39. Antara sedih & bahagia

784 120 5
                                    

"Jenika!!" Bentak Bima mendekati wanita cantik bergaun merah dengan warna lipstick serupa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jenika!!" Bentak Bima mendekati wanita cantik bergaun merah dengan warna lipstick serupa.

Dengan kasar Bima menarik tangan ringkih yang tadinya bertolak pinggang itu menuju pintu keluar. Namun kekuatan Jenika sepertinya tidak boleh diremehkan. Dengan tak kalah kasar dia menghempas tangan Bima lalu merapikan posisi tasnya yang sempat melorot.

"Kenapa? Kau mau membungkamku? tapi sayangnya kau harus bertanggung jawab" balas Jenika sinis.

"Apa maksud semua ini Bima? tanya Aksan dengan suara lantang. Matanya menatap tajam pada Putra satu-satunya yang kini tampak pucat.

"Ini maksudnya Om" Jenika yang menjawab lalu menyerahkan sekumpulan foto-foto yang menampilkan gambar dirinya dan Bima berbaring di ranjang saling berpelukan dan tampak seperti mereka tidak mengenakan pakaian.

Melihat wajah Aksan yang berubah pias Ridwan mendatanginya dan mengambil foto-foto yang ada di tangannya. Seketika wajahnya memerah dan menatap nyalang pada kedua sosok yang ada dalam foto.

"Senira bawa Salima, kita pulang sekarang!" peritahnya tegas.

Senira yang sudah mengerti apa yang terjadi, menarik tangan Putrinya. Salima yang sejak tadi diam tidak menolak atau berkata apapun. Namun kekecewaan jelas terlihat di matanya.

"Tunggu dulu Nak! ini pasti hanya salah paham, kita dengar penjelasan Bima dulu, ayo Bima jelaskan!" pinta Kartika hendak mencegah kepergian Salima, matanya sudah berkaca-kaca.

Tapi sayangnya Bima hanya berdiri diam membuat Ridwan emosi dan mengetatkan rahangnya.

"Semuanya sudah jelas, selesaikan masalah kalian! kami pergi" Ridwan dengan langkah tegas menuntun Istri dan Putrinya menuju pintu meninggalkan para tamu yang kini mulai saling berbisik.

🌺

"Lima! Apa kau baik-baik saja?" tanya Shalimar cemas.

"Tentu aku sedih dan kecewa, kita sudah memberinya kesempatan, kau sendiri bagaimana?"

"Sama sepertimu, tapi aku juga ingin mencakar wajah wanita itu" jawab Shalimar menggebu.

Tak ada yang mengeluarkan suara selama perjalanan, tapi Senira merangkul erat tubuh Salima sebagai bentuk dukungan dan untuk menenangkan. Sementara Ridwan membawa mobil dengan perasaan marah, ia telah salah menilai Bima hingga berujung membuat kedua Putrinya sedih. Tangannya yang mulai keriput menggenggam setir dengan kuat.

🌺

"Bagaimana kondisinya? Apakah dia sudah tidur? tanya Ridwan begitu Senira memasuki kamar mereka.

"Iya, dia baru saja tidur, Putri kita itu kuat, dia bahkan tidak menangis, tapi aku yakin hati mereka pasti hancur" jawab Senira sendu.

Pencahayaan di kamar mereka masih terang padahal sudah tengah malam. Beberapa kali pihak keluarga Pratama menelpon tapi tidak mereka tanggapi, penjagaan di gerbang juga sengaja Ridwan tambah agar tidak ada yang menerobos masuk tampa seiizinnya.

Twin S (End)Where stories live. Discover now