38. Putus & Lamaran

15 4 0
                                    

Sore ini Sheina sedang berada disebuah Restaurant bersama dengan pacarnya, ada hal penting yang harus Tristan katakan. Mengenai hasil pertarungan kemarin dengan pangeran Christopher yang menyebabkan Tristan harus menemui Sheina secara langsung.

"Kenapa kak? Kok muka kamu kayak murung gitu." Tanya Sheina seraya mengaduk minuman yang dipesannya.

Tristan meraih kedua tangan Sheina diatas meja. "Shei, ada yang pengen aku omongin sama kamu"

"Apa kak?"

"Aku mencintaimu Shei, tapi aku harus pergi." Kata Tristan, dahi Sheina berkerut.

"Pergi kemana?"

"German, aku harus menyelesaikan kuliahku disana." Katanya membuat dada Sheina rasanya sesak.

"Tapi aku nggak bisa LDR kak, aku nggak kuat." Ucap Sheina sembari menggelengkan kepala.

"Kalau gitu kita putus aja,"

Sheina tertawa pelan untuk menutupi rasa ketidak percayaannya, "Kak jangan bercanda deh, nggak lucu tau"

"Nggak Shei aku serius, aku juga sama nggak kuat kalau harus LDR-an" jelasnya yang lagi lagi membuat hati Sheina terluka, rasanya seperti tertancap duri sembilu.

"Tapi kak aku nggak mau putus, emang salah aku apa sama kamu?" Tanya Sheina dengan nada suara bergoyang, ia hampir ingin menangis.

"Kan aku udah bilang, aku cinta sama kamu tapi aku harus pergi menyelesaikan kuliahku. Jadi aku putusin kamu, maaf Sheina." Kata Tristan kemudian berdiri untuk melangkah pergi.

"Tunggu!" Cegah Sheina meraih pergelangan tangan Tristan. Lalu berdiri.

"Aku tau alasan kamu sebenarnya bukan itu, tapi kamu nggak bisa kan lihat aku dekat sama Nicholas? Kamu udah pertaruhin aku dipertarungan kalian, iyakan?" Ucap Sheina mengingat pembicaraan mereka saat diRestaurant kemarin.

"Nggak, nggak ada alasannya sama itu, tapi aku mau fokus kuliah. Udah itu aja. Nggak ada yang lain," jelasnya dengan hati yang sama terluka harus melepaskan kekasih yang sangat ia cintai.

"Kalau gitu aku ikut sama kamu ke german," ucapnya memutuskan pilihan.

"Shei jangan nekat, aku pergi nggak cuma sebentar. Kamu juga harus sekolah disini."

"Kak, kita dari kecil selalu bareng, bahkan kamu pernah jadi guru privatku, sekarang kalau kamu nggak ada siapa yang bakal ngajarin aku rumus mata pelajaran yang sulit itu?" Tanya Sheina dengan tatapan mata paraunya.

"Nicholas, Nicholas bisa melakukan apapun yang kamu inginkan. Sekarang aku harus pergi. Selamat malam Sheina." Ucapnya kemudian melepaskan genggaman tangan itu dari sebelah lengannya dan berlalu pergi keluar restaurant.

"Kak! Kamu nggak bisa mutusin aku gitu aja, aku sayang sama kamu kak! Kak!" Panggil Sheina dengan kencang, yang membuat penghuni restauran menatapnya dengan pandangan menyedihkan. Namun perkataan itu diabaikan oleh Tristan.

Sheina menangis dengan hati yang terluka, "Hiks... Kenapa kamu harus ninggalin aku kak, aku sayang sama kamu. Hiks... Kenapa sih orang datang seenaknya lalu pergi dengan mudah tanpa mikirin perasaan orang itu, hikss... Kamu jahat, putusin aku kayak gini." Ucapnya dengan lemas kemudian terduduk serta menunduk dengan siku-siku tangan diatas meja menangkup wajahnya.

"Hikss... Apa yang harus gue lakuin? Hiks..." Katanya menangis terisak-isak. Rasa sakit itu bagaikan tertusuk ribuan belati. Dada Sheina rasanya sesak, ia tak mampu untuk beranjak pergi darisana. Namun Sheina kuatkan, ia berdiri kemudian melangkah dengan gontai untuk keluar dari restaurant setelah membayar dikasir.

Sheina berjalan dipinggir jalan raya dengan menjinjing tasnya, bahkan ia tak mampu untuk memesan taksi yang ada disana. Yang ia butuhkan saat ini suasana tenang, Sheina duduk ditaman yang tidak jauh dari restaurant tersebut.

SOPA [COMPLETED]Where stories live. Discover now