16ㅣSpiderman Bandung

149 26 6
                                    

Saya memicing melihat keanehan lelaki gumasep itu

Ουπς! Αυτή η εικόνα δεν ακολουθεί τους κανόνες περιεχομένου. Για να συνεχίσεις με την δημοσίευση, παρακαλώ αφαίρεσε την ή ανέβασε διαφορετική εικόνα.

Saya memicing melihat keanehan lelaki gumasep itu. Ada apa dengannya?

Alis saya pun mengernyit kala mendengar ucapannya, “Maksudnya konsekuensi apa? Atas dasar apa kamu bikin garis batas?”

Dia semakin maju hingga jarak kita semakin dekat.

“Karena lo udah ngerebut seseorang yang akan menjadi milik gue. Jadi, lo harus mundur!”

Saya hanya menyeringai mendengar katanya, “Masih belum kan? Jadi kenapa saya harus mundur?”

Lelaki itu seperti gak terima dengan omongan saya.

“Sebaiknya lo ikutin sama apa yang gue bilang, sebelum lo habis di sini.” Tangannya terulur menepuk-nepuk pelan pipi saya.

“Ini pada kenapa sih? Bayu! Mending kamu pergi dari sini!” Saya dengar Runi ikut bicara. Tapi Bayu maupun saya gak menggubrisnya.

Saya menyeringai lagi pada lelaki itu, “Kenapa? Merasa tersaingi? Merasa sudah gagal karena Runi lebih milih saya ketimbang kamu yang gumasep kieu?”

“BANGSAT!” Dengan tiba-tiba saja dia meninju saya tepat pada pipi saya. Sehingga tubuh saya dibuat kelimpungan begitu saja. Telinga saya dapat mendengar Runi berteriak sambil memanggil nama saya.

Saya tidak melawan dan kembali berdiri. Sebisa mungkin saya tersenyum meskipun sedikit nyeri di pipi.

“Kenapa gak ngelawan? Cupu lo?” katanya.

“Hanya orang bodoh yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan,” kata saya yang membuatnya kembali menonjok saya. Saya kembali terkulai dengan Runi yang mulai mendekat.

“Udah!!! Kenapa sih? Kalau ada masalah itu diselesaiin baik-baik, bukan begini!” seru Runi.

“Kenapa? Takut sayangnya kamu kenapa-kenapa? Iya?” Bayu mendekati Runi dan menoel dagunya.

“Lagian kenapa sih kamu gak sama aku aja? Kenapa harus sama cowok kampungan ini, hah?!” serunya. Rasanya tangan saya sudah sangat ingin mendarat di mukanya, tapi saya berusaha sebaik mungkin menahannya.

“Lebih baik kampungan daripada cacat etika seperti kamu!” Runi mendongak menatap Bayu di sana.

PLAKKK!!!

Seketika saja tamparan keras mendarat di pipi Runi. Kesabaran saya sudah habis melihat orang yang saya cintai tersungkur karena ulah lelaki bejat itu. Di sana, saya bangkit dengan amarah. Saya maju dan mendekat ke arahnya

“BANGSAT!!!” Saya memukulnya tepat pada rahangnya. Di sana, dia tersungkur.

“Saya awalnya malas meladeni tingkahmu. Tapi karena kamu sudah menyentuh milik saya, saya gak bisa tinggal diam.” Saya ambil kedua kerah bajunya, lalu saya cengkeram keras.

Di sana, saya mulai memukul dia untuk yang kedua kalinya. Dia lagi-lagi tersungkur ke kerasnya jalanan. Teman-temannya tak membantu, mereka hanya menatap saya ketakutan.

Dia Arunika, 1996 ✔Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα