Happy Reading ♥️
~•~
"Tuan Muda, tolong buka mata Anda. Kita harus melakukan terapi perilaku."
Orang di tempat tidur seolah terlelap nyenyak, matanya tidak terbuka sama sekali.
Mendengar pintu tertutup, pandangan Lawin berubah tajam. Ia mengulurkan tangan dan mencengkeram pergelangan tangan Ray dengan kuat, namun mungkin kekuatannya itu tidak akan menyakiti lengan Ray yang lebih kekar darinya. Hanya mampu membuat si pemilik lengan membuka matanya yang tanpa emosi.
Dengan gentar Lawin menekan rasa gugup dan takut yang muncul saat mata tanpa emosi itu menyorotnya tenang. Ia melotot dengan galak dan berkata. "Tolong bangun dan turuti perintahku, Tuan Muda. Aku tidak akan segan menyakitimu."
Tanpa perubahan raut wajahnya yang tanpa ekspresi, Ray menurut dan duduk di hadapan pria setengah baya itu. Namun tiba-tiba, dia balik mencengkeram lengan Lawin sehingga dia meringis kesakitan akibat kekuatannya yang sangat kuat. Ray menggeram dengan tatapan mengerikan.
Lawin gemetar ketakutan. Suaranya meninggi dengan punggung menggigil. "Apa yang kau lakukan! Lepaskan aku pembunuh!"
Pupil mata Ray gemetar merah mendengar itu. Cengkeramannya semakin kuat, dan semakin kuat pula erangan kesakitan Lawin. "Lepaskan! Atau aku tidak akan pernah mengembalikan ibumu yang mati karenamu! Apa kau lupa?! Hanya akulah yang bisa mengembalikan ibumu kembali! Lepaskan!!"
Cengkeraman Ray mengendur, namun pupil matanya malah bergetar hebat dengan diliputi kesedihan. Melihat itu, Lawin menyeringai keji dengan sisa ringisan di sudut mulutnya. Dia mendekat dan berbisik. "Beraninya kau menyakitiku bocah gila! Mereka akan datang kembali dan mengurungmu jika kau mengulanginya lagi. Perlu kau ketahui, ibumu mati setelah dilacuri oleh mereka. Jangan harap wanita kotor itu akan datang kepadamu jika kau tidak menuruti perintahku. Kau hanya orang gila yang tidak bisa bergantung pada siapapun selain aku. Kau--"
Bug!
Lawin hanya merasakan tubuhnya terlempar dan mendarat keras di lantai. Dia tersadar setelah merasakan tubuhnya teramat sakit dan ia merasakan cairan yang mengalir di sudut bibirnya.
Saat mengangkat kepala, ia hanya melihat Ray seolah melihat monster menjulang menakutkan ada tatapan berkobar penuh amarah. "Aarg! Akan kubunuh kau!"
Jantungnya berdegup gila, punggungnya hanya merasa kedinginan sehingga seluruh tubuhnya gemetar takut. Tak memiliki waktu untuk terkejut akan suara Ray yang baru pertama kali ia dengar, Lawin hanya merasakan takut yang menguasai seluruh hati dan tubuhnya saat ini.
Tiba-tiba Grehen datang menghentikan pria yang tengah menggila itu membuat Lawin sedikit lega karena merasa nyawanya terselamatkan.
“Tuan Muda! Tolong hentikan!”
Namun rasa lega dalam hati Lawin tak berangsur lama. Malah selanjutnya mata Grehen yang menyorotnya dingin dan tajam. “Apa yang kau katakan pada Tuan Muda?!”
Mana mungkin Lawin tak menyadari kecurigaan Grehen terhadapnya selama ini? Mendengar teriakan tajamnya, Lawin tergagap dengan wajah pucat. “Ti-dak ... Sa-saya hanya ….”
Sebelum Lawin menyelesaikan suara tergagapnya, raungan nyaring Ray mengejutkan keduanya. “Arrgh! Arrgh!”
“Tuan Muda! Tolong tenang!” Grehen panik melihat Ray berjongkok memegang kuat kepalanya terlihat kesakitan.
Sebelum menenangkan Ray, sepertinya Grehen perlu menenangkan dirinya sendiri yang dilanda panik dan khawatir. Dia menarik nafas dalam-dalam, dan ikut berjongkok memegang kuat kedua tangan Ray yang memukul-mukul kepalanya sendiri.
YOU ARE READING
Dependency ✓ [Sudah Terbit]
Romance17 tahun Leane hidup di ranjang rumah sakit tanpa mengenal dunia luar. Setiap hari, ia hanya tahu rasa sakit karena keadaan tubuhnya yang lemah. Pada akhirnya, ia mati dengan damai tanpa pernah merasakan apa itu kebahagiaan. Bangun di tubuh dan temp...
![Dependency ✓ [Sudah Terbit]](https://img.wattpad.com/cover/315356737-64-k470748.jpg)