✎ Hanya segelintir kisah tentang cinta dan kasih sayang yang tulus, ditujukan untuk seseorang yang tersesat mencari jalan pulang. Dapatkah perasaan tulus itu menemukan kebahagiaannya sendiri?
―lapak Tae!Top and Gyu!bot
―bxb
ㅡIni hanya fiksi
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SINAR mentari mulai menghampiri singgasananya, menyinari setiap manusia termasuk kedua insan yang tengah terlelap di atas sofa tanda waktunya menyudahi mimpi dan memulai aktivitas. Pertama kali yang membuka mata lebih dulu adalah Beomgyu. Ia tersadar ketika mendongakan kepala, matanya menangkap wajah Taehyun yang bersandar pada punggung sofa, ia masih tidur. Lelaki itu memeluknya erat, pantas saja rasanya sangat nyaman. Hatinya menghangat. Bahkan senyuman tak dapat ia sembunyikan.
"Aku banyak menangis, ya? Mataku pasti bengkak." Beomgyu menepuk wajahnya sendiri sambil mendesah frustasi. Bagaimana tidak? Ia tak bisa menghilangkan kebiasaan menangisnya yang cukup lama. Rasanya tadi malam, airmatanya tak bisa berhenti keluar. Ugh, bagaimana ini?
Tidak ingin membangunkan Taehyun, Beomgyu pun berusaha bangun dengan gerakan perlahan berniat untuk mencuci muka sebelum memasak sarapan. Ia mengeluarkan tubuhnya dari kungkungan lelaki itu pelan-pelan dan penuh hati-hati. Entah karena sensitif dengan sentuhan atau suara yang teramat halus, Taehyun bangun dengan lengan yang kembali memenjarakan Beomgyu di dekapannya. Sia-sia saja ternyata.
Tampaknya Taehyun begitu enggan melepas pemuda mungil itu dari dekapannya. Lihat saja, bagaimana Taehyun masih setia memejamkan mata, membawa wajah Beomgyu hingga tersembunyi di ceruk lehernya, dan ibu jari yang bergerak perlahan, mengusap pipi Beomgyu sampai merona.
Oh, tidak. Ini tidak bagus. Beomgyu dapat merasakan jantungnya berdebar dua kali lipat dari biasanya. Kalau seperti ini terus, ia bisa kena serangan jantung. "Kak Taehyun ... lepas," pintanya dengan nada lembut.
"Kalau aku lepas, kau akan pergi lagi."
"Aku mau pergi kemana?" tanya Beomgyu bingung. Oh iya ya, dia kan harus pergi ke TK Spring Day sekarang. Hari ini adalah hari perpisahan dengan anak-anak muridnya. "Kak, aku harus benar-benar pergi," kata Beomgyu lagi dengan nada memohon.
"Apa?" Taehyun pun membuka mata dan menatapnya dengan serius.
"Aku harus segera bangun. Hari ini hari terakhir aku mengajar anak-anak sebelum mereka libur panjang."
Benar juga, sudah memasuki hari libur ternyata. "Baiklah, lima menit lagi akan kulepas."
Lima menit? Tidak masalah sepertinya menunggu selama itu. Beomgyu pun memilih untuk menyandarkan kepalanya di ceruk leher Taehyun, menikmati aroma lelaki itu yang merasuki indera penciumannya. Sangat maskulin, tapi menenangkan dalam satu waktu dan itu membuatnya candu. Tapi, mengapa rasanya tak asing ya? Beomgyu pun berusaha menerka-nerka dalam ingatannya, ketika ia ingat sesuatu, ia pun mendongakan kepala, menatap wajah Taehyun yang matanya terpejam. "Kakak ingat, aku pernah memeluk Kakak seperti ini? Di rumah duka Ayah dan Ibu."
Mendengar itu, netra Taehyun secara perlahan terbuka. Saat upacara kematian orangtuanya? Beomgyu ada disana? Mengapa, Taehyun tidak menyadarinya? "Kau datang?" tanyanya.
"Iya. Aku melarikan diri dari rumah sakit," jawab Beomgyu sambil tertawa pelan. Taehyun akhirnya teringat kalau Yongbok pernah bilang Beomgyu demam tinggi hingga dirawat di rumah sakit. "Aku masih tidak percaya Ayah dan Ibu meninggalkan kita secepat itu," cicit pemuda itu dengan nada sedih.