10ㅣTerima kasih sudah hadir

162 30 8
                                    

Hari ini adalah hari libur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari ini adalah hari libur. Dan saya baru saja terbangun saat matahari sudah terlihat melalui celah jendela kamar saya. Tadi habis sholat subuh, saya tidur lagi. Sebenarnya tidak dibolehin Mamah, tapi saya ngantuk sekali. Berhubung hari libur, jadi ya sudah, saya tidur lagi dan baru terbangun seperti ini.

Baru keluar dari pintu kamar, hidung saya sudah menghirup aroma sedap. Heemmm, sepertinya Mamah masak enak pagi ini. Dengan mata yang masih merem, masih dengan sarung yang terlilit seadanya di pinggang, rambut juga masih acak adul, saya berjalan ke arah dapur mengikuti aroma sedap itu.

Seperti biasa, saya selalu memeluk Mamah dari belakang saat baru bangun tidur. Kata Mamah mah manja, padahal saya tidak manja. Saya hanya ingin berterima kasih kepada Mamah yang selalu memasakkan masakan enak untuk saya selama 20 tahun saya hidup di dunia ini.

Saya peluk Mamah dari belakang masih dengan mata yang tertutup seraya berkata, "Mamah masak apa? Kok baunya sedap pisan?"

Tapi, tunggu sebentar, ada yang aneh. Sejak kapan perut gemas Mamah hilang? Mamah diet? Kok kurusan?

"Anu...maaf..."

Suara ini...

Saat saya mulai membuka mata,

"ASTAGHFIRULLAH!!!" Spontan saja saya melepaskan pelukan saat tahu yang saya peluk ternyata bukan Mamah.

"Kok kamu di sini?" Saya benar-benar terkejut waktu lihat Runi berdiri di depan saya dengan memakai celemek Mamah sambil memasak di dapur rumah saya.

Tunggu! Saya gak lagi mimpi kan? Tangan saya terulur menampar pipi saya sendiri. Sakit. Ternyata saya gak lagi mimpi.

"Astaghfirullahalazim. Maafkan saya Runi, saya gak tahu kalau tadi itu kamu. Saya kira tadi Mamah yang masak. Ya Allah ya gusti saya minta maaf." Saya menangkupkan kedua tangan saya dan bersimpuh di hadapan Runi.

"Kalo kamu pikir saya mesum, saya bukan lelaki macam itu kok, Runi. Saya tadi gak tahu kalo itu kamu. Saya masih ngantuk tadi. Serius. Maafkan saya sudah menyentuh kamu tanpa izin." Saya merasa benci dengan diri saya sendiri.

Tapi di sana, Runi hanya terkekeh manis alih-alih marah dengan apa yang sudah saya lakukan padanya barusan.

"Santai aja, A. Gak papa kok. Aku juga tahu kalo Aa orangnya gak gitu," katanya masih dengan senyum manisnya.

"Kamu gak marah?" tanya saya masih dengan posisi berlutut di hadapan dia.

Dia menggeleng, "Enggak. Tapi lain kali kalo baru bangun tidur itu cuci muka dulu, biar seger. Biar gak salah peluk."

Lagi-lagi dia terkekeh. Entah kenapa saya merasa sangat malu. Mana saya masih amburadul pakai sarung begini.

Saya berdiri kikuk sambil mengusap tengkuk leher saya, "Sekali lagi saya minta maaf, ya."

Dia Arunika, 1996 ✔Where stories live. Discover now