1. 👻

42.5K 1.1K 24
                                    

Gadis itu keluar dari kamar, senyuman menghiasi wajah cantiknya, walaupun perasaan cemas menyeruak di hati, gadis itu menghembuskan nafas sebelum melangkah mendekati seorang wanita paruh baya yang terlihat sedang sibuk membungkus beberapa kue di a...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu keluar dari kamar, senyuman menghiasi wajah cantiknya, walaupun perasaan cemas menyeruak di hati, gadis itu menghembuskan nafas sebelum melangkah mendekati seorang wanita paruh baya yang terlihat sedang sibuk membungkus beberapa kue di atas meja makan, wanita itu menoleh setelah menyadari kehadiran anak semata wayangnya tersenyum manis

"Sudah siap sayang, kamu mau sarapan dulu ? Biarin saja ayah menunggu di depan", ujar wanita itu _Yuni_ seraya berjalan mendekati gadis cantik itu.

"Tidak usah maa, biar Juwita makan di sekolah, kasihan ayah kelamaan menunggu", ujarnya bergegas pamit keluar melihat seorang pria sudah menunggu di atas motor.

"Ayo nak, gimana perasaannya hm ?", tanya pria itu _Rahul_.

Juwita meringis naik ke atas motor setelah menggunakan helm pemberian Rahul, "sedikit cemas ayah", ujarnya lirih, Rahul mengintip dari kaca spion tersenyum menancap gas menjalankan motor dengan kecepatan sedang, "kamu pasti bisa sayang, jangan lupa ada ayah dan juga mama yang selalu menerima apapun yang ada pada diri kamu, jangan merasa minder dengan kemampuan kamu itu, gunakan dengan bijak ya", ujarnya lembut.

Juwita menganggukan kepala mengedarkan pandangan menikmati, walaupun banyak penampakan di sekitat namun kali ini gadis itu sudah terlihat terbiasa setelah beberapa bulan menjalani terapi karena kemampuan aneh yang tiba-tiba muncul setelah memasuki usia 16 tahun, Indigo, kemampuan anehnya pula yang mengharuskan gadis itu sekolah di rumah selama satu tahun terakhir.

Rahul sesekali mengintip ke arah kaca spion tersenyum lembut menatap wajah anaknya yang terlihat berbinar, merasa bersalah, kemampuan aneh yang turun pada anaknya adalah kemampuan yang almarhum kakek Juwita miliki.

Cciiittt.

"Nak sudah sampai, kalau ada apa-apa langsung kabarin ya", ujar Rahul menyadarkan Juwita yang termenung bergegas turun membuka helm memberikan kepada Rahul sebelum berpamitan.

"Juwita masuk, ayah hati-hati ke kampus, semangat mengajar hari ini ayah", ujar Juwita membuat Rahul terkekeh menganggukan kepala

Juwita meremas rok selutut mencoba menguasai diri, tubuhnya terasa dingin gerogi, menghembuskan nafas panjang gadis itu kini memberanikan diri masuk kedalam lingkungan sekolah seraya menundukan kepala malu, bisikan mulai terdengar membicarakan dia yang tampak asing, tanpa menghiraukan gadis itu tetap berjalan menuju ruangan guru.

"Permisi"

Sapa Juwita dengan suara lirih setelah masuk kedalam ruangan guru membuat para guru yang ada di dalam kompak menoleh tersenyum, salah satu pria mendekat, "kamu Juwita Liliana kan anaknya pak Rahul, kenalin saya Ilham teman sekolah ayah kamu dulu, kebetulan saya yang akan menjadi wali kelas kamu, jadi sekarang kita langsung ke kelas ya", ujarnya ramah.

Juwita mengangguk melangkah mengikuti pak Ilham dari belakang, kedua tangan saling meremas mengatur nafas mencoba menghilangkan perasaan gerogi dalam dirinya, Juwita spontan berhenti setelah pak Ilham berhenti tepat di depan kelas 2 IPA 1.

"Pagii anak-anak", sapa pak Ilham.

"Pagiiii pak", kompak teriakan dari dalam kelas, Juwita mengigit bibir bawah menunduk berjalan pelan masuk kedalam kelas, wajahnya memucat terlalu cemas, "anak-anak kita kedatangan murid baru di kelas kita, bantu dia ya, silahkan nak perkenalkan diri kamu", ujar pak Ilham.

Juwita perlahan mendongak tersenyum tipis terlihat begitu jelas jika gadis itu begitu canggung di depan sana apa lagi semua pandangan menatap kearahnya, "hm perkenalkan nama gue Juwita Liliana, semoga bisa berteman baik dengan kalian, gue selama ini hanya homeschooling, jadi mohon maaf jika gue masih terlihat begitu canggung, mohon bantuannya", ujarnya lirih.

"Haloooo Juwitaaaaaa", teriakan kompak dari dalam kelas membuat perasaan Juwita lega, pak Ilham tersenyum senang, "yaudah kalau begitu kamu duduk di samping Kayla, untuk Kayla silahkan unjuk tangan", perintah pak Ilham membuat seorang gadis cantik mengikuti perintah di hiasi senyuman manis, hanya saja Juwita tidak fokus dengan gadis itu lebih tepatnya Juwita fokus kearah sosok yang terlihat berdiri di belakang kelas rambut acakan menutupi seluruh wajahnya sampai ke perut, menggunakan seragam yang sama dengan Juwita.

Satu hal yang Juwita yakini sosok itu bukan lah manusia, perlahan Juwita berjalan mendekat ke arah bangku kosong di samping Kayla, di dalam kelas ada dua bangku yang masih kosong, sekuat tenaga Juwita menahan ketakutan yang mulai menguasai hati, sesekali menghembuskan nafas menatap ke depan memperhatikan pak Ilham yang sudah mulai menerangkan materi.

•••

Ghost Class Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang