3. Pulang Ke Rumah

306 30 0
                                    

"Ma! Kak Abi mana?" Tanya Diana tidak melihat kakak pertamanya datang.

Bukankah hari ini Abisaka akan mengantarkannya kembali pulang? Tapi kenapa hanya ada mamanya dan Resvan saja? Dimana Abisaka? Diana menunduk dan memainkan tangannya. Mungkin saja Abisaka sibuk di kantor. Harusnya dia tidak terlalu berharap banyak hal.

"Kakakmu lagi kerja, sayang! Resvan yang akan antar kamu sama mama!"

"Iya! Tenang ada aku disini! Kamu nggak perlu mikirin orang gila kerja itu! Semuanya udah beres kan, ma?" Tanya Resvan.

"Sudah! Ayo pulang ke rumah, mama akan siapkan makanan spesial buat malam ini! Tolong bilangin ke kakakmu suruh pulang lebih awal. Kita harus makan malam sama-sama!" Pinta Roselia.

Resvan mengangguk patuh dan membawa barang-barang Diana. Dia akan memberitahu Abisaka nanti jika ingat. Roselia menuntun anak perempuannya perlahan. Dia tidak sabar untuk segera memberitahu semua orang di rumah bahwa anak perempuannya baik-baik saja. Selama berminggu-minggu ini semua orang selalu mengatakan bahwa Diana terluka parah sampai tidak memiliki kesempatan untuk hidup. Tapi dia akan mengatakannya pada mereka. Bahwa anaknya hidup tanpa kurang suatu apapun.

"Di rumah ada beberapa orang, nanti mama kenalin ke kamu!"

"Iya! Jadi nggak sabar buat pulang! Kalau saudara yang lain?" Tanya Diana ingin tahu.

Juga teman-temannya. Kenapa tidak ada satupun yang menjenguknya di rumah sakit selain keluarganya? Dimana mereka semua? Apa mereka tidak ingin melihatnya telah membuka mata kembali? Diana menatap mamanya ingin tahu.

"Mereka sibuk! Tapi pasti mama bakal kenalin kamu ke mereka. Tenang ya sayang!" Roselia mengusap punggung anaknya.

"Teman-teman Diana?"

"Mereka sibuk kuliah!" Jawab Resvan.

"Ohh..." Tapi kenapa mereka tidak datang saat sore? Atau hari libur?

Diana menunduk lesu, rasanya seperti semua orang tidak datang menjenguknya. Apakah dia penting? Rasanya tidak begitu.

"Yang penting ada mama sama kakak kamu! Jangan sedih sayang, kami ada untuk kamu! Yang penting kamu udah kembali sama mama lagi, itu udah hadiah paling besar yang pernah mama minta! Kamu jangan pikiran apa-apa lagi, fokus sama kesehatan kamu!" Roselia menggenggam tangan putrinya erat.

"Iya ma!" Diana tersenyum simpul.

Yang terpenting adalah dia memiliki keluarganya. Itu saja dan cukup. Dia tidak akan bertanya lagi. Dia tidak ingin mamanya sedih atau menambah beban pikiran wanita yang selalu ada untuknya ini.

💗💗💗

"Ini namanya Budhe Siti, dia yang bantu mama urus rumah. Yang buka gerbang tadi Pak Dendi. Kamu harus ingat nama mereka!" Roselia memperkenalkan satu persatu orang-orang di rumah besar ini.

Diana mengangguk paham dan menatap Budhe Siti yang tersenyum ramah. Orang-orang di tempat ini juga sangat ramah. Diana melirik ke berbagai arah, rumah ini sangat besar dan mewah. Apalagi jejeran mobil di depan tadi. Apakah keluarganya benar-benar sangat kaya?

"Sekarang mama antar kamu ke kamar! Ayo! Kamu pasti lelah!"

"Nggak kok ma, nanti aku mau keliling rumah juga. Aku mau hapal rumah aku sendiri!" Diana ingin melihat seluruh rumahnya.

"Nanti Resvan yang akan bantu kamu! Kamu benar-benar nggak lelah? Lebih baik istirahat sayang! Kan masih ada besok!"

"Tapi aku mau lihat semuanya! Aku udah baik kok ma! Lihat tangan aku!" Diana menunjukkan kedua otot lengannya yang tidak seberapa.

Dia ingin menunjukkan bahwa dia baik-baik saja. Bahkan dia bisa melakukan banyak hal sekarang.

"Oke, tapi kamu harus istirahat jika lelah. Paham?"

"Iya!"

"Yang di sini, kamar mama! Depan kamar kamu!" Tunjuk Roselia pada pintu berbahan kayu.

"Ohh... Jadi ini kamar aku?" Tanya Diana pada kamar di depan pintu kayu yang mahal itu. Kamarnya juga memiliki pintu kayu. Entah kenapa semuanya terlihat mahal.

"Kalau butuh apa-apa, bilang langsung ke mana! Yang ada disana kamar Resvan kalau yang di ujung sana kamar Abisaka!" Tunjuk Roselia pada dua kamar yang berlawanan.

Entah kenapa Diana merasa aneh pada dua arah berlawanan itu. Saat melihat arah kamar Resvan, rasanya biasa saja tapi saat melihat kamar Abisaka. Diana merasa ketakutan tanpa alasan yang jelas. Seperti kamar yang begitu menyeramkan untuk dikunjungi. Mungkin dia tidak akan pernah datang ke kamar itu untuk alasan apapun. Kakak pertamanya juga tidak begitu dekat dengannya. Dia takut.

"Kenapa masih di luar?" Resvan membuka pintu melihat dua wanita yang masih di luar kamar.

"Kak Resvan?"

"Ayo, masuk! Aku udah beresin semuanya! Gimana, sebelum kamu pulang. Kakak ubah banyak hal disini, terutama warna kamar kamu!" Resvan merentangkan tangannya memperlihatkan kamar bernuansa merah muda.

"Abisaka juga! Mereka berdua ubah kamar kamu jadi kayak gini, mama juga nggak tahu kenapa. Tapi ini lebih bagus daripada kamar krem kamu! Apa kamu suka kabar kamu?" Tanya Roselia pada Diana yang masih takjub dengan kamarnya sendiri.

Ada sebuah tempat tidur besar, lemari besar, kaca besar, meja belajar, meja rias, boneka, sofa kecil yang berada di antara buku-buku, dan karpet putih yang terlihat lembut. Diana mengerjapkan matanya dan berlari ke arah balkon kamarnya. Dia bisa melihat taman belakang juga kolam renang besar yang indah. Sekarang dia sangat takjub dengan rumahnya sendiri. Ini di luar ekspektasinya. Luar biasa! Dia sangat menyukai tiap hal di kamarnya juga rumahnya.

"Aku suka ma! Wahhh... Ini kamar aku sungguhan?" Diana berlari ke berbagai arah untuk mengagumi tiap sudut tempat.

"Itu karena kakak! Kakak yang usul warna kamar kamu juga yang isi boneka." Resvan tersenyum senang.

Ternyata hasil jerih payahnya terbayar lunas melihat bagaimana Diana sangat senang.

"Wahhh... Makasih ya kak!" Diana berlari dan melompat memeluk Resvan.

Resvan sempat terhuyung ke belakang karena Diana. Lihat, adiknya sangat menyukai kamar barunya ini. Resvan memeluk Diana erat. Besok-besok dia harus membeli hal-hal lain untuk adik manisnya.

"Abisaka yang ubah juga! Kamu jangan setengah-setengah bilang ke adik kamu!" Roselia menggelengkan kepalanya.

"Dia ada suruh orang! Resvan yang bantu mereka langsung! Kamu mau apalagi disini? Mau tambah boneka?" Tanya Resvan menatap adiknya.

"Hmm... Nggak! Ini udah cukup, tapi kalau aku butuh apa-apa. Nanti aku bilang ke kakak! Hehehe... Habis ini temenin aku keliling rumah ya kak! Aku mau ingat kenangan aku disini!"

"Oke, nyonya! Mari saya antar mengelilingi rumah ini!" Resvan menarik tangan Diana ke lengannya.

"Hahaha... Tolong ya!" Diana tertawa kencang melihat wajah Resvan yang sedang berperan untuk mengantarkannya mengelilingi rumah yang mirip lapangan sepak bola ini.

Roselia hanya bisa pasrah melihat bagaimana dua anaknya itu. Resvan memang bisa diandalkan untuk menjaga adiknya. Dia tidak akan cemas sama sekali.

"Nanti jangan lupa suruh Diana istirahat!" Pinta Roselia.

"Tenang ma! Resvan bisa urus, ayo nyonya! Saya akan menunjukkan semuanya pada anda. Anda siap?"

"Siap!"

"Tujuan pertama kita adalah kamar kakak!"

💗💗💗

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

ALIBI ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang