9ㅣLelaki gentle

209 35 3
                                    

Sebenarnya saya ada cerita sedikit tentang satu kawan saya yang namanya Muhaimin

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Sebenarnya saya ada cerita sedikit tentang satu kawan saya yang namanya Muhaimin. Dari dulu dia memang pendiam di mata perempuan. Kalau Junet bilang sih bukan pendiam, tapi sok cool ceunah.

Setuju sih saya. Imin dari dulu selalu cuek dengan urusan cintanya. Walaupun dia sebenarnya baik ke semua perempuan dan selalu dikelilingi banyak perempuan, tapi untuk urusan percintaan, kawan saya satu ini sangat payah.

Saya gak berbohong, dulu sekali waktu kelas 2 SMA dia pernah suka sama satu perempuan paling populer di sekolah. Tapi dia gak berani menyatakan karena takut ditolak. Alhasil mereka gak pernah dekat sampai saat ini.

Tapi bukan masalah itu yang ingin saya ceritakan saat ini. Saya pernah bilang kan kalau Imin itu gak mau pacaran karena dilarang Abahnya, sebenarnya itu cuman alibi saja. Sebenarnya dia juga sama seperti lelaki pada umumnya. Dia juga punya seseorang yang didambakan.

Namanya, Dahlia. Mojang Bandung yang satu kampus sama kami. Dari kami masuk Universitas, Imin sudah naksir berat sama Dahlia. Meskipun populer di kampus, tapi Dahlia gak pernah sombong. Anaknya baik, cantik, tutur katanya lembut. Mungkin itu yang buat Imin naksir sama Dahlia.

Tapi ada satu hal yang buat hubungan mereka gak bisa lebih dari sekadar teman. Mereka berbeda. Ada tembok besar yang menghalangi cinta mereka. Iya, mereka berbeda keyakinan.

Restu orang tua bisa berubah, tapi restu Tuhan gak bisa dipaksakan.

Meski restu orang tua bisa berubah, tapi saya gak menjamin Imin dengan mudah bisa mendapatkan restu dari orang tuanya. Karena Abahnya Imin itu bukan main-main kalau soal agama. Beliau sudah pernah ibadah haji ke Mekkah. Sering jadi imam di masjid. Selain jadi kepala sekolah, setiap sore beliau juga ngajar ngaji di TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur'an). Jadi Imin akan sangat susah untuk meminta restu ke orang tuanya.

Padahal saya sudah berulang kali bilang sama dia. “Kalau memang sudah gak ditakdirkan bersama, sekeras apapun kamu mengejar, dia akan selalu menghindar, Min.”

Saya serius, yang memang dari awal gak ditakdirkan bersama, mau sekeras apapun usahanya gak akan berakhir bersama. Dan begitupun sebaliknya, jika memang sudah ditakdirkan bersama, sejauh apapun jaraknya akan menemukan jalan untuk kembali.

Tapi dia selalu mengelak dan terus percaya kalau suatu saat nanti mereka akan ditakdirkan untuk bersama. Saya pun sudah sampai berada di tahap sabodo teuing dah sama Imin. Terserah dia maunya apa.

Tapi meskipun begitu, saya masih setia menemani dia untuk bertemu Dahlia. Kurang baik apa coba saya. Padahal dia gak mau berurusan dengan percintaan saya sama Runi. Tapi, saya masih baik sama manusia yang katanya paling ganteng se kampus ini. KURANG BAIK APA SAYA?!

Hemmm, sabar.

Dahlia ini beda fakultas sama Imin. Perempuan itu satu fakultas dan satu kelas sama saya. Makanya kalau mereka berdua bertemu, akan selalu ada saya di dalamnya.

Dia Arunika, 1996 ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat