6. 👻

12.5K 710 9
                                    

Ceklek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ceklek

Gandy dan Kayla kompak mendekati seorang dokter yang sudah keluar dari ruangan pemeriksaan tersenyum ramah, "teman kalian tidak apa-apa, semua luka sudah kami obati, sekarang kalian boleh masuk kedalam, hanya saja teman kalian tidak bisa kembali ke sekolah, langsung pulangkan kerumah saja istirahat untuk hari ini", ujar dokter sebelum kedua remaja itu bertanya.

"Makasih dok", ucap keduanya kompak masuk kedalam ruangan Juwita yang terlihat termenung.

"Ta",

Juwita menoleh tersenyum menatap Kayla dan Gandy yang kini berjalan mendekat, "Vivi gimana kondisinya ?", tanyanya langsung, Kayla melotot mencibir pelan, "yang perlu di khawatirin itu lo, Ta, bukan orang lain", omelnya membuat Juwita tertegun, kenapa Juwita merasa ada Laila di dalam jiwa Kayla, omelan keduanya begitu mirip.

"Gue tidak apa-apa Kay", ujar Juwita menahan diri agar tidak menangis merindukan sahabatnya Laila, "makasih ya Gan", ucap Juwita menatap Gandy yang terlihat menganggukan kepala.

"Kalian bisa kembali ke sekolah, biar ayah yang datang jemput gue", ujar Juwita.

Kayla menggelengkan kepala, "ngak, gue di sini, biar Gandy saja yang kembali ke sekolah, gue sudah pintar", ujarnya mengangkat bahu acuh duduk di kursi, Gandy mencibir menganggukan kepala pamit bergegas meninggalkan kedua gadis itu, Juwita menatap punggung Gandy tersentak menyadari kehadiran sosok tepat di depan pintu menatap nanar kearah Juwita sebelum menghilang.

Gandy kembali ke sekolah membelalak kaget setelah masuk kedalam lingkungan sekolah, lagi-lagi banyak murid yang kesurupan, cowok itu menggerutu lebih baik dia di rumah sakit saja jika tahu keadaan disekolah, "Gan bantuin", teriak seorang cowok mengagetkan, Daffa_ saingan Nathan untuk mencapai posisi teratas.

"AAAAAA LEPASSS, DASAR PEMBUNUH, BRENGSEK"

"AAAAAAAAAAAAAAA"

Teriakan-teriakan bersahutan satu sama lain, murid dan guru bahkan kewalahan menghadapi murid yang tengah kesurupan, sosok itu kembali muncul di ruangan kelas 2 IPA 1 menatap nanar kejadian di sekolah, menatap benci kearah salah satu dari ratusan orang di sekolah.

"Gue capek", keluh Barra sudah tidak kuat menghadapi para murid yang kesurupan.

Nathan juga sudah terlihat lelah begitupun dengan Azri yang tengah mengatur nafas, "Nat, lebih baik minta kepala sekolah untuk membubarkan sekolah hari ini, kita tidak mungkin bisa belajar yang ada semakin banyak yang kesurupan", ujar Azri.

Nathan menoleh menganggukan kepala bergegas pergi menuju ruang kepala sekolah, hanya beberapa menit pengeras suara benar terdengar menyampaikan informasi jika sekolah di bubarkan lebih awal, setelah suasana kondusif Nathan dkk menuju parkiran mengambil motor masing-masing, "gue duluan", ujar Gandy meninggalkan yang lain.

Barra, Nathan, dan Azri menatap punggung cowok itu dengan pandangan nanar menghembuskan nafas, merasa prihatin dengan kondisi sahabatnya itu.

***

Juwita masuk kedalam kamar dengan bantuan Kayla, "makasih Kay", ujarnya tersenyum tulus, Kayla menganggukan kepala mengedarkan pandangan menatap kamar Juwita yang bernuansa biru tatapan Kayla berhenti pada satu figura tepat di meja belajar, gadis itu spontan mendekat menatap merasa familiar dengan foto anak kecil di sana, "Ta ini siapa ?", tanya Kayla menunjuk gadis yang merangkul Juwita.

Juwita tertegun merasa enggan mengatakan dengan jujur lebih tepatnya belum saatnya untuk jujur, "itu sahabat gue, cuman kita pisah saat SMP", ujarnya, Kayla menganggukan kepala, "kalau gitu gue balik ya, kata Nathan sekolah di pulangkan lebih awal, terjadi kesurupan massal di sekolah", ujarnya.

"Apa sering terjadi kesurupan massal di sekolah Kay ?", tanya Juwita penasaran.

Kayla menoleh sejenak menggelengkan kepala, "gue juga tidak paham Ta, cuman 4 bulan terakhir sudah beberapa kali kesurupan massal di sekolah", ujarnya membuat Juwita mengatupkan bibir mulai kembali berpikir tentang sosok di kelas.

"Gue balik ya Ta, lo istirahat biar besok bisa masuk sekolah", ujar Kayla, Juwita menganggukan kepala tersenyum, "hati-hati ya Kay, sekali lagi makasih", ujarnya melambaikan tangan setelah Kayla keluar dari kamar.

Juwita membaringkan tubuh di atas tempat tidur menatap ke arah langit-langit kamar, mencoba berpikir keras tentang sosok di kelas, mengaitkan dengan mimpinya, "La, apa yang terjadi sama lo ? Gue merasa ada alasan lo gangguin murid di sekolah, tapi apa ?", gumamnya bertanya-tanya.

Gandy masuk kedalam kamar mengusap wajah kasar melempar asalan tas yang ada di tangan, wajah cowok itu terlihat memucat, kepingan-kepingan ingatan terbayang begitu jelas membuat tubuh cowok itu luruh kebawah meringkuk, "sekarang apa yang harus gue lakukan ? Kenapa harus dia ? Kenapa ?", lirihnya.

Tubuh Gandy bergetar, peluh keringat membasahi tubuh menutup mata dengan telapak tangan, perlahan cairan bening keluar dari sela-sela mata nafas Gandy tercekat hatinya terasa terhimpit wajah gadis itu dan juga kejadian mengerikan itu tidak bisa keluar dari pikiran Gandy.

•••

Ghost Class Where stories live. Discover now