Chapter 3

2K 119 14
                                    

Los Angeles, Amerika Serikat

Seorang wanita jangkung dengan tubuh semampai duduk di kursi ruang makeup. Tangannya tak henti menggulir ponsel, melihat satu per satu foto yang penampilkan pernikahan Ashraf Danujaya dengan seorang wanita. Di jaman sekarang, kemudahan akan akses informasi yang begitu cepat dan luas membuat berbagai macam berita dapat tersebar dengan cepat. Begitu yang terjadi saat ini, meski jarak Jakarta dan Los Angeles begitu jauh, namun ia masih bisa mengetahui kabar pernikahan Ashraf Danujaya berkat foto-foto serta video yang dibagikan oleh para public figur yang menghadiri acara tersebut. Sungguh, acara pernikahan itu seperti momen yang begitu dinanti-nantikan oleh banyak orang.

"Jess, you ready?"

Wanita itu menoleh, dari tirai hitam ia melihat lelaki muncul memanggilnya. Wanita itu lantas beranjak dari duduknya, lalu memberikan ponsel itu pada lelaki tersebut.

Begitu melihat layar ponsel yang masih menyala dan menunjukkan postingan foto Instagram pernikahan Ashraf Danujaya, lelaki itu lantas mendesah, "Mampus!" Seolah itu akan menjadi masalah besar.

***

Milan, Italy

Rine, melepas sunglasses-nya begitu ia turun dari Maserati hitam, disusul oleh Ashraf yang kini berdiri di sampingnya. Lalu Moni yang turun dari kursi penumpang depan, dan Frans—si pengemudi Maserati itu memberikan kunci pada petugas valet.
Dua petugas hotel datang untuk menurunkan koper dari bagasi, sementara itu Ashraf mengajak Rine untuk masuk menuju lounge dan menunggu Frans check-in terlebih dahulu.

Selama menunggu, Rine sibuk bermain dengan ponselnya, bahkan arsitektur gotik hotel yang indah ini tak dapat memikat perhatiannya. Ini memang bukan pertama kalinya untuk Rine datang ke Milan, jadi wajar jika sikapnya terlihat biasa saja—apalagi dirinya sudah memiliki rencana lain selama berada di sini, itulah sebabnya ponsel Rine tak kunjung lepas selama perjalanannya menuju Milan.

Rine meneguk welcome drink-nya, ia melirik Ashraf singkat yang ternyata juga sedang sibuk dengan tabletnya. Lelaki itu benar-benar tidak banyak bicara, bisa dikatakan ia sangat irit dengan kata-katanya, apalagi jika tidak ada hal penting, ya sudah—kemungkinan hanya suara jangkrik yang terdengar.

"Setelah ini aku langsung berangkat meeting sama Frans," ucap Ashraf tanpa menatap, ia melirik jam di pergelangan tangan kirinya lalu berpindah pada Rine yang duduk di hadapannya. "Kita ketemu nanti saat makan malam."

Rine yang semula masih terfokus pada ponsel lantas menatap Ashraf. "Aku udah punya schedule sendiri," katanya, kedua tangan Rine diletakkan pada lutut kakinya yang saling memangku. "Besok aku mau ke Paris."

Ashraf tertegun, matanya mengedip namun ia tak berkata apapun hingga Frans dan Moni datang menghampirinya. Sebelum Frans membuka mulut, Ashraf berbicara lebih dulu.

"Moni, besok temani Rine ke Paris ya."

Mata Moni sontak melebar, begitu juga Rine yang hendak protes namun tak sempat karena petugas Hotel datang lebih dulu untuk mengantarkan mereka menuju kamar. Ashraf pun langsung bangkit dan melangkah mengikuti petugas Hotel, sementara Rine di belakang memasang wajah kesal berusaha menahan umpatannya dengan tangan mengepal.

***

"Perasaan aku nggak bilang pergi ke Paris sama Moni?!" Protes Rine begitu ia dan Ashraf sudah berada di dalam kamar hotel bernuansa putih dengan interior klasik.

Hot and ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang