[45] Cinta Terakhir

617 18 3
                                    

Maha Baik Allah, mempertemukan aku dengan dia dan menjadikannya cinta terakhir untukku menuju surga.

Happy Reading❄️

***


"Kak Haikal..."

Syra membuka pelan kedua matanya, sedikit nengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk. Rasa lelah itu kembali datang, rasa aneh itu kembali menyeruak kala menatap sekitar area ranjang yang hanya ada dirinya.

Perlahan, ia mulai bangkit dari pembaringan, menghela napas gusar dan mengedarkan pandangan.

Apa dia mengigau lagi?

Sekian lama terdiam, suara tangisan bayi menyadarkan. Syra mengerjap lalu memutuskan bangkit dari duduknya, sedikit melirik jam dinding yang kini menunjukkan angka 20.21. Setelahnya, ia berjalan, menghampiri Box Bayi yang berada persis di sudut kamar.

"Anak umma bangun. Haus, ya?" Syra berbicara pada bayi di dalam sana sambil menggenggam tangan mungilnya.

Hania. Ya, itu namanya.

Hania Aisyatu Zahra. Sebuah doa dalam nama yang diberikan pada putri kecilnya. Putri kecilnya dan Dokternya, Haikal.

"Atau, kangen Abah?" Lagi, Syra bersuara, membuat Hania menjadi tenang seketika. Sejujurnya, Syra juga sama, sangat merindukan sosok itu.

Sosok yang sembilan bulan lalu selalu terduduk di pinggiran ranjang sekedar menemaninya, mengajaknya bicara walaupun untuk hal-hal yang tidak terlalu penting sama sekali.

Sosok yang setiap pagi selalu mengganggunya dengan menekan-nekan pipi kirinya agar bisa terbangun dan menunaikan shalat bersama.

Sosok yang menepati janji untuk menjaganya setelah Farhan. Sosok itu, benar-benar telah membuatnya terjatuh terlalu dalam. Dan Syra, selalu merindukannya. Akan selalu merindukannya.

"Syra?"

Sahutan itu membuat Syra tersadar dari lamunan, ia spontan mengalihkan pandangan ke arah pintu kamar. Menatap seseorang yang berjalan menghampirinya.

Untuk sesaat, Syra terpaku pada wajah itu.

Wajah yang dua minggu lalu membuatnya kembali merasakan kekhawatiran dan ketakutan. Namun, Allah juga Maha Baik karena selalu menjaganya.

Ya, dia adalah Haikal.

Pria itu tampaknya baru kembali dari tugas di rumah sakit yang kini membuatnya menjadi lebih sibuk hingga hampir jarang berada di rumah karena mendapat jadwal jaga.

"Assalamualaikum?" Suara Haikal memecah keheningan. Syra mengedipkan mata beberapa kali lalu dengan spontan mengambil tangan Haikal untuk dicium.

"Wa'alaikumussalam. Abah Hania udah pulang?" tanya Syra sedikit terkekeh. Haikal ikut terkekeh lantas mengelus puncak kepala sang istri dengan sayang.

"Iya, Sayang, baru pulang," balas Haikal lalu sedikit melirik jam di pergelangan tangan. "Jam segini belum tidur, kenapa?"

"Kan masih awal, Kak. Baru jam 8, lagian Syra tadi sempat tidur sebentar, tapi kebangun karena Hania nangis. Mungkin kangen Abahnya," cerita Syra sesekali melirik Hania yang kini mulai terbangun.

Lintas Rasa (Selesai)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt