BAB 10

180 8 0
                                    

Bali, akhirnya Aiza sampai ke pulau indah nan eksotis yang menjadi buruan turis seluruh dunia untuk menikmati keindahannya. 

Terakhir kali Aiza datang kesana 3 bulan yang lalu, saat itu tidak hanya Aiza yang diajak Gerald, tapi staf lain termasuk Hera. 

Gerald bukanlah tipe bos yang pemarah dan egois, ia adalah tipe bos yang baik namun tegas. Ia tidak bisa menerima kesalahan sekecil apapun. Bahkan Aiza sendiri sering kena damprat Gerald jika ia melakukan kesalahan dalam pekerjaannya. 

Karena kebaikannya Gerald sering sekali memberikan waktu untuk kariawannya menikmati kota atau negara yang dikunjungi. 

Namun, keindahan itu tidak bisa Aiza nikmati saat hatinya sedang dongkol menunggu Gerald yang tidak kunjung kembali setelah laki-lali itu pamit ke toilet. Dan yang membuat Aiza semakin kesal, laki-laki itu tidak kunjung menerima telepon darinya. 

Ingin sekali Aiza menyusul tapi ia samasekali tidak tahu dimana letak toilet apalagi toilet laki-laki meskipun mereka sudah berkali-kali datang ke bandara itu. 

15 menit kemudian Aiza masih duduk di kursi bandara.  Ia sudah tidak tahan lagi menunggu dan memutuskan untuk nekat menyusul dengan resiko ia yang akan tersasar. 

BRUK

Baru beberapa langkah Aiza berjalan, pantatnya sudah sukses menyentuh lantai bandara dengan cukup keras. Semua mata sekarang tengah menatap kearahnya, bahkan beberapa diantaranya dengan terang-terangan menutup mulutnya mencoba menahan tawa. 

"Sory, gue gak sengaja." Ujar laki-laki yang menabraknya sembari mengulurkan tangannya. 

Aiza mengangkat kepalanya bersiap memuntahka kekesalannya pada si penabrak. tapi, kekesalannya seketika sirna. Ia terpaku, terpana dengan mata elang leleki itu. Iris hitam yang dulu pernah ia kagumi. 

"Lo gapapa, kan?" Tanya orang itu yang langsung membuat Aiza kembali tersadar dari keterpakuannya. 

"Gue gapapa." Dengan ragu Aiza menerima uluran tangan lelaki itu yang langsung menariknya untuk berdiri. 

"Sekali lagi gue minta maaf."

"its oke, gue juga tadi... "

Belum sempat Aiza menyelesaikan kalimatnya, hp yang tersimpan di tas selempang Aiza bergetar petanda ada orang yang menghubunginya. 

Dan ternyata, yang menghubungi Aiza adalah Gerald. Dengan cepat Aiza mengangkatnya bersiap memaki lelaki itu, tapi belum sempat sepatah kata keluar dari mulutnya, Gerald sudah mendahuluinya dengan perkataan yang lugas. 

"Gue ke hotel sama Amanda, nanti kadek wisnu jemput lo."

"Tapi..."

Lagi-lagi perkataan Aiza terpotong, kali ini karena Gerald yang menutup sambungannya secara sepihak. 

Selalu seperti ini, Gerald selalu melupakan Aiza ketika Amanda ada disekitar mereka. 

Jujur, Aiza merasa sangat cemburu karena perhatian Gerald yang biasanya akan tercurah pada Aiza seketika beralih pada Amanda. 

"Lo butuh tumpangan?"

Aiza menoleh kearah orang itu, ia harus aedikit mendongak jarena sepertinya tinggi badan lelaki dihadapannya melebihi tinggi badan Gerald.

Sepertinya lelaki itu mendengar kata-kata Gerald karena ia mengeraskan suara HP-nya. 

"Gue juga butuh tour guide."

Memalukan. Tapi Aiza tidak perduli, ia malas kembali ke hotel dan bertemu dengan Gerald juga kekasihnya. 

***

MARRIED WITH MY FRIEND Där berättelser lever. Upptäck nu