Chapter 31

1.1K 112 18
                                    

Di ruang makan rumah Anthony Salim, telah berkumpul Ashraf, Rine, Natalie, dan Arlo. Mereka mengadakan makan malam keluarga usai menghadiri acara Penghargaan Film Indonesia. Suasana meja makan begitu hangat, Ashraf tidak lagi kaku, ia mengobrol sangat lepas dan santai dengan keluarga Rine. Tawa menghiasi wajah-wajah di sana, sebuah potret keluarga yang bahagia.

"Paling lucu, saat di acara tadi itu ketika muka Rine muncul di layar videotron, pas banget disorot waktu dia lagi melongo hahah." Arlo menunjukkan video di ponselnya kepada Natalie. "Nih mom liat, tadi aku sempet rekam."

Natalie terkekeh. "Jahil banget kamu Arlo."

"Dasar fans." Rine mencebikkan bibir.

"Ashraf, nanti setelah makan, ikut ke ruang kerja saya ya?" Anthony berkata kepada Ashraf dan langsung diangguki olehnya.

"Baik, Pak."

"Mau ngapain?" Rine ikut penasaran.

"Urusan laki-laki," jawab Anthony dengan senyum jahil seraya memotong steak-nya.

"Kok Ashraf doang? Arlo nggak diajak?"

"Soalnya daddy sama Ashraf mau gosipin kamu." Kini Arlo yang menjawab hingga membuat Rine menatap kakak laki-laki itu dengan sinis.

"Serius. Emang daddy mau ngomongin apaan sih?"

"Ngobrol doang Rine ...." Anthony sambil terkekeh.

"Awas ya kalo daddy macam-macam sama Ashraf." Ancaman Rine berhasil membuat kedua orang tuanya tertawa, sementara Arlo mengerutkan dahi merasa geli.

"Posesif banget sih," cibir Arlo yang hanya ditanggapi dengan lirikan ketus oleh Rine.

Ashraf yang sedari tadi menyimak hanya tersenyum malu-malu. Ia pun mengelus punggung Rine seraya menatapnya lembut dan berkata, "Pak Anthony nggak akan apa-apain aku kok Rine ...."

Saat Rine beralih pada Ashraf, sorot mata dan ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi cemas. "Tapi aku khawatir daddy ngomong yang aneh-aneh soal aku, Ash ...." rengek Rine. Ia lalu memegang lengan Ashraf, matanya semakin menatap lebar. "Nanti kalo daddy cerita keburukan aku, kamu bakal tetep cinta 'kan sama aku?"

Sontak Ashraf tertawa gemas. Ia tidak menyangka dengan pertanyaan yang Rine lontarkan. Bahkan, Anthony dan Natalie sampai-sampai melotot mendengarnya. Sedangkan Arlo? Tidak usah ditanya lagi, sudah pasti dia memasang ekspresi mual.

Masih dengan sisa senyum di bibirnya, Ashraf pun menyentuh punggung tangan Rine, ia menatap penuh perhatian. "Rine ... tenang aja, oke?"

Akhirnya Rine mendengus pasrah, hanya Ashraf yang dapat membuatnya menurut.

***

Sesuai permintaan Anthony, usai makan malam, Ashraf datang ke ruang kerjanya. Ia berada di sana lebih dulu, sedangkan Anthony sedang mengambil Whiskey. Sementara menunggu Anthony, Ashraf pun melihat-lihat sejenak ruangan tersebut.

Perhatian Ashraf tertarik pada rak besar yang berisi koleksi keramik, buku, piringan hitam, serta foto-foto keluarga Anthony. Bibir Ashraf melengkung ke atas saat melihat foto seorang anak kecil dengan rambut dikuncir dua. Dia tersenyum lebar menunjukkan gigi depannya yang ompong. Jari telunjuk Ashraf menyentuh foto tersebut. Anak kecil menggemaskan dalam foto itu, kini sudah menjadi istrinya.

Ashraf kemudian beralih pada koleksi piringan hitam milik Anthony. Ia membacanya satu per satu, hingga tatapan Ashraf pun terhenti pada satu nama yang tak asing. Ia mengambil vinyl record tersebut. Ashraf baru mengetahui, bahwa orang tersebut juga pernah menjadi penyanyi. Ketika Ashraf membuka cover-nya, ada sesuatu yang terjatuh. Ternyata itu sebuah amplop surat, Ashraf pun mengambilnya. Bersamaan dengan itu, terdengar suara pintu yang dibuka, Ashraf pun buru-buru meletakkan vinyl tersebut kembali ke tempatnya.

Hot and ColdWhere stories live. Discover now