22. Tekanan

188 18 0
                                    

"Makasih ya Pak Juna, saya berutang banyak pada bapak!" Aliya mengantarkan Arjuna ke mobil.

"Kamu benar tidak apa-apa tinggal disini? Apa kamu dapat ancaman dari Abisaka? Tolong bilang ke saya, saya akan bantu kamu!"

"Tidak usah! Saya baik-baik saja, saya disini juga ingin kesembuhan mama. Pelan-pelan saya akan bantu mama untuk sembuh. Bapak tenang aja, saya akan baik-baik saja!"

"Kalau kamu butuh apa-apa tolong kabari saya!"

"Iya!" Aliya menganggukkan kepalanya.

Aliya tersenyum melihat mobil hitam Arjuna pergi dari rumah Ramaya. Dia harus melakukan cara untuk mendapatkan uang 500 juta itu. Tapi bagaimana? Dia tidak memiliki pekerjaan apapun. Dia juga tidak yakin bisa melunasinya secepat itu. 500 juta bukan angka main-main. Mungkin dia harus bekerja seumur hidupnya sampai tua.

"Hah... Dapat darimana uangnya?"

Apakah dia harus segera mencari kerja? Bisakah dia bertanya pada Abisaka? Tidak. Tidak mungkin Abisaka menerimanya bekerja. Resvan masih kuliah. Enzo? Aliya berjalan masuk cepat. Mungkin Enzo memiliki lowongan pekerjaan di cafenya. Aliya harus mencobanya.

"Al-iya!"

"Kak Resvan?"

"Bisa kita bicara?" Pinta Resvan.

"Ada apa kak?"

"Maafin kakak! Kakak nggak mau bohong sama kamu. Tapi kakak nggak bisa buat apa-apa. Berkat kamu mama juga tenang setelah Diana meninggal. Maafin kakak!" Resvan menutup wajahnya yang begitu memerah.

Dia tidak ingin dibenci Aliya. Dia tidak mau gadis didepannya membenci dirinya.

"Aku paham kok! Aku nggak apa-apa! Lagipula kakak juga baik sama aku! Aku nggak marah kak!" Aliya menggenggam tangan Resvan.

"Walau kakak juga bohong sama kamu?"

"Yahh... Aku sedikit marah tapi mau bagaimana lagi? Aku juga senang kakak terima aku disini! Terima kasih untuk semuanya. Aku juga akan bantu mama untuk sembuh!"

Juga membayar 500 juta itu. Dia tidak berani mengatakannya pada Resvan jika Abisaka meminta uang sebanyak itu jika ingin pergi. Tentu saja Aliya tidak berani pergi setelah nyawanya diselamatkan juga tentang donor mata Diana untuk dirinya. Aliya sangat berhutang budi pada keluarga ini. Walau dia harus menghabiskan banyak waktu untuk membayarnya, Aliya akan lakukan. Mungkin sesekali dia akan izin untuk pulang ke rumah jika Abisaka mengizinkannya.

"Makasih ya Al!" Resvan menarik tubuh Aliya dan dipeluknya erat-erat.

"Sama-sama kak! Aku juga terima kasih sama semuanya!" Aliya menepuk pelan punggung Resvan.

Walau hidupnya jadi seperti ini, dia sangat bersyukur diberi kesempatan untuk hidup. Sangat bersyukur.

"Kak Enzo mana?" Tanya Aliya melihat kesana-kemari.

"Kenapa mau ketemu dia?" Tanya Resvan mengusap matanya.

"Kakak nangis ya?" Aliya memperhatikan wajah Resvan.

"Siapa yang nangis? Hiskk..."

"Ya ampun, kayaknya aku yang lebih tua dari kakak! Pfttt..." Aliya menutup mulutnya.

"Ck..." Resvan memalingkan wajahnya yang memerah.

"Karena aku udah ingat, mungkin sikap aku nggak akan seperti dulu. Jadi aku harap kakak maklum. Waktu itu karena aku nggak ingat apa-apa jadi mungkin tingkah aku ada yang buat salah. Aku minta maaf ya kak!" Aliya memainkan tangannya.

"Kamu nggak ada salah! Kakak yang mungkin buat salah sama kamu!"

"Hmm... Tapi Kak Resvan tetap jadi teman pertama aku kok!" Aliya tersenyum dan berjalan lebih dulu.

"Jadi kita teman?" Tanya Resvan berlari dan merangkul leher Aliya.

