6ㅣHujan dan Runi

208 32 11
                                    

Orang-orang bilang, “Buatlah dia tersenyum, agar dia jatuh cinta kepadamu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Orang-orang bilang, “Buatlah dia tersenyum, agar dia jatuh cinta kepadamu.” Tapi nyatanya saat dia tersenyum, justru saya yang dibuatnya  jatuh cinta sedalam-dalamnya. Apakah saya benar-benar sudah terjatuh dalam lubang paling dalam di suatu tempat bernama hati? Jawabannya adalah iya. Dan pemilik hati itu sendiri adalah Arunika, perempuan merah jambu yang sampai saat ini masih menjadi misteri bagi saya.

Kemarin sewaktu saya beritahu dia jika saya memang serius mencintainya, Runi hanya terdiam. Saya ttidak tahu arti sebenarnya di balik diamnya itu. Yang jelas setelahnya, dia langsung mengucapkan selamat malam dan menutup telepon. Tapi meskipun seperti itu, saya tidak akan berhenti buat mengejarnya.

Sejak mengenalnya, saya menjadi pribadi yang suka tantangan. Semalaman saya sudah memikirkan ini. Saya sungguh-sungguh dalam mencintainya. Bahkan saya sudah sangat siap berbicara secara jantan dengan calon mertua.

Dan hari ini tiba, hari dimana saya datang bertamu ke rumah Runi untuk yang pertama kalinya. Memang saya suka tantangan, tapi sebenarnya saya juga punya ketakutan seperti manusia pada umumnya. Wajah ayah Runi yang terlihat menyeramkan masih tergambar jelas di benak saya.

Saya beranikan diri bertamu sendirian, karena Imin kawan kampret saya itu sungguh tidak berperikekawanan sekali. Saya berniat mengajaknya hanya sekadar untuk menemani saya menghadap calon mertua. Tapi, dia tidak mau berurusan dengan masalah hati saya ceunah.

“Lelaki gentle itu harus apa-apa sendiri atuh. Jangan libatkan aing dalam percintaan maneh,” katanya kemarin.

Saya jelas kesal, tapi yang dibilang Imin memang benar. Seharusnya saya bisa mengurus semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Jadi, saya sudah mengumpulkan semua keberanian saya untuk menghadap ayah Runi.

Hari ini saya bawa motor, tapi tidak saya parkirkan di depan rumahnya. Motor saya yang ganteng itu saya parkirkan di halaman rumah Imin. Karena mau mampir sebentar tadi hanya untuk meminjam jaketnya. Sebab, bajunya Imin itu keren semua. Jadi, saya juga mau jadi keren kayak Imin, hehe.

Berjalanlah kaki saya menuju rumah Runi. Sampai di depan gerbang, saya ketuk perlahan.

“Assalamu'alaikum. Punteeen. ”

“Wa'alaikum salam. Sebentar.” Saya mendengar seseorang menyahut dari dalam.

Saat gerbang sudah sepenuhnya terbuka, mata saya melihat wanita paruh baya yang kecantikannya tak lekang oleh waktu. Saat saya melihatnya, saya teringat Runi. Cantik, meskipun wajahnya sudah sedikit keriput.

Beliau menatap saya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Saha?” tanyanya.

Baru saja saya hendak berbicara, telinga saya mendengar seseorang bergumam dari dalam seraya mendekat ke tempat saya berdiri.

Dia Arunika, 1996 ✔Where stories live. Discover now