46. Dependency 🌷

58K 8.6K 1.9K
                                    

Happy Reading

~•~

Di sore hari, samar-samar Reane mendengar orang mengobrol di ruang tamu. Dengan lesu ia bangkit untuk melihat siapa itu. Berdiri dengan wajah bingung, ia melihat orang dikenalnya tengah mengobrol asik sehingga tak menyadari kehadirannya.

"Putra bungsuku mungkin tidak akan kembali, jadi rumah ini akan menjadi milikmu setelah menikah dengan Albion." Wanita itu tertawa menatap bergantian Albion dan gadis di sampingnya.

"Benarkah?! Rumah ini benar-benar besar!" Gadis itu berujar antusias dengan mata berkeliaran di sekitar ruangan.

"Tentu saja. Kamu sudah menjadi tunangan putraku. Jika ingin, kamu bisa tinggal kapan saja."

"Tidak mungkin." Reane menyela dengan wajah tanpa ekspresi.

Ketiganya lantas terkejut dengan kehadirannya. Terutama gadis itu.

"Reane?! Mengapa kau di sini?!"

Mata Reane berkilat dingin melihat keterkejutan di mata Neila yang melotot benci. Ia menjawab dengan tenang. "Nenek memberiku izin tinggal di sini selagi Ray belum kembali."

Neila terkejut lagi. Ia sama sekali tidak tahu Reane masih tinggal di rumah itu dengan tidak tahu malu. Ia lantas tidak terima. "Kau sudah bercerai dengan Ray! Kenapa kau sangat tidak tahu malu tinggal di sini?! Segeralah pergi! Putra dan calon menantuku akan mengambil rumah ini!"

Tanpa sadar Reane melihat pasangan yang tengah bergandengan di belakang Neila. Saat matanya tertuju pada gadis di sebelah Albion, ia tertegun dengan keterkejutan yang tidak disembunyikan.

Vishaa?

Melihat senyum arogannya, Reane tidak bisa berkata-kata. Mengapa dia menjadi pasangan Albion?

Melihat Reane yang linglung, Neila mencibir dengan sinis. Sama sekali tidak menyembunyikan ketidaksukaannya. "Aku akan berbicara dengan Ibu untuk membiarkanmu pergi dari sini! Kamu sama sekali tidak memiliki hak lagi untuk tinggal, Reane! Apa perlu aku mengusirmu dengan paksa?"

"Tidak. Aku akan pergi sendiri." Reane menyentuh perutnya tanpa sadar dengan helaan nafas.

"Baguslah. Cepat pergi. Tempat ini akan menjadi rumahku," ucap Vishaa dengan kepala bersandar pada bahu Albion yang menatapnya lembut.

"Apakah kamu mengenalnya, Vishaa?"

"Ya. Dia sekolah di tempat yang sama denganku, Bu. Aku sangat tidak menyukainya karena dia pernah merebut orang yang kusuka."

"Ah, benarkah? Sungguh tidak tahu malu!" Suara sinis Neila menyindirnya. "Jangan sedih, Sayang. Kini kamu sudah memiliki putraku."

"Ya, Bu. Aku sangat senang."

Dengan tenang Reane berbalik dan berjalan menuju kamarnya. Ia sama sekali tidak terpengaruh oleh topik pembicaraan mereka. Lagi pula hidupnya sudah cukup kacau saat ini. Tidak peduli bagaimana nasib tokoh novel di dunia yang nyata ini. Itu bukan urusannya. Yang perlu ia pikirkan adalah bagaimana agar dirinya bisa menemui Ray nanti dan memberitahu kabar baik itu.

"Reane."

Saat Reane akan membuka pintu kamarnya, ia mendapati Neila mengikutinya dengan ekspresi dingin. Neila melihat kebelakang seolah memastikan tidak ada orang lain selain dirinya.

Neila mendekat dan berbisik kejam. "Jika kau ingin hidupmu aman, jangan pernah terlibat dengan Ray lagi dan menghalangi jalanku. Segeralah pergi. Kau masih beruntung kulepaskan."

~•~

Reane melihat bunga tulip yang layu di samping tempat tidurnya. Ia menyentuh kelopak bunga yang menguning itu dengan mata sendu.

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang