32. Dependency 🌷

75.9K 10.2K 638
                                    


Happy Reading

~•~


"Nyonya, kita sudah sampai."

Suara supir menarik atensi Reane yang tengah menikmati pemandangan di luar jendela mobil. Dia menatap rumahnya dengan pandangan sedikit kosong. Entah apa yang dia pikirkan, gadis itu terdiam sejenak, lalu keluar mobil, dan berjalan masuk ke dalam rumah.

"Kamu sudah pulang?"

Reane terkejut dan menyadari bahwa di ruang tamu ada banyak orang yang merupakan keluarga Helison. Dirinya disambut Rose yang tersenyum lembut padanya. Namun selain wanita tua itu, berbagai pandangan lainnya terlihat kurang ramah.

Karena tidak tahu harus menanggapi apa, Reane hanya mengangguk dengan kaku.

"Kemari. Duduklah."

Atas ajakannya, Reane menghampiri dan duduk di tempat kosong di samping Rose. Mencoba tak peduli dengan tatapan yang lain, Reane menunduk dan tersenyum.

Rose merapikan rambutnya dan bertanya. "Bagaimana sekolahmu?"

Reane langsung memikirkan banyak yang terjadi di sekolahnya. Namun, senyum di bibirnya menunjukkan seolah baik-baik saja. "Baik, Nek."

"Syukurlah." Rose menghela nafas lega. Suasana hatinya jelas terlihat sangat baik. "Maaf karena kami datang tanpa memberitahumu."

"Tidak apa-apa, Nek. Aku justru senang."

Melihat interaksi intim keduanya, Neila memaksakan senyum dan bertanya riang. "Bagaimana kabarmu, Reane?"

Reane sedikit mengangkat alis dan tersenyum lebar. "Aku sangat baik, Bu. Bagaimana dengan Ibu, Ayah, dan Kakak Ipar?"

Keluarga itu langsung mengingat bagaimana mereka ditendang dari kediaman utama Helisom. Han sama sekali tidak memberikan ekspresi apapun, begitu pun Albion. Sedangkan Neila mengutuk kesal di dalam, namun di permukaan terlihat tenang. "Kami baik-baik saja."

Tepat setelah jawaban Neila, Jansen--dokter yang mengobati Ray turun tangga dari arah kamar Ray. Reane sedikit terkejut dan menyadari bahwa memang saat ini waktunya Ray terapi.

Lalu Grehen mempersilahkan Jansen duduk di sofa kosong dan mulai menjelaskan dengan senyum di wajahnya. "Saya tidak tahu mengapa, namun saya rasa keadaan Tuan Muda membaik belakangan ini. Memang sulit memprediksi bahwa penyakit ini akan benar-benar sembuh, namun dari yang saya amati, penyakit Tuan Muda yang telah ada beberapa tahun tidak pernah membaik sebaik ini."

Rose tersenyum penuh suka cita. Ekspresi kaku Grehen terlihat mengendur dengan senyum tipisnya. Namun, ekspresi Neila, Han, dan Albion terlihat suram.

Sedangkan Reane di sisi lain terlihat termenung. Dia menjadi teringat perkataan Ray. Mungkin dirinya yang datang ke masa lalu Ray membuatnya lebih baik. Ia merasa sangat senang. Jika dirinya datang lagi ke masa lalu suaminya itu, Reane berjanji akan mencegah apapun yang membuat Ray terganggu dan sakit seperti di masa depannya.

Tiba-tiba dirinya dipeluk oleh Rose. Reane tertegun di tempat dan mendengar suara tangis wanita itu. "Nenek sangat senang, Reane. Terima kasih telah menjaganya. Terima kasih telah sabar menghadapinya. Tak peduli berapa lama sisa waktu perjanjian itu, nenek yakin Ray akan sembuh."

Reane membeku. Ia melupakannya! Yaitu 3 bulan waktu di mana ia berjanji pada Rose akan membuat Ray pulih. Dan sudah hampir dua bulan berlalu sejak hari itu ... namun mengingat keadaan Ray yang membaik, Reane merasa sangat lega dan senang. Ia harus datang ke masa lalu Ray sesering mungkin! Hanya saja itu di luar kendalinya.

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang