BAB 21

196 11 6
                                    

Hari yang paling tidak ingin Aiza alami akhirnya tiba. 

Gadis itu baru saja selesai didandani oleh seorang tukang rias. Sesekali, tukang rias itu menggerutu karena lingkaran hitam dibawah mata Aiza cukup tebal hingga membuat sang perias harus cukup berusaha untuk menutupinya. 

Itu semua terjadi karena semalan Aiza tidak tidur samasekali. Hati dan pikirannya tidak tenang memikirkan hari ini. Ia juga tidak bisa menghubungi siapapun untuk sekedar bercerita karena mamangnya menyita HP Aiza dan segala macam hal yang bisa digunakan untuk berkomunikasi. Alasannya, karena ia tidak mau Aiza menghubungi Gerald dan yang lebih parah ia akan kabur dengan Gerald. Sungguh alasan yang tidak masuk akal. 

"Masyaallah, kamu cantik sekali Aiza."

Aiza menegakan kepalanya menatap bayangan dirinya dan Khadijah di cermin. Entah sejak kapan wanita itu ada dibelakangnya. 

"Kayaknya, Bibi lebih cantik dari Aiza, deh."

Aiza tidak berbohong, bibinya memang terlihat sangat cantik hari ini. Seperti kata orang, seseorang yang jarang berdandan akan terlihat sangat cantik saat didandani. Dan bibinya adalah  tipe orang yang sangat jarang berdandan. Jadi, kecantikannya semakin terpancar hari ini. 

"Kamu ini kalo ledek bibi suka berlebihan." Balas Khadijah ddngan senyuman di wajahnya.

Wanita itu lalu meraih wajah Aiza dan menatapnya lama. Sejenak, seperti ada kesedihan di wajah itu. Tapi kemuadian, lesung pipit wanita itu muncul terdorong oleh sudut-sudut bibirnya yang melengkung ke atas. 

"Kamu sangat cantik Aiza, mirip sekali dengan mamamu."

Saat itu juga wajah Aiza berubah sedikit murung. "Aiza lebih suka dibilang mirip bibi daripada mirip dia."

"Aiza maaf, bibi gak bermaksud..."

Khadijah tidak bisa melanjutkan kata-katanya, ia cukup terkejut karena Aiza tiba-tiba saja memeluk menyerukan wajahnya di perutnya. 

"Aiza punya bibi sama Mamang. Itu semua sudah cukup untuk Aiza."

Tanpa sadar, setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Khadijah. Namun segera ia hapus. Meskipun begitu, bola matanya yang bersih berubah menjadi kemerahan hingga bekas tangisannya tetap terlihat. 

"Nanti make up kamu rusak peluk bibi kayak gini."

Aiza sepertinya tidak perduli dan malah semakin mengeratkan pelukannya pada Khadijah. "Aiza masih kangen sama bibi."

" Bibi juga kengen sama kamu."

"Mamang juga kangen sama kalian." Tiba-tiba saja Reno berujar sembari memeluk dua wanita yang sangat ia cintai itu. 

Aiza mengangkat wajahnya dari pelukan sang bibi, ternyata gadis itu juga terbawa suasana terlihat dari wajahnya yang basah dan sisa genangan di pelupuk mata gadis itu. 

" Mamang apaan sih ikut-ikutan aja." Ujar Aiza dengan suara paraunya. Jari jemarinya sibuk menghapus air matanya sembari masih sesegukan. 

"Calon pengantin ko malah nangis. Nanti suami kamu ketakutan liat mata kamu item gara-gara maskara yang gak karuan."

"Mamang kira Aiza pake make up murahan yang bisa luntur gitu aja? Make up Aiza kan anti air." Balas Aiza sembari masih sesegukan. 

Tak ayal hal itu mengundang senyum Reno dan Khadijah. Melihat itu, Aiza malah semakin keras menangis seperti anak kecil. 

 "Uuh. Bayi besar Mamang kayaknya udah balik lagi ini." Ujar Reno menuntun Aiza berdiri lalu mengusap air mata keponakannya. 

Tanpa permisi, Aiza mengalungkan tangannya di leher Reno dan memeluk lelaki itu erat. Reno samasekali tidak keberatan dan balas memeluk gadis itu tidak kalah eratnya. 

MARRIED WITH MY FRIEND Donde viven las historias. Descúbrelo ahora