[07] Luka yang Tersembunyi

714 75 7
                                    

Kenapa semesta selalu membuat luka dan kejutan di atas rasa sakit yang belum terbalut sempurna?

Happy Reading❄️

***

Syra berdiri di depan lemari berwarna cokelat miliknya, sedang mencari khimar dengan warna senada dengan gamis yang tengah dia pakai saat ini.

Hari ini, Amina mengajaknya untuk pergi ke salah satu pengajian yang rutin diadakan di komplek sebelah. Syra ikut saja, daripada harus tinggal di rumah dan terus menggalaukan hatinya.

Bruk!

Syra langsung menengok ke bawah saat menyadari dia telah menjatuhkan sesuatu dari selipan tumpukan pakaian.

Diary? Batinnya, ia kemudian memungut buku yang sudah sedikit usang itu. Setelah berada digenggaman, Syra membuka halaman pertama dan membaca tulisan tangan milik di sana.

Dear Allah..

Hati ini menganggumi satu nama. Dan boleh sedikit memaksa agar dapat bersamanya? Sungguh, cinta ini terlanjur tumbuh dan mengakar tanpa bisa dicegah.

Syra terdiam, itu adalah curahan mengenai rasa cinta dalam diamnya pada Ega. Sudah sangat lama, awal menganggumi pria itu.

Tiba-tiba mata Syra memanas mengingat dia tidak punya hak lagi untuk menganggumi. Kini, hak itu telah berganti untuk segera ikhlas dan pergi.

Beberapa saat terdiam, Syra menggeleng. Ia menghapus setetes air mata yang sempat turun. Mungkin, akan lebih baik jika buku diary itu dituliskan untuk sesuatu yang berharga.

Tentang kenangan cinta dalam diamnya? Syra berinisiatif untuk membuangnya saja.

"Syra?" Terdengar suara dari arah luar kamar. Syra menoleh menatap pintu yang sengaja dia tutup dan kunci.

"Iya, umi.." Syra kembali menatap sebentar buku diary yang dia pegang. Kemudian setelahnya, menaruh kembali buku itu di dalam lemarin. Berpikir akan merobek halaman berisi curhatannya tadi setelah dari pengajian.

Selesai menaruh buku, dia mengambil khimar dari sana dan segera memakainya dengan gerakan kilat. Setelah aman, ia berjalan ke arah pintu, membuka benda persegi panjang itu dan menatap Amina yang sudah menunggu di baliknya.

"Maaf ya, mi, nunggunya lama. Syra tadi susah cari hijabnya," cetus Syra. Amina mengangguk.

"Iya, Nak. Ya sudah, ayo pergi sekarang."

"Iya, Umi."

Mereka kemudian berjalan beriringan keluar rumah, menuju mobil yang sudah disediakan. Waktu menunjukan pukul 15.30 sore, sangat pas memang untuk menghadiri kajian. Ya, selain tidak panas mereka pun bisa langsung sholat maghrib berjamaah di sana.

Sungguh suasana seperti itu sangat menenangkan bagi Syra. Apalagi, ia sudah lama tidak menghadiri kajian rutin, karena selama ini setiap Amina mengajaknya ia malah sibuk belajar tentang kedokteran lewat sosial media. Ya, meski dia tidak tahu usaha belajar itu akan membuahkan hasil atau tidak.

***

Tepat pukul 20.12, Syra dan Amina keluar dari tempat acara pengajian. Keduanya berencana akan langsung pulang.

Namun, baru akan keluar dari pagar, sesosok pria dan wanita paruh baya menghentikan langkah mereka yang membuat Syra membulatkan mata.

Kenapa harus di sini?

Ya, itu Ega dan Shanum. Sejak kejadian itu Syra selalu berharap agar tidak bertemu dulu dengan Ega, hingga hatinya benar-benar siap tentu saja. Namun, takdir kembali mempertemukan mereka.

Lintas Rasa (Selesai)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora