Happy Reading 💜
***
Reane terbangun dengan rasa sakit kuat dan pusing di kepalanya. Ia sempat linglung dengan tempat asing yang menyambut pandangannya. Setelah terdiam dan mengingat, ia langsung mengerti.
Tangannya terulur menyentuh kepalanya yang ternyata sudah di perban.
"Nyonya! Apakah Anda bangun?!"
Suara cemas dan lega itu membuat Reane sedikit tersentak. Saat menoleh ke samping, dia baru menyadari banyak pembantu yang berdiri di sana menatapnya khawatir. Lalu, ada seorang dokter wanita yang kini mendekat memeriksanya.
Reane merasa lebih lega dan akrab dengan seorang dokter, karena sehari-hari di kehidupan sebelumnya, dia bertemu mereka hampir setiap waktu.
"Berapa lama aku pingsan?"
"Sekitar dua jam, Nyonya," balas dokter itu sembari memeriksa denyut nadinya. "Apakah kepala Anda masih sakit?"
Reane mengangguk.
Dokter bernama Kelin itu menghela nafas. "Cedera di kepala Anda tidak terlalu parah, dan tidak berefek pada otak, tapi butuh waktu cukup lama untuk sembuh. Selain itu, Anda akan selalu merasa pusing dan sakit kepala."
Reane tidak mendengarkan dokter itu, dia malah bertanya yang lain. "Ray ... apa dia sudah baik-baik saja?"
Sepertinya pertanyaan Reane tak terduga, sehingga membuat para pelayan di sana tertegun. Mereka semua adalah pelayan baru yang di rekrut setelah pernikahan putra dari keluarga Helison, dan mereka bekerja di rumah ini sejak saat itu. Hampir tiga bulan berlalu, mereka menyaksikan dengan jelas bagaimana sikap nyonya mereka terhadap suaminya sendiri.
Dari berbagai tingkahnya, mereka langsung menyimpulkannya bahwa Reane sangat membenci perjodohan ini. Dia selalu berusaha kabur hampir setiap waktu, namun di jaga ketat oleh penjaga dari keluarga Helison. Jika makan pun, suasana selalu dingin. Ray yang memang tidak pernah mereka dengar suaranya, terlihat seperti orang normal. Padahal, jika dia tengah kambuh, apa pun akan hancur di sekitarnya. Seperti yang mereka dengar sebelum bekerja, sikap harus hati-hati, jangan memicu penyakitnya yang akan kambuh kapan saja.
Namun, setelah keberhasilan Reane kabur, Ray mengamuk. Dan itu adalah pertama kalinya para pelayan melihat amukannya yang menakutkan. Sikapnya yang tertutup dan tidak pernah bicara, sangat tidak mudah siapa pun tebak. Tapi, sepertinya dia mendengar tentang Reane yang kabur, tiba-tiba dia keluar kamar dan menghancurkan semua barang di ruang tengah sembari menggeram marah.
Dua hal tak terduga terjadi dalam satu hari. Pertama amukan Ray, dan yang kedua kepedulian Reane yang sangat jauh dari harapan mereka. Selain itu, selama Reane pingsan, mereka menyadari bahwa, betapa lembutnya dia membujuk Ray untuk berhenti, dan saat dia terluka pun, dia terus menenangkannya. Sikap ini benar-benar kali pertamanya mereka lihat dan saksikan.
"Apakah dia terluka? Mengapa kalian diam saja?" desak Reane karena melihat mereka mematung dengan pikiran tenggelam.
Emi, salah satu pelayan di sana menjawab cepat. "A-h! Tidak, Nyonya! Tuan tidak terluka ...."
Reane menghela nafas lega. "Lalu, di mana dia sekarang?"
"Tu-an ada di kamarnya ... dia tengah mengurung diri dan tidak keluar selama dua jam ini."
Reane mengangguk pelan. Menatap dokter itu, dia bertanya. "Apakah ada yang lain?"
"Itu Nyonya ... Anda harus memberitahu saya jika kepala Anda terus menerus merasakan sakit. Saya hanya takut ada luka lainnya di bagian kepala Anda karena efek benturan ini."
YOU ARE READING
Dependency ✓ [Sudah Terbit]
Romance17 tahun Leane hidup di ranjang rumah sakit tanpa mengenal dunia luar. Setiap hari, ia hanya tahu rasa sakit karena keadaan tubuhnya yang lemah. Pada akhirnya, ia mati dengan damai tanpa pernah merasakan apa itu kebahagiaan. Bangun di tubuh dan temp...
![Dependency ✓ [Sudah Terbit]](https://img.wattpad.com/cover/315356737-64-k470748.jpg)