BAB 11

151 9 0
                                    

Tepat setelah matahari benar-benar tenggelam, Stevan mengantar Aiza ke hotel yang akan gadis itu tempati.

Setelah mengambil kartu kuncinya di resepsionis tadi, Aiza segera pergi ke kamarnya yang ada di lantai 6, berbeda satu lantai dengan kamar hotel yang ditempati Gerald.

Yah, hotel itu memang bukan hotel raksasa seperti hotel lainnya yang bernaung di perusahaan milik ayah Gerald. Hotel itu adalah hotel yang dibangun dari dana pribadi Gerald dan baru dibuka dua tahun yang lalu.

Tapi, meskipun hanya hotel kecil, daftar list yang menunggu untuk menginap di hotel itu sangat panjang. Terang saja, hotel itu ada diatas tebing yang menghadap langsung kearah laut yang memungkinkan orang-orang untuk melihat matahari terbit hanya dari atas tempat tidur mereka. Dan lagi, design hotel yang unik dan modern membuat daya tarik hotel itu semakin tinggi.

Setelah membuka pintu dengan key card yang dibawanya, Aiza segera nasuk lalu nembuka sepatunya dan melemparnya asal. Tanpa menghiraukan sandal hotel yang memang sudah disediakan, Aiza segera menghampiri kasurnya dan menjatuhkan tubuhnya begitu saja tanpa berniat untuk pergi ke kamar mandi hanya untuk mencuci muka dan kakinya.

Aiza tidak perduli jika ia dikatai jorok, karena ia benar-benar kelelahan saat ini. Yah, meskipun Aiza sangat menikmati acara kaburnya tadi.

Aiza tersentak, saat suasana kamar yang awalnya gelap seketika berubah menjadi terang.

Ia segera bangun dengan perasaan waswas yang melingkupinya. Hingga matanya melihat sosok laki-laki yang tengah bersender di dindjng dekat saklar lampu.

Melihat orang itu, rasa waswas dan takut Aiza seketika sirna. Gadis itu lalu kembali membaringkan tubuhnya berniat untuk melanjutkan rencananya tanpa menghiraukan lelaki yang tengah menatapnya intens.

"Darimana aja lo baru pulang jam segini?"

Aiza tidak menjawab dan memilih untuk pura-pura tidur. Ia malas berbicara pada orang yang sudah meninggalkannya begitu saja di bandara.

"Lo ninggalin koper gue di bandara, Az."

Seriously, Gerald bahkan lebih mementingkan kopernya dari Aiza. Dengan kesal, Aiza mengambil bantal dan menutup telinganya dengan bantal itu. Ia tidak mau mendengar sepatah katapun yang keluar dari mulut Gerald.

SRET

Dengan cekatan, Gerald menarik bantal yang menghalangi wajah Aiza. Tak ayal hal itu membuat Aiza berang dan bangun dari tempat tidurnya.

"Mau lo apa sih, Er? Ini kamar gue dan gak seharusnya lo masuk dengan seenak jidat lo kaya gini."

"Gue yang bayarin kamar lo, jadi gue berhak ada disini."

"Kalo gitu gue keluar dari kamar ini."

Saat tangan Aiza meraih kopernya berniat untuk keluar dari kamar itu, tiba-tiba tangan Gerald mencekal tangannya.

"Lo gak bisa pergi sebelum jelasin ke gue lo habis dari mana dan..." Gerald menjeda kalinatnya memperhatikan jaket Stevan yang masih menempel di tubuh Aiza. "Jaket siapa ini?" Lanjut Gerald dengan nada menggeram juga tatapannya yang tajam menusuk Aiza.

Aiza membalas tatapan Gerald tidak kalah tajam dan dengan santainya gadis itu menjawab. "jaket ini punya lelaki jentel yang mau ngasih tumpangan ke cewek yang ditinggalin gitu aja sama temennya di bandara."

"Cowok jentel gak akan bawa jalan cewek yang baru dikenalnya sampe malem kaya gini."

"Setidaknya dia mau nganterin gue dengan selamat sampai tujuan." Balas Aiza sembari menyentak tangannya hingga terlepas dari genggaman Gerald. Setelah itu, Aiza melanjutkan niatnya yang sempat tertunda untuk keluar dari kamar itu.

MARRIED WITH MY FRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang