[32] Cinta Dari-Nya

485 30 1
                                    

Happy Reading❄️

***

"Besok lusa acaranya. Gimana, jadi ikut? Ini kesempatan langkah loh, Nak. Sayang kalau dilewatkan."

Itu kata yang terdengar dari mulut Aziz dengan mata setia pada Haikal yang terduduk di sofa sampingnya persis.

Saat ini, seluruh keluarga Aziz sedang menikmati waktu santai dadakan. Kenapa dibilang dadakan? Itu karena hal ini terjadi secara mendadak, berhubung Haikal dan Aziz pun kini telah pulang dari kegiatan masing-masing.

Waktu masih terbilang awal, pukul 21.34. Jadi akan mereka manfaatkan untuk bersantai sekaligus berkumpul, diamana hal itu masih terbilang jarang bagi keluarga Aziz.

Haikal menghela sebentar. "Haikal sebenarnya udah coba pikir dengan matang, tapi Pa-"

"Tapi apa, Kal?" potong Aziz, ia mengerutkan dahi.

"Gak siap jauh dari Kak Syra tuh," imbuh Ziya sambil menahan tawa, Syra melirik Haikal sekilas dan menunduk, tentu dengan sedikit kedutan di bibirnya.

Sebenarnya di sudut hatinya juga ada rasa berat untuk melepas Haikal pergi. Apalagi, suasana di antara keduanya masih terbilang sedikit canggung setelah ia mengungkapkan perasaannya. Namun, satu sisi ia pun berpikir, ini juga demi kebaikan pria itu.

Haikal menatap horor pada Ziya dan langsung dibalas dua jari yang diangkat keatas membentuk kalimat 'Peace' oleh adiknya itu.

Aziz menggangguk-anggukan kepala. "Cuma satu minggu loh, Nak. Gak jadi masalah, kan? Kalau jauh dulu sama istri kamu?"

"Iya, Kal. Kan, bisa kabaran lewat hp juga, apa yang kamu takutin? Syra di sini aman sama Mama dan Ziya." Zulfa ikut masuk dalam pembicaraan.

Haikal seketika mati kutu. Ia melirik Syra yang notabene hanya diam tidak mengeluarkan satu katapun. Sesekali, Haikal mengkode wanita itu. Namun, Syra tampaknya tidak mengerti.

Haikal mendengus pelan. Ia tahu, meski sekarang hanya diam, keputusan akhir tetap akan membuatnya ikut bersama Aziz. Karena, sang Ibu, istri dan adiknya itu terlihat berada di pihak sang ayah.

***

"Satu minggu itu pasti lama banget, ya."

Itu adalah penuturan kesekian dari Haikal sejak mereka masuk kamar, dan sejak Syra mulai mempersiapkan baju-baju untuk pria itu bawa nantinya.

Syra tidak langsung menjawab, ia memilih ikut duduk terlebih dulu di samping Haikal yang saat ini berada di atas kasur.

"Gak lama kok, Kak. Orang cuma tujuh hari."

"Siapa juga yang bilang delapan hari?" balas Haikal dengan nada ketus.

Syra tertawa melihatnya. "Kok marah sih? Kan, memang tujuh hari."

"Berarti kamu senang, ya. Aku pergi?" tanya Haikal bercanda. Sontak, Syra menggeleng kuat.

"Enggak kok! Tapi, kan, ini juga untuk kebaikan Kakak." Syra tersenyum sembari memainkan jari-jemarinya. "Kalau boleh jujur, aku juga gak mau jauh-jauh dari Kakak. Aku ingin terus sama Kakak. Aku-" ucapan Syra terpotong kala tangan Haikal dengan lancang menyentuh bibirnya, menginstruksikan agar ia diam.

Syra menatap lama setiap inci wajah Haikal tanpa sadar jika telah dibawa jauh oleh visual sempurna seseorang yang kini telah menjadi miliknya.

Lintas Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang