O7. Sesajen

13 6 0
                                    

"Bantu?" Aram membeo. Wajahnya menunjukan ketidakmengertian atas ucapan Oliv barusan.

Sedangkan Oliv sendiri malah mengangguk mantap. "Apa yang mau lo capai gue akan bantu semampu gue. Tapi jangan yang perlu waktu lama. Setelah itu gue yang akan minta bantuan lo," paparnya mantap.

"Bantuan?" tanya Aram setelah beberapa detik mempertimbangkan dia harus merespon bagaimana.

"Lebih jelasnya belakangan. Sekarang, apa yang lo mau?"

Aram diam. Dia sepertinya tengah berpikir hingga akhirnya jawaban keluar dari mulutnya. "Bantuin Sastra Olivia."

Jawaban itu tentu saja membuat kerutan tercipta diantara alis Oliv. "Lo..."

"Hm. Tadi bilang lo nggak pergi gara-gara harus buat orang-orang tenang dan nangkap pembunuh. Gue bantu. Maksud gue, gue bakal bantu biar lo bisa cepat pergi," papar Aram yang kali ini langsung menyerobot perkataan Oliv.

Ah, Oliv jadi merasa kedatangannya menganggu. Namun, kalau dipikirkan, itu wajar, kan? Orang macam apa yang mau didatangi arwah? Aram pasti risih sekarang. Terlebih dia itu manusia pendiam yang seperti tidak suka pada keberadaan orang asing di sekitar.

"Gue pergi dulu." Nah, kan. Aram memang sesuai seperti yang Oliv pikirkan. Tanpa menunggu jawaban, pria itu meraih hoody biru langit tak cerahnya juga ponsel lengkap dengan earphone yang masih tercolok. Setelahnya dia pergi keluar kamar, meninggalkan Oliv sendiri seperti beberapa saat lalu.

•••

Dengan sepedanya, Aram membelah jalanan perumahan dengan kecepatan tinggi. Dia bahkan sampai mengangkat bokongnya dari jok untuk lebih kuat mengayuh pedal. Dia sengaja tak memakai helm hingga rambut hitamnya menari-nari disapa angin pukul 11 malam.

Keluar dari area perumahan, dia berbelok ke kanan. Mengayuh sedikit lagi dan masuk ke wilayah minimarket 24 jam. Memarkirkan sepeda, pria itu mengarahkan kaki berlapis sepatu sneakers putihnya ke arah vending machine. Memasukan selembar uang sebelum memencet salah satu tombol hingga bunyi sesuatu yang jatuh membuatnya merunduk dan mengambil sebotol minuman kopi.

Dia membalikan badan, hendak duduk di salah satu kursi, tapi kemunculan Oliv yang tiba-tiba membuatnya nyaris terjungkal ke belakang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dia membalikan badan, hendak duduk di salah satu kursi, tapi kemunculan Oliv yang tiba-tiba membuatnya nyaris terjungkal ke belakang.

"Wow, apa ini?" Sepertinya tak hanya Aram yang terkejut, tapi Oliv juga. Lihatlah, perempuan itu sekarang tengah memperhatikan lengannya, memperhatikan sekitar, dan terakhir pada Aram. "Lo nggak mau bilang sesuatu gitu?" tanyanya.

"Enggak," balas Aram singkat. Dia yang asalnya ingin menghabiskan sedikit waktu di tempat ini mengurungkan itu dan malah mendekat pada sepedanya. Menaikan standar, lalu menuntun sepedanya menuju jalanan. Tentunya Oliv yang dirasa harus mengikuti, jadi berakhir ikut berjalan di sisi sepeda yang berlawanan dengan Aram.

"Jarak dari rumah lo ke minimarket itu berapa?" tanya Oliv memulai pembicaraan.

"Sekitar 1 kilometer," jawab Aram membuat Oliv mengangguk-angguk.

I Need Your LifeWhere stories live. Discover now