kamar memegang ponselnya, meringis, perkataan Nathan terngiang-ngiang di kepala, gadis itu menoleh menatap jam dinding menunjukan pukul 06

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kayla terlihat gelisah di dalam kamar memegang ponselnya, meringis, perkataan Nathan terngiang-ngiang di kepala, gadis itu menoleh menatap jam dinding menunjukan pukul 06.15, Kayla menghembuskan nafas membuka ponsel mencari nomor Juwita, gadis itu meyakinkan diri untuk mengatakan sejujurnya tentang keluarganya agar Kayla siap jika gadis itu memilih menghindarinya seperti yang lain.

"Halo Kay, kenapa ?", tanya Juwita di seberang sana

"Ta, bisa keluar ngak, kita ketemu di cafe dekat rumah lo, ada yang perlu gue bicarakan", ujarnya mengigit bibir bawah.

"Okey gue siap-siap dulu", ujarnya.

Kayla menghembuskan nafas mengambil jaket keluar dari kamar pamit terlebih dahulu pada kedua orang tuanya, mengambil motor menuju ke cafe dekat rumah Juwita, sampai di sana gadis itu bergegas masuk kedalam mengedarkan pandangan melihat Juwita yang sudah duduk di depan jendela kaca.

"Gue sudah pesan minuman untuk lo", ujar Juwita tersenyum menatap ke arah Kayla yang kini duduk dihadapannya.

Kayla tersenyum menganggukan kepala kembali gelisah, "mau bicarakan tentang apa ?, santai saja Kay", ujar Juwita menyadari kegelisahan Kayla.

Juwita tersentak melihat sosok Laila tiba-tiba muncul tepat di belakang Kayla, Juwita tersenyum tipis menyapa walaupun sosoknya terlihat begitu mengerikan, "hm gue mau cerita soal orang tua gue Ta, setelah ini gue tidak masalah lo menjauh dari gue, jangan seperti Laila yang tiba-tiba menjauh tanpa memberi tahu alasannya setelah tahu tentang keluarga gue", lirihnya.

Juwita menyeritkan dahi melihat sosok Laila terlihat menggelengkan kepala sampai lehernya hampir patah sebelum kembali menghilang, "ayah pernah di tuduh menggelapkan uang sebanyak satu milyar, gue tidak tahu kenapa berita itu sampai tersebar di sekolah, gue di cap anak korupsi sampai semua tidak ada yang mau mendekat atau sekedar berteman, ayah tidak terbukti melakukan hal itu gue tetap di cap seperti itu Ta", ujarnya menunduk.

"Kenapa lo menunduk ? Itu tidak terbukti bukan, bahkan jikalau pun ayah lo benar-benar menggelapkan uang sebanyak itu tidak ada hak gue untuk menghakimi lo, itu kesalahan orang tua bukan kesalahan lo, berhenti minder karena kejadian itu, toh ayah lo juga tidak terbukti melakukan itu semua, lo pikir gue menghindar hanya karena itu ck picik amat", ujar Juwita santai menyeruput minuman dinginnya.

Kayla mendongak melongo mengerjapkan mata tertegun sendiri dengan jawaban gadis di depannya,"kok lo biasa saja, Laila sampai menghindari gue karena hal itu Ta", lirihnya mengaduk minuman menggunakan sedotan.

"Lo tahu dari mana Laila menghindar karena itu ? Bukannya lo bilang Laila sama sekali tidak menjawab saat lo bertanya", tanyanya terlihat bingung.

Kayla menghembuskan nafas mencuatkan bibir, "tadi gue masuk kedalam kamar Nathan, tidak sengaja bahas soal oleh-oleh, Nathan menyinggung soal Laila yang menghindar karena tahu soal ayah", ujarnya sudah terlihat santai.

Juwita menautkan alis, "kok Nathan bisa tahu ?", tanyanya lagi.

"Gue juga baru tahu jika Nathan, Daffa,Azri, Barra dan Gandy satu sekolah dengan Laila waktu SMP bahkan gue sempat melihat di meja belajar Nathan ada foto mereka saling merangkul memperlihatkan mereka sudah akrab dari SMP hanya saja gue sama sekali tidak menyadari selama ini karena di sekolah mereka semua terlihat asing, kecuali Nathan, Azri, Gandy dan Barra", ujarnya membuat Juwita tersentak menatap wajah Kayla yang terlihat serius.

"Gue rasa Laila pernah cerita ke mereka alasan menghindar dari gue sampai Nathan bicara seperti itu", lanjutnya.

Juwita menipiskan bibir merasa aneh, gadis itu sudah mengenal Laila dari kecil paham dengan sifat gadis itu, tidak mungkin Laila menghindar hanya karena status sosial, Laila berteman dengan siapa saja, bahkan waktu SMP pun walaupun mereka berbeda sekolah komunikasi tidak pernah terputus, kadang sering bertemu juga di luar, "berhenti berpikir yang tidak-tidak, jangan merasa minder lagi", ujar Juwita akhirnya.

Kayla tersenyum menganggukan kepala, keduanya menikmati hidangan di meja berbincang sampai pukul 09.00 malam.

Juwita masuk kedalam kamar, banyak pertanyaan muncul di kepala gadis itu tersentak menatap sosok Laila kembali muncul di sudut kamar, "La, apa yang terjadi sama lo ? Cerita sama gue ? Apa yang membuat lo masih di sini, La ?", lirihnya sama sekali tidak takut dengan kondisi mengerikan sosok itu.

"Hiks"

Sosok itu kembali menangis pilu tanpa mengatakan apa-apa, Juwita meringis berjalan mendekat namun saat jarak satu meter sosok itu menghilang hanya suara tangisan pilu yang samar-samar masih terdengar di telinga Juwita.

•••

Ghost Class Where stories live. Discover now