[20] Kabar yang Menyakitkan

672 46 1
                                    

Kebahagiaan kedua orang tua adalah kebahagiaan kita, dan setiap kesakitan mereka menjadi sesuatu yang ingin kita gantikan posisinya.

-Lintas Rasa by IraKarrella-

.
.
.

.

Happy Reading❄️

***

"Syra, hp kamu. Umi telepon, tapi aku belum angkat soalnya nanti nyarinya kamu bukan aku." Haikal terkekeh sembari menyerahkan ponsel yang dia genggam pada Syra, wanita itu hanya tersenyum tipis.

Sebelum mengangkat telepon, Syra melirik jam yang ada pada kamar. Pukul 22.32. Tidak seperti biasanya Amina menelpon jam segini.

Menghela pelan guna menghilangkan pikiran negatifnya, Syra kemudian menggeser panel hijau dan mendekatkan benda pipih itu ketelinga kanan.

"Halo, wa'alaikumussalam, Bang?"

Ya, itu Aidil. Syra semakin bingung kenapa yang menjawab telepon bukan Amina, ditambah suara kebisingan dari seberang sana.

"Syra, maaf menganggu kamu dan Haikal malam-malam, tapi bisa ke rumah sakit sekarang?”

Syra mengerutkan dahi. "Rumah sakit? Buat apa, Bang?"

"Abi, Syr. Abi masuk rumah sakit..."

Bruk!

Syra terdiam mematung setelah menjatuhkan ponsel. Haikal menatapnya dengan air muka yang sulit diartikan. Ia tentu dapat mendengar dengan jelas percakapan Syra dan Aidil tadi karena loudspeaker yang diaktifkan.

Beberapa saat, Haikal mengerjab dan melirik ponsel yang berada di lantai kemudian mengambilnya.

"Saya dan Syra ke rumah sakit sekarang, Bang."

Setelah memutus sambungan telepon, ia kembali menatap sang istri lalu menggenggan tangannya.

"Ra, tenangin diri kamu. Kita ke rumah sakit sekarang," ujarnya lembut. Tidak ada pergerakan. Bahkan, ketika ia menarik tangan Syra untuk ikut, wanita itu seolah menjadi batu yang tidak ingin bergerak pada tempatnya.

Hati Haikal teriris melihat bulir demi bulir air mata yang jatuh entah sejak kapan. Menghela sesaat, ia kemudian menuntun sang istri untuk duduk di tepi ranjang.

"Ra, tenangin diri kamu okey? Aku ada di sini, pundak aku lebih dari siap untuk jadi sandaran saat kamu sedih. Gak apa-apa, kalau kamu mau nangis. Tapi, kamu harus percaya, kalau semua akan baik-baik saja."

"K-Kak... Ini pertama kalinya Abi masuk rumah sakit,” ucap Syra dengan suara bergetar. Lagi, setiap air matanya yang jatuh selalu dihapus oleh Haikal.

"Konsep pertama yang harus kita ingat adalah, sekalipun seseorang belum pernah sakit sebelumnya, tapi kalau Allah berkehendak untuk menghapus dosa-dosanya melalui sakit itu, kita gak bisa apa-apa selain berdoa dan berbaik sangka." Haikal menghela sesaat.

"Udah, nggak apa-apa. Percaya sama Allah, kan?"

Syra mengangguk dengan air mata masih setia mengenaki kedua pipinya.

Haikal tersenyum. "Maasyaa Allah istri aku pintar banget, beruntung bisa memiliki dia. Sekarang berhenti dulu, ya, nangisnya? Kita harus ke rumah sakit sekarang."

Lagi, Haikal menghapus air mata Syra dengan kedua tangannya. Ingin sekali rasanya memeluk sang istri untuk memberikan kekuatan lebih. Namun, Haikal tahu Syra pasti akan terkejut dan... sedikit tidak nyaman.

Lintas Rasa (Selesai)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon