44. Saya Suka Kamu

208 14 0
                                    

"Aliya! Aliya! Aliya! Angkat!" Abisaka terus menelepon Aliya.

Tapi tidak ada jawaban dari gadis itu, Abisaka membunyikan klakson berulang kali. Kenapa Yogyakarta menjadi sangat macet seperti ini? Pembangunan apa lagi sekarang? Dia harus cepat sampai ke tempat Aliya sebelum terlambat.

"Minggir! Minggir!" Teriak Abisaka membuka kaca mobil.

"Sabar!"

"Ini juga macet!"

"Woii! Nggak usah klakson!"

Abisaka menunduk dalam, apa yang harus dia lakukan? Dia harus bertemu Aliya dan menjelaskan semuanya. Dia harus bertemu Aliya sekarang juga.

"Al! Jangan tinggalin saya! Jangan nekat Al!" Pinta Abisaka.

Lampu berubah menjadi hijau, Abisaka tersenyum dan segera membunyikan klaksonnya lagi. Dia harus sampai ke hotel itu! Abisaka menancap gas dan menambah kecepatan mobilnya. Dia tidak peduli lagi. Dia harus bertemu Aliya. Abisaka turun dan menyerahkan kuncinya kepada satpam. Tanpa pikir panjang Abisaka langsung masuk ke dalam lift dan menekannya untuk naik ke atas. Dia harus bertemu Aliya. Dia harus bertemu gadisnya.

"Sialan! Bisa cepat nggak?" Teriak Abisaka marah.

Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat, Aliya pasti menunggunya! Aliya pasti tidak akan meninggalkannya.

Tingg...

Pintu terbuka lebar, Abisaka berlari begitu cepat dan menaiki tangga menuju ke atas. Dia membuka pintu lebar dan melihat sosok Aliya yang membelakanginya. Matanya begitu berkaca-kaca melihat Aliya yang masih ada disini untuknya. Abisaka berlari dan memeluk Aliya kencang.

"Al!"

"Mas Abi?"

"Maafin saya Al! Saya benar-benar minta maaf! Tolong percaya sama saya! Semua berita itu palsu Al! Mereka mau nipu saya! Saya sudah pastikan mereka masuk penjara Al! Saya cuma suka sama kamu! Saya mau nikah sama kamu bukan orang lain! Tolong jangan tinggalin saya Al! Saya nggak bisa hidup tanpa kamu! Saya nggak bisa kalau nggak ada kamu di hidup saya! Tolong Al!"

"Mas Abi! Lepas!"

"Nggak! Kamu pasti mau lari dari saya. Kamu pasti mau pergi dari saya. Saya nggak bisa lepasin kamu Al! Hiskk... Kamu harus tahu Al! Enzo yang buat berita itu dan bayar perempuan itu untuk peluk saya. Tapi saya sekali nggak sudi dipeluk dia Al! Saya cuma pelukan dari kamu! Wanita yang saya mau cuma kamu! Kamu juga harus tahu Al! Diana! Diana! Dia kecelakaan juga karena Enzo! Dia yang udah hamilin Diana sampai Diana hamil anak dia. Dia juga yang buat mereka meninggal Al! Enzo pembunuh adik saya! Hiskkkk..."

"Apa?" Aliya berbalik dan melihat Abisaka yang menangis.

"Diana hamil anak Enzo! Dia juga udah rusak mobil Diana sampai Diana bisa kecelakaan sama bis yang kamu tumpangi. Itu semua karena Enzo!" Abisaka terisak keras dan memeluk Aliya lagi.

"Astaghfirullah! Jadi Kak Enzo pelakunya?" Aliya masih tidak percaya apa yang terjadi.

Bukankah Enzo baik? Tidak, Enzo juga pernah memintanya pergi dari keluarga Abisaka. Aliya mengusap punggung Abisaka pelan. Pasti berat untuk laki-laki ini tahu semuanya.

"Kamu nggak akan ninggalin saya kan Al?"

"Nggak mas! Maafin saya yang nggak dengerin penjelasan Mas Abi kemarin. Saya juga emosi tahu Mas Abi pelukan sama perempuan lain. Apalagi perempuannya seksi! Saya marah!"

