[36] Salah Paham

577 26 4
                                    

Happy Reading❄️

***

Syra turun ke lantai satu rumah untuk membantu Zulfa membersihkan ruang tengah. Sebenarnya ia bisa keluar kamar karena beralibi ingin mengambil air pada Haikal. Tidak benar memang. Namun, sungguh berada di kamar setiap saat itu membosankan, apalagi kondisi tubuhnya pun telah kembali normal.

Jujur saja, keluarga Haikal begitu memperhatikannya. Baik Zulfa, Aziz Ziya dan Haikal sendiri selalu memintanya untuk terus beristirahat agar kesehatan Syra bisa seperti sedia kala, Syra bersyukur. Namun, lagi dan lagi ia bosan di kamar dan merasa telah sehat sekarang. Itu mengapa ia ingin membantu Zulfa. Meski tahu akan mendapat penolakan, tetapi ia akan bersikeras.

"Ma?" panggil Syra begitu mendapati Zulfa yang tengah berlutut, mengelap meja single yang dikukhususkan untuk tamu.

Jangan tanya apa keluarga Aziz mempunyai asisten rumah tangga atau tidak. Mereka punya, hanya saja sedang mengambil cuti sejak beberapa bulan lalu, dan Zulfa sedikit tidak mempercayai orang baru. Itulah mengapa ia masih betah hingga kini menunggu kepulangan asisten rumah tangga lamanya.

"Syra, kenapa turun? Butuh sesuatu? Haikal mana?" Zulfa memberi pertanyaan secara beruntun membuat Syra terkekeh kecil.

"Kak Haikal ada di kamar kok, Ma. Dan Syra gak butuh apa-apa, Syra ke sini mau bantu Mama. Boleh, ya?" cetus Syra dengan nada sedikit memohon.

"Gak usah, Nak. Kamu baru aja sehat, jadi mending istirahat total, lagipula ada Ziya kok, tapi sekarang lagi beli," imbuh Zulfa berusaha melawan nada memohon Syra.

"Kali ini aja, Ma. Syra juga Alhamdulillah udah baikkan." Syra memasang ekspresi memohon, tetapi kali ini lebih kentara. Zulfa menggeleng.

"Ga-"

"Syra mohon, Ma," sela Syra cepat.

Terdengar helaan berat keluar dari mulut Zulfa, ia terdiam untuk waktu yang cukup lama. Menatap ke bawah dan terlihat sibuk dengan pikirannya. Syra menuggu dengan cemas.

Beberapa saat kemudian, Zulfa menatapnya dan tersenyum tipis. "Yaudah, tapi untuk kali ini aja dan bantu seperlunya saja. Habis itu istirahat, ya?"

Mata Syra berbinar, ia mengangguk antusias. "Iya, Ma."

Zulfa membalas dengan senyum. Keduanya mulai kembali membersihkan rumah dengan membagi tugas. Zulfa mengerjakkan pekerjaan sebelumnya, sementara Syra diminta untuk membawa gelas teh dan piring tempat camilan yang telag kosong ke dapur.

Sebenarnya saat ini waktu sudah sangat larut, pukul 21.35 malam. Namun, ruang tengah keluarga Aziz memang cukup berantakan setelah tadi mereka kedatangan tamu. Alhasil, waktu yang seharusnya dipakai untuk beristirahat beralih untuk membersihkan.

"Ma, udah Syra letak di tempat yang Mama suruh," sahut Syra yang baru kembali dari dapur. Ia menatap Zulfa yang kini juga tengah menatapnya. "Mama mau beresin dapur lagi, kan, habis ini? Sekalian Syra bantu, ya?"

"Gak perlu, Nak, bantu beresin ruang tamu itu sudah cukup kok. Lagipula Haikal gak tau, kan?"

"Tapi, Ma. Syr-"

"Udah, sekarang giliran kamu yang nurut. Tadi Mama udah nurutin kemauan kamu, kan?"

"Iya tuh, Kak. Kakak mending istirahat aja, biar Ziya yang bantu Mama," sahut Ziya yang baru datang dari luar. Atensi Syra dan Zulfa teralih padanya sesaat sampai akhirnya Syra kembali menatap Zulfa.

"Tuh, Ziya juga udah datang," imbuh Zulfa.

Syra terdiam. Dibilangi seperti itu ia tidak mampu menjawab atau melawan lagi. Menghela napas ringan, Syra akhirnya mengangguk.

Lintas Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang