[12] Bukan Tertunda

595 57 1
                                    

Salah satu fungsi terciptanya hati adalah untuk menghargai.

Happy Reading❄️

***

Syra menengadahkan kedua tangan, memohon pada Sang Pencipta untuk memberi petunjuk akan segala kegundahan yang dia alami. Saat ini, wanita itu baru saja selesai menunaikan sholat istikharah.

"Ya Allah. Tolong beri hamba jalan dan petunjuk untuk kegundahan hati ini, dan tolong, jika memang ia adalah takdir hamba, tolong yakinkan hati hamba, untuk menerimanya..."

Syra mengaminkan doanya. Ia beristigfar untuk beberapa saat sampai ia mendongak menatap langit-langit kamarnya.

Jujur, sampai saat ini ia masih sering berpikir untuk egois untuk cinta pertamanya.

***

Dan di tempat yang berbeda. Haikal duduk dengan menyender di atas kasur, sesekali ia memijat kepala pelan karena tidak bisa tidur sedari tadi, sibuk memikirkan apa yang terjadi besok.

Setelah menghembuskan napas, Haikal menengadahkan kepala menatap langit-langit kamarnya kemudian terpejam.

"Jika dia takdir hamba, tolong yakinkan hatinya Ya Allah."

Sesaat lagi Haikal membuka kembali matanya, masih dengan posisi sama tentu saja.

Haikal pun tak ingin egois, apapun keputusan Syra nanti, ia berpasrah penuh pada takdir Allah. Karena, Haikal sendiri tidak mengetahui kebaikan untuk dirinya, ia hanya merasa Syra baik.. Tapi, bagaimana dengan pendapat Allah?

***

Syra yang telah selesai menyapu teras mengedarkan pandangan ke penjuru halaman rumah. Namun, satu sosok membuat atensinya terhenti. Ia menatap seseorang yang juga tengah menatapnya.

"Assalamualaikum, Syra."

Syra meneguk ludah susah payah. Haruskah sepagi ini?

Itu adalah Haikal. Di sampingnya, terdapat satu wanita dan lelaki paruh baya yang Syra yakini adalah orang tua pria itu.

"W-Wa'alaikumussalam," jawab Syra terbata. Wanita yang berdiri di samping Haikal terlihat mendekat dan merangkulnya.

"Ini, ya, yang namanya Syra." Wanita tadi bersuara. "Bener cantik orangnya, seperti apa yang Haikal bilang."

Mendengar itu, Syra langsung menatap tajam pada Haikal, sementara yang ditatap hanya mampu tersenyum kuda.

Tak mau mengabaikan orang tua, Syra beralih pada wanita yang setia tersenyum ke arahnya. "Iya, Bu. Saya Syra, Asyra Almahyra, " ucapnya kemudian mengambil tangan wanita itu untuk dicium.

"Nama panjangnya juga cantik, sama kayak mukanya. Nama tante Zulfa. Syra boleh panggil tante atau Ibu, mama juga boleh," imbuh Zulfa. Syra langsung menunduk dengan pipi memanas. Namun, hal itu malah mengundang kekehan dari Haikal.

"Eh Haikal." Syara Amina yang baru datang dari dalam rumah membuat semua mata langsung tertuju padanya tak terkecuali Syra.

Haikal tersenyum dan segera menaruh tangan di depan dada. Amina tersenyum dan menghampiri mereka.

"Ibunya Syra ya?" tanya Zulfa, Amina mengangguk sambil tersenyum.

"Iya, Bu. Saya Amina, uminya Syra. Mari silahkan masuk," cetus Amina dan langsung diiyakan oleh Aziz juga Zulfa. Ketiga manusia itu masuk terlebih dulu, menyisahkan Syra dan Haikal.

Lintas Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang