DEMONIOS bukan hanya sekedar nama. DEMONIOS adalah rumah bagi mereka semua yang menjadi korban ketidak-adilan dan ketidak-pedulian keluarga.
Sejak pertama kali didirikan, DEMONIOS sangat menjunjung tinggi yang namanya Kepedulian. Bahkan slogan merek...
⚠️WARNING ⚠️ Mengandung beberapa unsur kata kata kasar.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Brankar berisi pasien itu didorong beberapa perawat menuju UGD. Sean, Daniel dan Kevin senantiasa menemani Valerine selama perjalanan menuju Rumah Sakit tadi, Sean tak pernah melepaskan genggaman tangan kirinya pada Valerine dan tangan kanan nya memegang kain guna menghambat banyak nya darah yang keluar di perut Valerine. Daniel dan Kevin pun dibuat panik setengah mati melihat wajah Valerine yang kian pucat pasi.
"Val bertahan ya, val. Lo pasti kuat! Hiks.. Lo harus kuat val. Hiks.. Gue harus bilang apa sama Papa Victor? Hiks..."
Sean terus menangis melihat mata Valerine perlahan lahan menutup.
"Mohon maaf, kalian tidak boleh masuk. Sebaiknya tunggu disini saja, biar kami yang menangani pasien"
Suster pun melarang mereka masuk. Disana sudah ada Dokter perempuan yang siap menangani Valerine di dalam UGD.
"Sus, tolong selamatin sepupu saya! Hiks.. Tolong Sus" Sean memegang tangan Suster itu
"Baik. Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Anda berdoa saja ya"
Terpaksa mereka bertiga menunggu di luar.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sean tidak berhenti berdoa untuk keselamatan Valerine, Daniel dan Kevin pun sama. Kedua pria itu diam bak patung, pikiran nya melanglang buana. Dan tak lama Yohan dan David datang.
"Bang Daniel! Kevin! Kalian ngga papa?" Yohan langsung memeriksa keadaan Daniel dan Kevin
"Gue sama Kevin ngga papa, tapi..."
"Tapi??" Daniel menjeda ucapannya. Mulutnya mendadak kaku saat berbicara
