31. Penyesalan

824 125 8
                                    

"Aku bukan adikmu! berhenti mengatakan sebutan menyebalkan itu!" Teriak Nurmala sambil menutup kedua telinganya, wajahnya sudah basah dengan air mata, ayeliner yang dipakai untuk mempercantik wajahnya kini malah membuat penampilannya terlihat maki...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku bukan adikmu! berhenti mengatakan sebutan menyebalkan itu!" Teriak Nurmala sambil menutup kedua telinganya, wajahnya sudah basah dengan air mata, ayeliner yang dipakai untuk mempercantik wajahnya kini malah membuat penampilannya terlihat makin menyedihkan.

"Apa kurangku dari wanita kampung itu, kau bernafsu padanya, tapi tidak pernah menyentuhku, aku istrimu, istri sahmu, kenapa kau memperlakukan aku tidak adil, kalau aku keji lalu kau apa!!?"

Nurmala akhirnya meluapkan segala beban di hatinya, tentang cintanya yang tidak pernah terbalas. Setelah segala usaha yang dilakukannya, Satria tetap memperlakukannya dengan dingin. Satria-lah yang sudah merubahnya menjadi wanita kejam, andai saja pria itu mau sedikit membuka hatinya. Nurmala tidak akan bertidak sejauh itu.

"Jangan menimpakan kesalahanmu kepada orang lain, segala keputusan yang kau ambil karena pilihanmu sendiri. Dari dulu kau tau perasaanku padamu, tapi kau tetap saja memaksakan dirimu" ucap Satria dengan ekspresi datar.

"Kau memberi kesempatan kepada wanita itu, menikahinya, bahkan kau biarkan dia mengandung anakmu, kenapa tidak memberikan kesempatan itu padaku!? Kenapa!?" Nurmala memukul dada Satria untuk melampiaskan amarahnya. Dadanya terasa sesak, hatinya hancur, Satria telah menyakitinya sedemikian rupa.

Setelah beberapa lama Satria meraih kedua tangan itu lalu menghempaskannya hingga Nurmala tersungkur ke lantai. 

"Sudahlah! Berbicara denganmu memang percuma, masalah ini tidak akan selesai kalau kau tidak pernah mau menyesali perbuatanmu. Pulanglah! Jangan buat keributan disini!"

Satria meninggalkan Nurmala yang tidak juga bangkit dari lantai, wanita itu masih terus terisak dan tidak lagi memperdulikan keadaannya. Bagi Nurmala ini adalah akhir usahanya, sampai kapanpun ia tidak akan bisa menggapai hati Satria.

🌺

Sedan putih itu sudah terparkir di jalan depan Panti Asuhan Kasih Bunda sejak setengah jam lalu. Pria di balik kemudi sejak tadi memperhatikan Balita tampan yang sedang bermain ayunan ditemani seorang wanita yang memiliki senyum menawan. Keduanya terlihat sesekali tertawa bersama. Sang balita akan bergelayut manja dan sang wanita akan membalasnya dengan ciuman gemas.

"Putraku, maafkan Ayah Nak" gumam Satria dengan mata berkaca-kaca. Perasaan bersalah memenuhi hatinya. Ia telah menghancurkan masa depan Rukmini juga menelantarkan darah dagingnya sendiri. Nurmala benar, dirinya bahkan lebih keji.

Tak mampu membendung rasa bersalahnya. Satria akhirnya menumpakan air matanya, kepalanya tertunduk di atas setir untuk menyembunyikan wajahnya. Bahkan saat ayahmya meninggal ia tidak menangis sememilukan itu. Satria tidak menyadari sosok Rukmini ada di sampingnya dengan kondisi tak kalah menyedihkan. Tangan pucat itu mencoba membelai kepala pria yang dicintainya, namun hanya kehampaan yang ditemuinya.

🌺

"Kak Satria!" Panggil Salima sambil mengetuk jendela mobil. Rukmimi yang memberitahunya tentang keberadaan pria itu dan kondisinya yang kacau.

Twin S (End)Where stories live. Discover now