[14] Bersatu Dengan Luka

664 55 3
                                    

Kini, cerita ini milik kita. Kita yang saat ini dipersatukan entah untuk kebahagiaan atau, untuk luka yang mungkin lebih dalam.

-Asyra Almahyra-

——————

Ternyata benar. Takdir-Nya adalah pilihan terakhir dari segala pilihanku dan kamu, dan keinginan-Nya adalah yang terbaik dari beribu inginku dan inginmu.

-Haikal Dzulhansyah-

.
.
.

.

Happy Reading❄️

***

"Coba senyum, Mba. Pasti bakal lebih cantik," pinta MUA yang selesai mendandani Syra.

Syra tersenyum tipis sebentar. Ya, sebentar saja sampai mukanya kembali menjadi datar. Tepat hari ini adalah hari yang mungkin membahagiakan bagi Haikal tetapi tidak untuknya.

Walau keputusannya sendiri yang membuat ini terjadi, tetap saja, rasa di hatinya masih sama. Hambar. Seperti tidak ada apapun yang dia rasakan, yang dia pikir saat ini hanyalah, menikah dan membuang rasa cintanya untuk Ega.

Memang sedikit egois. Namun, ada alasan dibalik semua ini. Apalagi saat melihat keseriusan Haikal dan kedua orang tua yang sangat mendukung.

Terdengar suara langkah kaki dari arah pintu kamarnya, Syra melihat dari cermin, itu Amina.

”MaasyaaAllah, cantiknya anak umi,” puji Amina setelah benar-benar berdiri disamping sang putri, Syra hanya menjawab dengan senyum tipis.

"Ini sudah siap, kan, mba?" tanya Amina pada MUA yang setia berdiri di sana. MUA itu mengangguk.

"Sedikit lagi,” ucapnya dan sedikit menambahkan makeup di bagian pipi Syra.

Setelah dirasa siap, ia tersenyum ke arah Amina."Sesuai yang diinginkan, kan, bu?" tanyanya.

Amina memperhatikan sang anak untuk kesekian kali dan mengangguk. Ia dan keluarga memang meminta pada MUA itu untuk hanya memberi makeup tipis pada Syra. Tentu saja, dandanan itu juga sudah disesuaikan oleh gaun yang akan dipakai.

***

"Sudah siap, Nak?" tanya penghulu pada Haikal, pria itu menghela napas dan mengangguk.

"Mari, Nak. Jabat tangan saya." Kini, giliran Farhan yang berucap. Haikal menurut dan langsung menggenggam tangan Farhan. Dingin, sama seperti tangannya.

Bismillahirahmanirrahim...

"Ya Muhammad Haikal Dzulhansyah ibna Aziz Ahmad. Ankahtuka wa zawwajtuka makhthubataka Asyra Almahyra binti Farhan Latif alal mahri miayata jiram min dhahab wa 'adawat alshola haalan."

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur haalan."

Laki-laki berhidung mancung itu menghembuskan napas panjang tatkala sukses mengucap ijab qabulnya.

"Bagaimana saksi?"

"SAH!"

"Alhamdulillah,"ucap penghulu yang mendampingi Farhan dan diikuti oleh semua tamu undangan yang hadir.

Haikal menjilat sebentar permukaan bibirnya yang terasa kering. Rasa gugup yang tadi menyerang tergantikan dengan rasa lega, memenuhi setiap sudut hatinya sedang kedua mata telah berkaca-kaca, menunjukkan kebahagiaan.

Lintas Rasa (Selesai)Onde histórias criam vida. Descubra agora