14. 👻

9.9K 588 2
                                    

Juwita masuk kedalam kamar setelah melakukan aktifitas seperti biasa, gadis itu duduk di kursi membuka tas di meja belajar mencari ponsel yang dia temukan di laci bangkunya, gadis itu meringis setelah menyalakan ponsel menatap nanar foto Vivi di s...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Juwita masuk kedalam kamar setelah melakukan aktifitas seperti biasa, gadis itu duduk di kursi membuka tas di meja belajar mencari ponsel yang dia temukan di laci bangkunya, gadis itu meringis setelah menyalakan ponsel menatap nanar foto Vivi di sana perlahan Juwita membuka galeri mencari sesuatu di sana namun tidak ada hal yang mencurigakan, Juwita membuka semua sosial media Vivi beserta whattsap namun sama sekali tidak ada yang mencurigakan.

"Huuuffttt, tidak ada apa-apa", gumamnya menghembuskan nafas panjang meletakan ponsel di meja, jari tangan Juwita tidak sengaja membuka ikon pesan biasa, gadis itu meraih kembali ponsel Vivi mencoba mengecek, namun kebanyakan nomor dari operator, alis gadis itu terangkat melihat satu pesan berbintang, penasaran gadis itu membuka pesan nomor asing di sana.

Mata Juwita membola sempurna membaca pesan di layar ponsel.

+6285399311xxx : gue harap besok lo melakukan apa yang sudah gue perintahkan, lompat dari atap sekolah atau bernasib sama dengan Laila.

Juwita menekan dada yang tiba-tiba terasa sesak, wajah Vivi sebelum kejadian muncul di dalam pikiran gadis itu, perlahan Juwita meraih ponselnya membuka aplikasi get contak mencari nomor yang mengirim pesan pada Vivi namun sialnya nomor itu tidak terdaftar.

Drreeettt

Juwita tersentak merasakan ponselnya bergetar menghembuskan nafas mengira ponsel Vivi yang bergetar, gadis itu mematikan ponsel Vivi menyimpan di dalam laci, kemudian membuka ponsel melihat nomor baru mengirim pesan di whattsap.


Nomor baru : Ta, sudah tidur ?

Juwita : siapa ?

Nomor baru : Gandy, maaf gue minta nomor lo di Kayla.

Juwita : tidak apa-apa Gan, ada apa ?

Gandy : lo kenal Daffa ?

Juwita : tidak, kenapa ?

Gandy : tadi dia tiba-tiba nelphone gue nanya soal lo.

Deg

Juwita mengigit bibir bawah membaca pesan dari Gandy, kenapa Daffa mencarinya ? Apa tetangga tante Rianti mengatakan pada cowok itu tentang kedatangannya.

Juwita : nanya soal apa ?

Gandy : dia nanya 'lo kenal Juwita anak baru itu ngak ? Kalau bisa gue minta nomornya ada hal penting yang harus gue bicarakan sama dia soal rumah yang dia kunjungi'

Juwita : jangan kasih ya Gan, gue tidak kenal dengan Daffa, maaf bukannya tidak mau hanya saja gue belum kenal dengan dia, kalau mau bicara minta dia datangi gue di sekolah.

Gandy : iya, tidak kok

Juwita : makasih Gan.

Gandy : sama-sama, tidur gih sudah larut.

Juwita : siapp.

Gandy di seberang sana tersenyum sejenak, menatap langit-langit kamar masih berpikir soal perkataan Daffa padanya.

"Gan, lo kenal Juwita anak baru itu, minta nomornya, ada hal yang perlu gue bicarakan dengan dia, soal rumah yang dia kunjungi"

Gandy mengusap wajah kasar baru kali ini rasa penasaran muncul di hatinya hanya karena gadis itu, Juwita.

***

Di cafe terlihat Barra dan Azri duduk di salah satu tempat yang sudah di siapkan di temani dengan kopi dan beberapa cemilan, "ck Nathan dan Gandy tumben tidak datang", celetuk Barra menghembuskan nafas.

"Makannya baca grup, orang tua Nathan pulang dari luar negeri, tidak mungkin ada waktu untuk keluar, kalau Gandy harusnya lo tahu sifat tuh bocah dari dulu tidak pernah berubah", celetuk Azri memijit pelipis merasa miris dengan salah satu sahabatnya, Gandy.

Barra terkekeh paham, Gandy memang yang paling malas untuk kumpul jika hanya sekedar nongkrong saja, jangan salah cowok itu yang paling pertama muncul saat salah satu di antara mereka memerlukan bantuan, sampai heran dengan julukan cowok itu, tidak pedulian, "lo merasa jengah ngak sih tentang peremanan kita yang tiba-tiba renggang hanya karena Laila, jujur saja gue merasa tidak terima", celetuk Barra tiba-tiba membuat Azri menyeritkan dahi sejenak.

"Ya resiko main perasaan jadinya semua jadi renggang seperti ini, lo ingat kejadian saat Gandy kecelakaan tepat di hari perpisahan di SMP, lo merasa semua bersangkutan ngak sih, setelah Laila mengungkap perasaanya di sekolah kita semua berkumpul di cafe dekat sekolah tapi setelah itu tiba-tiba Gandy kecelakaan, pertemanan kita menjadi renggang seperti ini", ujar Azri mengingat kejadian dulu.

Barra terdiam sejenak, "mungkin itu hanya kebetulan Az", ujarnya menyeruput kopi di meja, Azri memicing melihat tingkah Barra sedikit mencurigakan setelah membahas masa lalu, Azri menggelengkan kepala mungkin hanya perasaan cowok itu saja.

•••

Ghost Class Where stories live. Discover now