34. Tersitanya rumah

15 9 0
                                    

Setelah menghabiskan waktu dengan kekasihnya, Sheina pamit pulang kepada Karissa selaku ibunda Tristan. Gadis itu mencium punggung telapak tangan Karissa dengan sopan.

"Tan, aku pamit pulang ya?"

"Iya sayang, Tris kamu antar Sheina pulang ya?" Ujar Karissa kepada putranya.

"Iya mam, pasti." Ucap Tristan kemudian mereka berdua menggunakan mobil untuk mengantar Sheina pulang ke rumah. Di dalam perjalanan dering telpon gadis itu berbunyi. Aileen menghubunginya. Dengan segera Sheina mengangkat panggilan telpon itu.

"Halo kak ada apa?"

"Dek, lo dimana sekarang?"

"Lagi dijalan nih mau pulang, kenapa kak?"

"Cepet pulang ya, kakak khawatir sama kamu."

Sheina mengerutkan dahinya, heran.

"Iya kak, ini gue mau pulang."

"Kakak harap kamu jangan kaget, kakak tunggu dirumah." Ucap Aileen kemudian mematikan sambungan telponnya.

Sheina terdiam heran mendengar suara gemetar dari Aileen, kakaknya terdengar memilukan. Sheina jadi berpikir pasti ada sesuatu yang terjadi di rumahnya. Kalau tidak mana mungkin Aileen menghubunginya dengan maksud menanyakan kabarnya.

"Kenapa Shei, kok muka kamu ditekuk gitu?" Tanya Tristan melihat wajah murung Sheina.

"Aku khawatir sama kak Aileen, kak."

"Kenapa emang?"

"Aku nggak tau, tolong cepetin laju mobilnya ya kak" pinta Sheina, dengan tidak banyak tanya Tristan langsung mempercepat laju mobilnya.

Sesampainya dirumah mereka disuguhkan dengan pemandangan yang tidak mengenakkan, yaitu beberapa koper tengah berada diteras depan rumah mewah itu. Yak, rumah mereka disita oleh perusahaan karena penggelapan dana perusahaan yang dilakukan ayah dari anak tiga itu. Para pelayan rumah pun tengah diusir oleh orang perwakilan dari pihak perusahaan yang datang dimalam itu.

Sheina buru-buru keluar dari mobil berjalan dengan gontai mendekati dua kakaknya. Disana terlihat mamih dari Sheina tengah berlutut memohon kepada pihak perusahaan untuk tidak menyita rumah dan barang-barang milik mereka.

"Mohon beri keringanan untuk kami pak, jangan sita rumah kami. Hiks... Kami akan segera melunasinya, hiks.." Ucap Wilona terisak dengan menyatukan kedua tangannya seraya memohon. Disana Aileen tengah berusaha menenangkan orang tuanya.

"Anton telah menggelapkan dana perusahaan dengan menandatangani kontrak rumah kalian sebagai jaminan perusahaan, karena pihak perusahaan yang mengklaim anda tidak menerima uang sepeserpun! Jadi silahkan kalian pergi dari rumah ini!" Usirnya dengan sadis.

"Ini tidak ada sangkut pautnya dengan kami! Mintalah kekurangan dana itu kepada ayah kami, karena dialah yang penipu! Mengerti?!" ucap Rafael kepada orang-orang itu.

"Anton telah dipenjara, bagaimana mungkin kita meminta sisanya kepada dia? Cepat pergi dari sini!" Kata orang itu dengan sarkas, memang mereka baru membayar kerugian perusahaan senilai 8M dengan menjual mobil milik anak-anak mereka untuk sisanya mereka tidak memiliki uang lagi.

"Berilah kami waktu semalam dirumah kami, kami janji besok pagi kita akan segera pergi." Ucap Wilona memohon keringanan.

"Tidak! Cepat pergi, rumah ini akan kami sita beserta barang-barangnya!" Ucapnya.

"Pak kumohon berilah kami keringanan" ucap Wilona lagi yang sama sekali tidak digubris oleh orang-orang perusahaan itu.

"Udah mih, kita tinggal di Villa mamih dulu aja, ayok" ucap Aileen yang disetujui Rafael.

SOPA [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora