BAB 5

195 10 0
                                    

“Kulit apelnya jangan sampai putus!” Titah Ali yang sedang duduk bersandar dikepala ranjang pada laki-laki yang duduk dikursi samping ranjang pasiennya sembari mengupaskan apel untuk dirinya.

Gerald, laki-laki itu mendelik tajam pada Ali. Ingin sekali Ia menusukan pisau yang dipegangnya pada Ali jika saja ia sudah kehilangan akal karena kesal terus diperintah oleh Ali. 

Yah, setelah kelelahan karena tidak bisa berhenti mengeluarkan isi perutnya, Ali merengek pada Gerald untuk membawanya kerumah sakit.

Sebenarnya kondisi Ali tidak separah itu sampai harus dirawat, Ia hanya perlu meminum obat dan diperbolehkan pulang. Tapi, seorang Ali tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk membuat seorang Gerald Atmaja manjadi pelayannya. Jadi, dia meminta –memaksa- dokter supaya dia bisa dirawat selama beberapa hari disana.

Dan beginilah nasib Gerald sekarang, ia harus rela menjadi pelayan Ali,karena jika ia menolak maka laki-laki itu akan merengek pada suster seakan dirinya adalah orang paling kejam didunia ini. 

Untuk kesekian kalinya Gerald menghela napasnya, namun kali ini untuk pertama kalinya dihari ini laki-laki itu menghela napas lega. Ia sangat bersyukur karena apel ketiganya berhasil ia kupas sesuai dengan keinginan Ali, jika tidak, maka ia harus membuang waktunya hanya untuk mengupaskan apel keempat untuk Ali. 

Yah, seorang Gerald Atmaja sudah mengupaskan tiga apel hanya untuk seorang Ali. Dua apel sebelumnya tidak mau dimakan Ali hanya karena kulit apel yang dikupasnya terputus.

Gerald melarikan tatapannya pada Ali, dilihatnya laki-laki itu sedang menatap nakal kearah dirinya. Terlihat sekali raut kepuasan terpatri di wajah Ali karena berhasil membuatnya menjadi pelayan. “Stop natap gue kayak gitu! Nanti lo suka lagi.” 

“Lo kira gue homo apa?”

“Siapa tahu selain pedhopil lo juga homo.” Gerald lalu menyerahkan apel yang sudah selesai dikupas dan dipotongnya pada Ali.

“Suapin!” Pinta ali dengan nada manja.

“Cih, najis.” Tapi Gerald tetap melakukan apa yang diminta Ali, dia malas harus mendengar rengekan Ali lagi.

CEKREK

Suara tangkapan kamera membuat Gerald dan Ali mengalihkan fokus mereka karaah pintu, dan terpangpanglah wajah-wajah tiga sahabat tak beradab yang cekikikan setelah berhasil mengambil adegan langka yang mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup. Tidak hanya sekali, Elena memotret dirinya dan Ali berkali-kali dan dengan bodohnya ali malah berpose narsis bak model amatiran.

Dengan wajah kesal Gerald berjalan cepat menghampiri sang adik yang masih asyik mengambil gambarnya. Saat tangan Gerald hampir saja meraih phonsel itu, tangan Elena dengan sigap  memasukannya kedalam tas.

“Hapus gak!”

“Enggak!” Balas Elena sambil memeletkan lidahnya dan melenggang masuk diikuti Alex dan Reynald yang tersenyum geli kearah Gerald.

Laki-laki itu memangku tangannya menatap empat orang yang berada didalam ruangan ali tidak percaya,  Seminggu dirinya menghilang dan ini yang sahabat-sahabatnya lakukan? Bukanya pelukan rindu yang didapatkannya, tapi malah dirinya dibuli oleh mereka.

Alih-alih memeluk Gerald, Elena dengan manjanya malah memeluk Ali seakan laki-laki itu yang menghilang bukan Gerald.

“Abangku tersayang kenapa? Diracunin sama kakak aku yah?” Tanya Elena dengan nada sedih yang dibuat-buat. 

“Iya, kakak kamu emang brengsek dek, masa dia cemburu gara-gara aku bilang mau macarin Aiza.” Jawab Ali dengan nada lirih yang dibuat-buat membuat Gerald mendecih pelan.

MARRIED WITH MY FRIEND Where stories live. Discover now