[15] Maaf, Telah Egois

685 47 1
                                    

Tidak ada rasa bersalah yang dapat mengubah masa lalu, dan tidak ada kekhawatiran yang dapat mengubah masa depan.

Happy Reading❄️

***

Syra tersenyum haru pada kedua orang tua yang akan berpisah rumah dengannya. Hari ini, tepat hari kedua setelah ia menikah. Namun, selama itu pula ia betah untuk tidur bersama kedua orang tuanya.

Awalnya mereka menolak karena Syra harus memenuhi kewajibannya sebagai istri dari Haikal. Namun, Haikal yang juga tak keberatan membuat mereka terpaksa melakukannya. Kata Haikal, mungkin Syra ingin melepas rindu sebelum benar-benar berpisah rumah.

Farhan dan Amina memang menginap di rumah Aziz atas permintaan Syra. Sementara pesantren ada di tangan Aidil dan Adit.

Mereka sudah berencana pulang hari ini.

"Jaga diri ya, Nak. Ingat, jadi istri yang baik, jangan menyusahkan mertua kamu apalagi suami kamu." Amina menasihati sambil terus mengelus pipi kiri sang putri.

"Jangan khawatir, Bu. Saya dan keluarga terutama Haikal akan menjaga Syra. Dan jangan khawatir juga. Rumah ini adalah rumah Syra sekarang," imbuh Zulfa, Amina menatap besannya dan tersenyum.

"Titip anak saya ya, Bu Zulfa," jeda sekian detik, Amina beralih menatap Haikal. "Nak Haikal."

Haikal tersenyum kemudian mengangguk. "Iya, Umi. Syra adalah tanggung jawab saya sekarang."

Mendengar itu Syra spontan merunduk. Namun, itu tidak lama sampai ia menatap satu persatu manusia yang ada di sana dan berhenti pada Amina.

"Titip salam buat abang, ya, umi? Maaf Syra gak bisa antar," jeda sekian detik, Syra langsung menghambur pelukkan pada Amina. "Syra bakal kangen banget," lanjutnya. Semua orang yang ada di sana tak terkecuali Haikal tersenyum.

Amina tertawa pelan, "Sama. Nanti kalau kangen langsung ke rumah aja, ya? Pintu rumah selalu terbuka untuk Syra."

Syra mengangguk dalam dekapan Amina, hingga beberapa saat kemudian ia melepaskan pelukannya dan beralih menatap Farhan.

"Jaga diri, ya, Nak. Ingat, sekarang Haikal adalah pengganti Abi, jadi nurut sama dia sebagaimana kamu nurut sama Abi, ya?" ujar Farhan, Syra kembali mengangguk dan mencuri pandang pada Haikal yang juga tengah menatapnya.

"Yasudah, kami pamit dulu, ya, Insyaa Allah akan mampir lagi jika ada waktu luang," tambah Farhan. Aziz mengangguk diikuti Zulfa.

"Iya, pak besan. Hati-hati di jalan ya," imbuh Aziz.

Setelah mengangguk. Farhan dan Amina langsung memasuki mobil dan melesat neninggalkan kediaman Aziz. Syra terus menatap kepergian orang tuanya hingga mobil itu benar-benar hilang dari penglihatan.

Melihat Syra yang semakin sendu, Zulfa lantas merangkul menantunya itu dan tersenyum mencoba mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

"Nanti kalau kanget, Mama sendiri yang akan minta Haikal untuk antar kamu ke sana," cetus Zulfa.

Syra hanya membalas dengan senyum tipis. Sementara Haikal yang sedari tadi diam memperhatikan menghela napas pelan. Dia harap, Syra akan juga terbiasa di sini sama seperti di rumahnya.

***

Syra berjalan pelan menuju dapur untuk membuat minum. Saat sampai di sana, langkahnya terhenti saat menatap Ziya yang tengah duduk dengan segelas susu di tangan kanan.

Lintas Rasa (Selesai)Kde žijí příběhy. Začni objevovat