[39] Cinta dan Pengorbanan

507 25 9
                                    

Bersama yang paling indah adalah di surga, bersama-Nya. Namun, juga sangat berharap memiliki dia untuk waktu yang lebih lama di dunia.

Happy Reading❄️

***

Di sebuah masjid rumah sakit, yang di mana jam seperti ini tidak ada lagi penghuni karena waktu sholat telah usai beberapa menit lalu, tampak Syra yang masih setia terduduk dengan mulut yang tidak berhenti menyebutkan pujian untuk Tuhan-nya, Allah.

Sesekali, dia mengatur napas yang tercekat karena sesak di dada. Sesekali pula, terdengar isakan kecil yang berusaha ditahan dengan menggigit bibir bawah. Sudah lebih dari tiga hari. Namun, tanda-tanda Haikal bangun dari tidur sementaranya belum juga terlihat, tentu itu sangat menyakitkan.

Untuk sekian lama, ia bisa mengatur perasaan dengan baik. Syra kemudianbmengambil napas dan menghembuskannya pelan, air mata yang tadi jatuh dielap menggunakan tangan kanan. Setelahnya, tangan itu Syra tengadahkan.

Memohon banyak hal pada sang pemilik kehidupan.

"Ya Allah, aku tau ini rencana-Mu dan aku tidak pernah membencinya, aku percaya penuh pada-Mu, lebih dari diriku sendiri..." Syra mengatur napas yang tercekat."Tapi, aku pun ingin terus bersamanya. Bersama dia, seseorang yang kini Engkau takdirkan. Maka ... tolong jangan ambil dia secepat itu, Ya Allah. Aku mohon pada-Mu."

Syra mengakhiri doanya dengan mengusap wajah menggunakan kedua telapak tangan. Sejenak, ia berusaha meredam rasa sakit yang kini sangat sering menghampiri.

Membuatnya seakan lupa bahwa sebagai seorang hamba tugasnya hanya harus percaya pada ketetapan-Nya, pada apa yang terbaik menurut-Nya.

Sekian lama betah dalam posisi sama, Syra mengusap semua cairan bening yang ada di wajah, mengatur kembali napas agar tenang dan setelahnya beristighfar. Kemudian, ia bangkit lalu membereskan alat sholat yang tadi dipakainya, menyimpannya kembali di tempat semula.

Setelah dirasa aman, Syra mengambil langkah kecil keluar dari masjid rumah sakit. Berpikir untuk langsung ke ruang ICU, karena, semua orang pasti sudah menunggu.

Saat tiba di luar masjid, Syra melihat Aidil yang berdiri di sana sambil membelakanginya. Ia berdeham cukup keras membuat Aidil berbalik. Pria itu menghampiri dan langsung menarik tangannya.

"Syra, ayo cepat ikut abang."

"Kenapa, Bang?" tanya Syra."Gak terjadi sesuatu, kan?"

Hatinya langsung tertuju pada seseorang yang membuatnya tetap ada di sini. Ya, Haikal, suaminya. Apa pria itu baik-baik saja?

Syra berharap tidak ada hal buruk terjadi.

Aidil tidak langsung menjawab. Ia menghela lalu tersenyum, pria itu beralih memegang kedua bahu Syra, seolah mencoba menenangkan."Gak terjadi apapun yang begitu buruk. Justru, Abang mau kasih tau kalau ... Haikal sudah sadar."

***

"Ya Allah, beri hamba kabar baik kali ini." Syra berguman dengan kaki yang dibuat melangkah sedikit cepat menuju ruang di mana Haikal dipindahkan.

Napasnya tidak teratur, peluh membasahi kening, dan jantungnya? Jangan tanya, begitu berisik di dalam sana. Ia pun terus mengucap doa di setiap langkah, berharap jika semua memang akan baik-baik saja.

Saat tiba persis di depan ruang yang ditunjukkan oleh Aidil, Syra terdiam sesaat sambil mengepalkan tangan. Ditatapnya Amina, Zulfa setrta Farhan yang tersenyum melihat ke arahnya. Syra membalas senyuman itu lalu menghampiri mereka.

Lintas Rasa (Selesai)Where stories live. Discover now