"Hmm? Kenapa? Saya nggak suka dipeluk sama perempuan itu. Saya sukanya kamu! Jadi kamu cemburu sama dia?"

"Mana ada perempuan yang nggak cemburu kalau orang yang dia suka pelukan sama wanita lain?"

"Hmm? Jadi... Jadi kamu suka sama saya?"

"Iya, Mas Abi! Saya suka sama Mas Abi!" Aliya tersenyum dan menangkup wajah Abisaka.

"Saya suka sama kamu!" Abisaka mendekat dan mencium kening Aliya.

Dia benar-benar menyukai gadis ini. Sangat menyukainya.

"Hemmm... Bisa kita lanjutkan?" Tanya sebuah suara membuat mereka berdua menoleh bersama.

Aliya menutup wajahnya yang memerah, dia lupa sekarang dia sedang mendemonstrasikan cara membuat garang asem. Abisaka mengerjapkan matanya melihat banyaknya orang di tempat ini. Bukan hanya itu ada banyak kemera yang sedang merekam mereka berdua.

"Al! Ini lagi apa Al?" Tanya Abisaka.

"Saya lagi syuting cara buat garang asem! Terus... Terus... Sekarang live!" Cicit Aliya memainkan tangannya.

"Live?" Abisaka membuka mulutnya lebar-lebar.

Kalau begitu sejak tadi dan semua pembicaraannya terekam? Bagaimana tentang adiknya dan Enzo? Wajah Abisaka begitu pucat pasi. Bukankah Aliya akan berniat bunuh diri? Tapi kenapa justru syuting?

"Ryan!!!"

💗💗💗

"Aduh! Disini ada setan ya pak?" Tanya Ryan kepada polisi.

"Dimana-mana pasti ada setan!"

"Iya juga! Bos saya juga mirip setan kadang-kadang!" Ryan mengusap lehernya.

Tiba-tiba dia merinding disko. Apakah kantor polisi juga ada setan? Mungkin setan penunggu atau mantan polisi yang meninggal dunia. Ryan menggelengkan kepalanya, dia harus fokus ke kasus Enzo. Bukan hanya tentang berita palsu, tapi juga dalang penyebab kecelakaan mobil dan bis beberapa bulan yang lalu. Pasti semua orang akan terkejut jika tahu bahwa Enzo pelakunya.

"Dimana? Dimana bocah itu?" Teriak Resvan datang bersama Roselia.

"Ryan! Dimana Enzo?" Tanya Roselia mendekati Enzo.

"Baru diamanin Bu!" Jawab Ryan.

"Ya Allah! Kenapa ini bisa terjadi? Kenapa Enzo bisa-bisanya buat Diana hamil? Kenapa dia juga tega sama anaknya sendiri? Hiskkk... Kenapa dia nggak jujur aja? Kalau tahu pun, kita nggak mungkin biarin mereka. Mama pasti juga akan urus anak mereka! Hiskk..." Roselia menangis tersedu-sedu.

Kenapa Enzo justru memilih pilihan seperti itu? Bukan hanya nyawa Diana dan anaknya yang melayang, tapi nyawa orang-orang di bis termasuk Aliya yang menjadi korban.

"Tenang ma! Biar polisi yang usut kasus ini! Resvan juga nggak akan biarin dia bebas!" Resvan memeluk mamanya erat.

Dia marah! Sangat!

Semua orang pasti akan tahu nantinya tentang Enzo dan segala alibinya. Bagaimanapun Resvan tidak akan membiarkan Enzo terlepas dari hukumannya. Kasus ini harus tetap berjalan. Diana harus mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya.

💗💗💗

Enzo tersenyum melihat langit-langit kantor polisi. Dia mengingat segala kenangannya bersama Diana dulu. Mereka saling mencintai walau pada akhirnya Enzo memilih untuk membunuh kekasihnya sendiri juga calon anaknya.

"Maaf! Maaf!"

Hanya itu yang bisa Enzo katakan. Dia juga tidak tahu kenapa dia begitu jujur kepada Abisaka tadi. Dia seperti terdesak untuk mengatakan semuanya. Mulutnya seperti berbicara sendiri tanpa mau berhenti. Enzo menutup wajahnya yang menangis.

"Maaf! Maaf!"

💗💗💗

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

ALIBI ( END )Where stories live. Discover now