✎ Hanya segelintir kisah tentang cinta dan kasih sayang yang tulus, ditujukan untuk seseorang yang tersesat mencari jalan pulang. Dapatkah perasaan tulus itu menemukan kebahagiaannya sendiri?
―lapak Tae!Top and Gyu!bot
―bxb
ㅡIni hanya fiksi
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
GELAPNYA malam menyinari alam semesta, Felix baru saja di apartemen Hueningkai manakala Beomgyu tengah menikmati semangkuk ramyeon dengan irisan daging panggang buatan pemuda berdarah Hawaii itu. Sekarang pukul 8 malam, dan situasinya terlihat baik. Pemuda bermarga Choi itu tampak lebih baik dan dapat makan dengan lahap, mungkin ia belum tahu apa yang terjadi. Sedikit panik, Felix langsung menghampiri Beomgyu, duduk di sebelahnya dan bertanya, "Kau baik-baik saja?"
Beomgyu mengangguk yakin. "Kau sudah disini. Kau mau makan? Kai memasak daging yang sangat enak!" ujarnya sambil mengarahkan sumpit ke hadapan wajah Felix, hendak menyuapi. Namun, teman baiknya itu enggan membuka mulut dan memandangnya dengan tatapan khawatir. Beomgyu mengerjap heran karenanya.
"Apa ada sesuatu yang terjadi?" kata Hueningkai yang kebingungan melihat wajah khawatir Felix. Pemuda Lee itu hanya diam, menatap Beomgyu dengan nanar. Hueningkai pun mendekat dan mengusap surai Felix. "Hei, apa ada masalah serius?" Ia bertanya lagi.
"Kalian tidak lihat berita?" tanya Felix lemah. Hueningkai lantas mengambil ponsel miliknya, juga milik Beomgyu yang berada di atas nakas dekat ruang tengah. Sengaja diletakkan di tempat yang cukup jauh mengingat Beomgyu sedang kesal dengan Taehyun dan mencoba untuk menstabilkan mood-nya dulu.
"Iblis itu mulai berulah," lanjut Felix lagi.
Hueningkai terkejut dengan berita yang terpampang di layar ponselnya. Tatapannya langsung beralih pada Beomgu yang hanya mematung di depan ponselnya, menampilkan halaman berita yang serupa. Temannya itu tampak syok, seperti orang yang baru saja dirasuki makhluk halus, namun beberapa detik kemudian tubuhnya gemetaran hebat—begitu pula dengan pupil matanya yang melebar. Wajahnya yang berubah pias kini meneteskan air mata. Sontak, Hueningkai dan Felix semakin panik.
"Gyu ..."
"Apa yang dia lakukan?" gumam Beomgyu, ekspresinya kosong bagai tak bernyawa. Ia tampak seperti kehilangan kendali. "Apa yang dia lakukan?!" katanya lagi. Kali ini ia meremas ponselnya dengan sangat kuat sampai Felix nyaris memekik. Anak itu hampir menyakiti tangannya sendiri!
Pada akhirnya, ponsel itu jatuh ke lantai. Namun, belum sampai disitu Beomgyu mencengkram rambutnya dan menariknya kuat sehingga beberapa helaian rontok. Hueningkai memegangi pergelangan tangan Beomgyu, menahan seluruh pergerakannya. Felix yang cukup terkejut seketika memeluk tubuh Beomgyu yang bergetar hebat. Tidak pernah ia melihat kondisi temannya seperti ini. Berikutnya, Beomgyu berteriak kuat dengan mata yang terpejam, mencengkram erat-erat pundak Felix yang terlapisi kemeja hitam kelam—seperti tengah melampiaskan kemarahannya yang teramat besar. Pemuda Choi itu menangis kencang.
"Kenapa dia melakukan ini padaku? Kenapa dia ingin merusak hubunganku dengan Kak Taehyun?!" isaknya di sela-sela kondisinya yang mulai kehilangan akal. Beomgyu terlihat sangat syok dan tertekan dengan berita tersebut. Felix dan Hueningkai berusaha keras untuk menahan Beomgyu agar tidak menyakiti dirinya sendiri.
"Aku tidak mau berhubungan dengannya lagi, Lixie. Aku tidak mau berhubungan dengan mereka lagi."
Felix mengangguk-anggukan kepala berkali-kali, berusaha menenangkan Beomgyu meski tidak tahu bagaimana caranya. Yang ia lakukan hanyalah berbisik lembut, sesekali mengusap punggung yang tegang dan surai temannya dengan sayang.