CHAPTER 1: AFTER WE BROKE UP

2.5K 140 51
                                    

INFORMASI PENTING!!
......
KARYA INI MERUPAKAN SEASON 2 DARI KARYA SEBELUMNYA DENGAN JUDUL "THESIS: I'M IN LOVE WITH MY PROFESSOR".

DIHARAPKAN KEPADA READER YANG BARU AGAR MEMBACA SEASON 1 TERLEBIH DAHULU SUPAYA TIDAK BINGUNG, KARENA TULISAN INI SIFATNYA CONTINUE. THANK YOU FOR YOUR ATTENTION AND ENJOY!
.......





----

"Kak, maafin aku yaah. Segalanya jadi beranta.."

"Ssttt, ngomong apasihh?"

Ariana mencebikkan bibirnya sendu dan meletakkan telunjuknya di bibir Rebecca pertanda meminta gadis itu tak melanjutkan kalimatnya.

Rebecca tersenyum tipis dan mundur selangkah mencoba melonggarkan pelukan Ariana di pinggangnya.

"Ga suka ya aku peluk?", bisik Ariana pelan.

Gemuruh ombak menyembunyikan getar suaranya. Ia hampir menangis saat ini. Bukan hampir. Sudah menangis.

Hatinya sudah meraung dari beberapa menit lalu saat Rebecca jujur padanya bahwa dihatinya kini ada Eren dan Rebecca tak berniat melupakan sahabatnya itu.

Rebecca tersenyum sekilas dan merapikan anak rambut kakaknya lembut. Ia berdehem mencoba membuyarkan suasana sendu yang kini manusia didepannya itu coba sembunyikan.

Rebecca maju kembali selangkah dan merangkul Ariana kedalam pelukannya. Ia mengusap pelan punggung gadis itu sambil berbisik.

Ia meresapi setiap detak jantung nya yang bersahutan dengan milik manusia dalam pelukannya ini. Bukan hanya miliknya yang berdetak kencang.

Beberapa kali Rebecca memejamkan mata saat perih terasa di pelupuk matanya. Ah, pasti pasir pantai sialan ini membuat matanya berair.

"Ga pernah ada satu detikpun aku ga suka berada di dekat kakak"

Ariana menggigit bibirnya menahan tangis. Ia harusnya senang, bukan?

Ia mendengar Rebecca mengatakan kalimat itu dengan mulutnya sendiri, tapi kenapa kalimat itu rasanya begitu menyakiti hatinya sekarang?

Rebecca mengernyit heran saat mendapati Ariana terisak di bahunya. Ia mendongak cepat dan raut wajahnya mulai panik saat tetes air mata Ariana terjatuh.

"Heii, kok nangis sih?"

"Kalau kamu memang suka dekat aku, kenapa kamu ga stay aja sih Bec?", tutur Ariana sesegukan.

Rebecca menghela nafasnya perlahan dan mengalihkan pandangannya ke arah lepas pantai.

Hampir seluruh matahari itu sudah terbenam. Sama seperti perasaannya. Bedanya perasaan nya dipaksa tenggelam dan tidak akan muncul kembali.

Ia melepaskan agak paksa pelukan Ariana di tubuhnya dan memainkan kakinya di tepi pantai. Senyum mirisnya terbit saat ombak menyapa jari-jarinya lembut.

Ombak yang berkali-kali menyapa kakinya terasa mirip tapi tidak pernah sama. Tapi pentingkah kini kita bicara soal ombak?

Mereka bisa menyelamatkan hubungan ini berkali-kali tapi tidak akan pernah sebaik yang pertama. Dunia memang layak untuk disumpahi!

"Becca?"

Ariana menengadah dan mencoba untuk tak hilang akal. Ia mencoba tegar menunggu apa yang akan gadis itu ucapkan meski setelah 15 menit berlalu ia masih asyik bermain dengan ombak yang datang menyambar kakinya.

Rebecca menoleh dan samar-samar mendapati Ariana yang masih setia menatapnya. Ia mendekat kembali pada gadisnya dan berbisik.

"Aku pergi ya? Tolong lupakan aku"

THESIS 2: CAN LOVE BE THE ANSWER?Where stories live. Discover now