15. 👻

11.6K 676 3
                                    

Paginya Daffa yang datang lebih cepat di banding hari biasanya menunggu di koridor menatap setiap murid yang masuk kedalam lingkungan sekolah, mata cowok itu berbinar setelah melihat Juwita masuk kedalam lingkungan sekolah, cowok itu berlari kecil...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Paginya Daffa yang datang lebih cepat di banding hari biasanya menunggu di koridor menatap setiap murid yang masuk kedalam lingkungan sekolah, mata cowok itu berbinar setelah melihat Juwita masuk kedalam lingkungan sekolah, cowok itu berlari kecil mendekat, "Juwita", panggilnya membuat gadis itu berhenti menyeritkan dahi.

Daffa meringis menggaruk tengkuk yang tidak gatal, "gue Daffa, boleh bicara sebentar ngak, di taman belakang saja", ajaknya, Juwita menganggukan kepala mengikuti cowok itu, Nathan yang tidak sengaja melihat menautkan alis mengangkat bahu acuh melanjutkan langkah menuju ruangan osis.

"Mau bicara apa ?", tanya Juwita setelah sampai di taman.

Daffa menatap, "gue mau nanya terlebih dahulu apa lo kenal dengan pemilik rumah yang lo datangi kemarin ?", tanyanya, Juwita terdiam sejenak berpikir harus menjawab jujur atau tidak, "hm tidak, hanya saja rumah itu menarik perhatian gue apa lagi rumah itu lebih dekat dari sekolah", jawabnya asal.

Daffa terdiam sejenak menghembuskan nafas, "gue kira lo kenal", ujarnya membuat Juwita menyeritkan dahi curiga, "emang kenapa ?", tanyanya mencari informasi, "tidak ada, gue hanya ingin tahu siapa yang sudah membeli rumah itu", Juwita mencibir memutar bola mata malas.

"Kalau cuma nanya itu tidak perlu sampai ke sini, gue kira penting", celetuk Juwita bergegas pergi.

Daffa menghembuskan nafas, "gue sering mendengar suara tangisan dari rumah itu, satu bulan yang lalu gue dan keluarga pindah tepat di belakang tumah itu, saat gue berkunjung ke sana gue kaget karena gue baru sadar rumah itu adalah rumah Laila teman SMP gue", ujarnya membuat Juwita berhenti menoleh menatap Daffa menyeritkan dahi mencoba menampilkan wajah kebingungan.

"Awalnya gue tidak peduli dengan suara tangisan yang sering terdengar hanya saja di rumah ada anak kecil anak kakak gue, dia begitu terganggu dengan suara tangisan yang bersumber dari rumah itu, akhirnya gue cari siapa yang membeli rumah itu, siapa yang pernah berkunjung, gue sudah mencoba menghubungi Laila tapi__ hm mungkin dia memblokir nomor gue karena marah dengan ucapan gue terakhir kalinya", ujarnya terdengar lirih.

Bibir Juwita terasa keluh tidak mampu mengeluarkan suara, mencoba mencari kebohongan di wajah Daffa hanya saja cowok itu menampilkan pandangan tidak terbaca ke arah Juwita, keduanya tidak menyadari Kayla melihat dari arah koridor dengan tatapan yang berubah menyendu menunduk bergegas masuk kedalam kelas.

Baru saja Kayla duduk, Juwita sudah masuk kedalam kelas melirik sejenak kearah sosok Laila yang terlihat betah berdiri di belakang kelas, Juwita tertegun baru menyadari sesuatu, Laila selalu kembali kedalam kelas ini, kalaupun sosoknya muncul di tempat yang lain ujungnya akan kembali kedalam kelas.

"Ta".

Suara panggilan lirih dari Kayla menyadarkan Juwita, alis gadis itu terangkat tinggi melihat wajah Kayla yang terlihat muram, Juwita mendekat duduk di kursinya, "Kay lo kenapa ?", tanyanya, Kayla menghembuskan nafas panjang menatap lekat wajah Juwita.

"Ta, gue sudah menganggap lo sahabat gue, bahkan lebih dari itu gue sudah menganggap lo seperti saudara gue, karena itu gue tidak mau kedekatan kita merenggang, jadi sekarang gue mau tanya, apa lo suka sama Daffa ?, jika iya lo jujur sama gue biar gue bisa menghapus perasaan gue", tanyanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Juwita melongo sejenak menahan agar tidak menghemburkan tawa, gemas melihat ekpresi Kayla sekarang, "ngaco lo Kay, gue baru saja kenal dengan Daffa gumana caranya gue langsung suka sama dia, ohh lo lihat gue bicara di taman ya ?", tebaknya, Kayla membelalak baru menyadari jika gadis itu keceplosan wajahnya memerah begitu saja.

Juwita terkekeh gemas menyubit kedua pipi Kayla, "ck kalau suka bilang Kay, gue tidak suka dengan Daffa, gue sudah memiliki perasaan untuk orang lain, jadi lo tidak perlu khawatir, gue dengan Daffa bertemu di taman membahas soal rumah di perumahan mawar", ujarnya.

Kayla menautkan alis bingung, "perumahan mawar, oh di perumahan itu juga ada rumah Laila, hm Daffa masih mengejar Laila ya, hehe", kekehnya tersirat rasa sakit, Juwita mengigit bibir bawah menyendu menatap wajah Kayla, "kenapa ?", tanyanya lembut.

Kayla kembali menatap wajah Juwita tersenyum tipis, "gue suka Daffa dari SMP, gue beda sekolah hanya saja gue sering bertemu dengan mereka di rumah Nathan, namun setelah masuk SMA gue baru tahu Daffa menyukai Laila, satu-satunya orang yang awalnya mau berteman dengan gue, karena itu gue merelakan perasaan gue demi Laila sampai akhirnya Laila juga ninggalin gue sama seperti yang lain, karena itu gue langsung bilang sama lo, gue hanya tidak mau kedekatan kita merenggang, biar perasaan gue tetap tersimpan rapi", ujarnya jujur.

Juwita menggelengkan kepala menepuk pundak gadis itu pelan, "lo hebat, kalau jodoh tidak akan kemana Kay", ujarnya membuat senyuman Kayla mengembang di wajah cantiknya merasa lega.

•••

Ghost Class Where stories live. Discover now