13. 👻

11.8K 733 1
                                    

Juwita termenung di dalam perpustakaan, perlakuan Gandy di kantin masih berputar di dalam pikiran gadis itu, karena kejadian di kantin membuat gadis itu mengurungkan niat untuk makan malah berbelok menuju perpustakaan, Juwita menggelengkan kepala ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Juwita termenung di dalam perpustakaan, perlakuan Gandy di kantin masih berputar di dalam pikiran gadis itu, karena kejadian di kantin membuat gadis itu mengurungkan niat untuk makan malah berbelok menuju perpustakaan, Juwita menggelengkan kepala mulai membuka novel di meja tersentak menyadari seorang cowok duduk tepat di depannya.

"Lo ngindarin gue Ta?", tanya cowok itu membuat Juwita menghembuskan nafas menggelengkan kepala kembali menatap buku novel mencoba fokus pada tulisan-tulisan di sana.

Gandy menatap Juwita lekat, "lo marah sama gue ?", tanyanya lagi membuat Juwita mendongak menatap dengan kerutan di dahi merasa bingung, "gue tidak marah Gan, ngacok lo", kekehnya akhirnya menutup novel di meja.

"Kenapa ? Ada masalah ?", tanyanya membuat Gandy menggelengkan kepala.

"Gue hanya takut lo benci sama gue setelah tahu kebenarannya", ujar Gandy jujur, Juwita menipiskan bibir tersenyum lembut, "bagaimana gue bisa benci sama lo, Gan, lo sudah bertanggung jawab, meminta maaf di hadapan kedua orang tua gue itu sudah lebih dari cukup, berhenti mengingat masa lalu yang membuat lo terluka", ujarnya.

Gandy terpana begitu saja baru kali ini bertemu dengan gadis tulus seperti Juwita, "oh iya tadi di kantin kenapa ? Kok kalian berkelahi ?", tanya Juwita mengalihan pembicaraan, cowok itu terlihat menghembuskan nafas, "gue juga bingung jelasinnya, gue sama mereka berteman dekat dari SMP hanya saja gue tidak paham kenapa sekarang malah bermusuhan hanya karena Laila", jelasnya.

Juwita menautkan alis bingung, Gandy terkekeh menatap ekpresi wajah gadis itu, "dulu waktu SMP gue, Nathan, Azri, Barra, Daffa dan Laila itu dekat, kemana-mana selalu bersama, sampai di juluki geng, tapi setelah masuk SMA semuanya berubah, kedekatan kami merenggang, Daffa tiba-tiba ingin menyaingi Nathan, apa lagi setelah pengakuan Laila tentang perasaannya waktu perpisahan SMP", lanjutnya.

Juwita mengerjapkan mata, "Laila mengungkapkan perasaannya pada siapa ?", tanyanya begitu penasaran, Laila memang pernah curhat tentang cowok yang dia sukai hanya saja Laila tidak pernah menyebut siapa nama cowok itu.

"Gue"

Deg

Juwita membelalak tidak menyangka jika cowok yang Laila maksud adalah Gandy, "gue juga kaget waktu itu, gue tidak menyangka Laila mengungkapkan perasaanya pada gue tepat di hadapan yang lain, gue tidak pernah menarik perhatian Laila, gue juga tidak terlalu dekat dengan Laila di bandingkan yang lain, dan saat itu semua langsung berubah menjadi asing kecuali gue, Nathan, Azri dan juga Barra", ujarnya.

Gadis itu terlihat masih terdiam mencoba mencerna terlalu syok, entah kenapa hatinya terasa di remas, "lo nolak Laila ?", tanyanya, Gandy menganggukan kepala, "gue tahu Nathan menyukai Laila, begitupun dengan Daffa".

Sakit ? Tentu perasaan itu menyeruak di dalam dada Juwita, matanya berkaca-kaca menahan tangis, ada apa dengan dirinya ? Apa Juwita merasakan sakit karena sahabatnya dari kecil di tolak atau ada hal lain yang membuat dia merasakan sakit ?

"Ta"

Juwita tersadar mendengar panggilan lembut dari Gandy, gadis itu berusaha tersenyum kearah cowok itu, "yuk kembali ke kelas, sudah bel", ujar Gandy, Juwita menganggukan kepala berhenti merasakan pergelangan tangannya di tahan.

"Jangan menghindar dari gue Ta", ujar Gandy penuh harap, Juwita menganggukan kepala tersenyum.

Keduanya kembali ke kelas masing-masing untuk mengikuti mata pelajaran terakhir.

***

Juwita kini berdiri di depan pagar rumah Laila, setelah pelajaran terakhir berahir gadis itu bergegas memesan gojek menuju rumah Laila seperti rencananya semalam, mata gadis itu memicing menatap tepat kearah kamar di lantai dua, mata gadis itu membola sempurna, mimpinya nyata di sana ada tante Rianti dengan penampakan begitu mengerikan, bibir Juwita keluh melihat tante Rianti menatap kearahnya penuh harap.

Tanpa sadar tetesan cairan bening keluar membasahi pipi gadis itu meringis merasakan sakit yang luar biasa, gadis itu mencoba menguasai diri mendekati pagar mencoba mendorong namun sialnya gembok besar masih melekat di sana, anehnya papan di pagar sudah tidak ada.

"Nak, kamu ngapain ?", tanya seorang pria paruh baya mengagetkan Juwita.

Juwita menghapus kasar air mata tersenyum ramah, "saya ingin bertemu dengan pemilik rumah ini pak", ujarnya membuat pria itu menautkan alis, "saya juga belum pernah bertemu dengan pemilik rumah ini nak, saya baru pindah kesini seminggu yang lalu tapi kemarin seorang cowok juga datang ke sini menggunakan seragam yang sama persis dengan yang kamu gunakan", jelas pria itu membuat Juwita membelalak.

"Siapa pak ?", tanya gadis itu dengan intonasi kaget.

Pria itu terlihat diam berfikir,"Siapa ya, saya juga sempat menyapa cowok itu, kenalan juga", ujarnya masih berfikir, tersenyum kearah Juwita, "oh iya cowok itu bernama Daffa, dia bertanya apa ada orang yang pernah mengujungi rumah ini".

Jantung Juwita berdetak tidak karuan merasa cemas melirik kearah kamar di lantai dua, di sana masih terlihat penampakan tante Rianti menatap dengan pandangan penuh kesakitan.

•••

Ghost Class Where stories live. Discover now