"Kita teman!"

Resvan bersorak dalam hati, jadi mereka adalah teman? Itu lebih dari cukup daripada tidak dianggap sama sekali. Setidaknya Aliya tidak membencinya. Itu saja cukup!

"Kak Enzo! Kak Enzo mau kemana?" Tanya Aliya melihat Enzo yang akan pergi.

"Pulang!"

"Itu di wajah kakak kenapa?" Tanya Aliya menunjuk sudut bibir Enzo yang terluka.

"Bukan apa-apa!" Enzo berjalan pergi tanpa mau melihat mereka lagi.

Aliya menatap Resvan dan Enzo bergantian. Apakah Enzo marah padanya? Atau karena dia bukan Diana lagi? Aliya tersenyum miris melihat kepergian Enzo. Tidak semua orang akan menerimanya. Tapi kenapa dulu Enzo begitu dekat dengannya? Kenapa? Apa dia melakukan kesalahan? Bagaimanapun mereka hanya orang asing!

💗💗💗

Aliya menatap dirinya di cermin, apakah tidak apa-apa dia seperti ini? Bagaimana jika mamanya curiga padanya? Aliya menggelengkan kepalanya, dia bukan Diana tapi Aliya. Aliya merapikan kerudung di kepalanya dan tersenyum. Hari ini dia sudah memiliki janji dengan Arjuna. Dia harus segera pergi.

"Selamat pagi!" Sapa Aliya pada semua orang di meja makan.

Semua mata tertuju pada Aliya, Resvan membuka mulutnya lebar-lebar melihat penampilan baru Aliya. Abisaka terdiam sampai dia tahu harus berkata apa. Apakah ini Aliya?

"Apa ini? Kok cantik banget?" Puji Roselia.

"Ma, mulai sekarang aku mau pakai kerudung ma! Aku lebih nyaman kayak gini! Mama nggak apa-apa kan?" Tanya Aliya.

"Ya nggak apa-apa! Mama malah senang kamu kayak gini. Ya ampun, tadi mama kira siapa. Kok cantik banget sih anak mama! Rapi juga! Kamu mau kemana, sayang?" Tanya Roselia ingin tahu.

"Aku ada janji sama Pak Juna. Ma, aku juga mau kerja sekarang. Nggak mungkin aku di rumah terus kayak gini. Aku juga mau kerja. Untungnya Pak Juna ada lowongan buat aku semalam. Jadi aku lamar kesana!"

"Kerja? Memangnya uang dari mama kurang?" Tanya Roselia.

"Bukan ma. Cuma aku mau mandiri agar nggak bergantung sama mama atau Kak Abi lagi! Dekat kok ma, mama nggak usah khawatir." Aliya memegangi tangan keriput Roselia.

Dia harus segera mencari banyak uang untuk melunasi hutang-hutangnya. Sebenarnya dia ingin bekerja dengan Enzo tapi sejak semalam sikap laki-laki itu berubah menjadi dingin. Jadi Aliya meminta pekerjaan pada Arjuna. Setidaknya dia bisa hidup tanpa uang dari keluarga ini lagi. Dia tidak mau memakainya. Ini bukan uangnya.

"Kalau itu mau kamu! Mama hanya bisa dukung! Kamu nggak mau kuliah aja?"

"Untuk sekarang, aku mau kerja ma!" Tolak Aliya. Prioritasnya adalah mencari uang dan hanya itu.

"Ya udah kamu sarapan dulu! Mama nggak mau kamu pingsan nanti!"

Aliya tersenyum dan duduk di samping Resvan.

"Kamu beneran mau kerja?" Tanya Resvan.

"Iya! Aku juga nggak bisa hidup kayak gini terus, aku juga perlu kesibukan. Kerjaannya cuma di cafe, ternyata Pak Juna juga punya cafe. Jadi aku kerja disana."

"Ohh... Semangat kerjanya! Nanti sore kakak beliin pizza!" Bisik Resvan agar semua orang tidak tahu.

"Pizza? Buat?"

"Rayain hari pertama kamu kerja! Gimana? Aku yang traktir!"

"Pfttt... Boleh! Nanti sore ya!" Aliya tersenyum dan mengambil nasi goreng.

Matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Abisaka. Buru-buru Aliya menghindarinya dan fokus dengan makanannya. Hari ini semoga saja harinya lancar.

💗💗💗

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

ALIBI ( END )Where stories live. Discover now