11. Buku Baru

10 4 0
                                    

Natsuki menuruni anak tangga dengan headphone yang terpasang. Memutar instrumen dari lagu Voodoo yang akan dia nyanyikan sekitar dua minggu lagi.

Sampai di lantai bawah, dirinya berpapasan dengan seorang pria tua berkulit sawo matang yang tak lain ayah dari ibunya.

"Mau kemana?" tanya Kek Basuki melihat sang cucu memakai pakaian yang berbeda dengan yang dia lihat sore tadi.

Natsuki menurunkan headphone, dengan satu tangan yang masuk ke dalam saku celana, pria itu berkata, "Cari makanan. Natsu pengen yang enak-enak."

"Uangnya ada?" tanya Kek Basuki dengan suara khas pria tuanya

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

"Uangnya ada?" tanya Kek Basuki dengan suara khas pria tuanya.

Senyuman culas muncul di bibir Natsuki sebelum dia meredupkan ekspresi wajahnya. "Rick minta traktir mulu, uang Natsu tinggal dikit lagi. Tapi cukup, kok, kalau buat jajan," ucapnya.

Kek Basuki tentu saja tidak bodoh, dia hafal betul maksud dari ekspresi dibuat-buat cucunya itu. Meski begitu, Kek Basuki tetap merogoh saku celana bagian belakang, mengambil sebuah dompet kulit jadul, dan mengeluarkan dua lembar uang berwarna biru. "Nih, jajan yang kenyang," ucapnya menyodorkan uang itu pada Natsuki.

Tersenyum cerah, Natsuki menerimanya. "Hehey, terbaik," ucapnya dengan nada khas Boboiboy. "Makasih, Kek. Natsu doain semoga Tuhan melipatgandakan harta Kakek."

"Biar warisan kamu makin banyak, kan?" tanya Kek Basuki membuat Natsuki cengengesan.

Pamitan singkat, Natsuki akhirnya keluar dari rumah. Menuju garasi guna mengambil sepeda berwarna oranye mudanya. Tanpa mengenakan helm, pria itu mengayuh sepeda, berhenti dan turun untuk membuka gerbang, dia menuntun sepeda keluar, dan melaju pergi setelah gerbang ditutup kembali.

Di tengah perjalanan santainya, dari arah berlawanan, Natsuki melihat seorang perempuan yang berjalan lunglai sambil menenteng alas kaki berjenis ankle bootsnya. Mengenali wajah itu, dia berhenti saat berpapasan. "Osu," sapanya menaikan tangan.

"Natsuki," ucap orang itu dengan suara kecil.

"Ketemu di ruang interogasi sama di jalanan begini beda banget, ya, rasanya." Menghirup udara dalam-dalam, dia melanjutnya, "Lebih seger."

"Kita nggak akrab buat lo nyapa gue kayak gini." Amira menatap Natsuki seolah pria itu adalah hama.

Menaikan bibir khas paruh baya julidnya, Natsuki membalas, "Kita satu sekolah anjoy."

"Nggak kenal," jawab Amira kembali melanjutkan langkah. Namun, ucapan Natsuki setelahnya membuat dia jadi berhenti lagi.

"Lo tahu sesuatu soal pembunuhan Oliv?"

Membalikan badan kasar, Amira berkata, "Gue nggak ada hubungannya." Nyaris saja dia berteriak. Perasaan buruk kembali menyapanya kala Natsuki mengingatkan soal kematian Oliv dan dia yang disangkutpautkan.

I Need Your LifeKde žijí příběhy. Začni objevovat